Rekan-rekan rujukan skripsi yang berbahagia, di hari yang berbahagia ini saya kembali mempostingkan sebuah tulisan yang berkaitan dengan keterampilan menulis karangan argumentasi. Dimana keterampilan menulis itu dapat ditingkatkan salah satunya dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang digunakan dalam tulisan ini adalah Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS). Selain Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS), keterampilan menulis dapat juga ditingkatkan melalui berbagai cara. Silahkan baca juga Model Pembelajaran Snowball Throwing, Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining, Model Pembelajaran Role Playing, dan Model Pembelajaran Guide Note Taking (GNT)
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Menulis memerlukan keterampilan karena diperlukan latihan-latihan yang berkelanjutan dan terus menerus terutama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mencakup aspek kemampuan yaitu; 1. keterampilan menyimak, 2. keterampilan berbicara, 3. keterampilan membaca, dan 4. keterampilan menulis.
Dengan menulis, seorang akan menempuh seluruh proses dalam berbahasa. Sebelum menulis, ia dituntut untuk menyimak, berbicara, dan membaca dengan baik. Demikian pula halnya dengan siswa, agar mampu menulis dengan baik ia dituntut mampu menyimak dengan baik setiap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Ia harus mampu mengkomunikasikan kembali hasil penyimakkannya terhadap materi dengan bahasa lisan. Ia juga dituntut untuk membaca referensi terkait dengan apa yang akan ditulisnya.
Kebutuhan yang besar terhadap penguasaan keterampilan menulis tersebut tidak sejalan dengan minat dan motivasi siswa untuk dapat menguasai keterampilan menulis dengan baik. Terlebih lagi karangan argumentasi. Siswa sangat kesulitan ketika mendapat tugas untuk menulis karangan argumentasi.
Karangan argumentasi merupakan bentuk atau jenis tulisan yang paling banyak digunakan di dalam tulisan-tulisan ilmiah. Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat atau kesimpulan dengan data atau fakta sebagai alasan atau bukti. Dalam karangan ini, pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan merupakan penyokong opini tersebut. Hal inilah yang menyebabkan menulis karangan argumentasi menjadi sulit. Pemahaman yang benar terhadap konsep dan pembiasaan menulis karangan argumentasi sangat dibutuhkan agar dapat menguasai keterampilan menulis karangan argumentasi dengan baik.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa keterampilan menulis siswa masih rendah, lebih khusus keterampilan menulis karangan argumentasi. Hal ini dibuktikan dengan masih jarangnya karya-karya siswa tentang karangan argumentasi di majalah dinding dari beberapa sekolah menengah pertama (SMP) yang peneliti amati, khususnya di MTs Mathla’ul Anwar Hunibera. Di lain sisi, nilai-nilai tes kemampuan menulis karangan argumentasi siswa juga masih rendah.
Permasalahan di atas, sangatlah wajar terjadi karena kurangnya motivasi dari guru dan dari diri siswa sendiri untuk menguasai keterampilan menulis karangan argumentasi. Dengan minimnya motivasi tersebut membuat siswa enggan untuk membiasakan diri dalam menulis. Pada akhinya, karena tidak terbiasa dalam menulis menyebaban siswa kesulitan dalam menuangkan ide-ide dan gagasannya dalam sebuah tulisan.
Peran utama guru dalam proses pembelajaran dituntut untuk memberikan motivasi menulis karangan pada siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Selama ini pembelajaran yang berlangsung di MTs Mathla’ul Anwar Hunibera khususnya kelas VIII, guru dalam menerapkan metode pembelajaran keterampilan menulis argumentasi kurang menarik perhatian bagi siswa. Jadi, dilihat dari metode yang digunakan guru kesulitan menemukan metode pembelajaran menulis yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa serta ketiadaan atau keterbatasan media pembelajaran menulis yang efektif. Proses pemebelajaran yang dilakukan hanya menerangkan secara garis besarnya saja dari cara menulis sebuah karangan.
Selain itu, guru menyuruh siswa membaca buku teks yang mereka miliki kemudian siswa disuruh memberikan tanggapan, pendapat (gagasan) dalam menulis argumentasi. Guru hanya menerangkan langkah-langkah menulis karangan dari memilih bahan pembicaraan (topik), menentukan tema, menentukan tujuan dan bentuk karangan yang akan dibuat, membuat bagan karangan, cara membangun paragraf dan menjalin kesinambungan paragraf, cara mengawali paragraf, cara mengakhiri paragraf, dan membuat judul karangan. Selanjutnya, guru memberikan contoh dan memberi tugas pada siswa. Siswa disuruh menulis sebuah karangan argumentasiberdasarkan pengamatan. Menyebabkan siswa kesuliatan dalam menerima pelajaran tersebut.
Dilihat dari problematika pembelajaran bahasa Indonesia di MTs Mathla’ul Anwar Hunibera keterampilan menulis agrumentasi yaitu, proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih cenderung ceramah dalam menyampaikan materi pada siswanya. Dalam hal ini, guru kurang memberikan motivasi siswa untuk menulis karangan argumentasi. Sehingga menyebabkan proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru di kelas mengakibatkan siswa kurang aktif dan menjadi malas untuk menulis dan sulit menulis untuk menyampaikan ide/gagasan. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru ini juga bisa mengakibatkan kurang bersemangat sehingga siswa lebih cenderung tidak ada peningkatan menulis.
Berdasarkan sebab-sebab tersebut peneliti memfokuskan pada metode mengajar guru yang masih bersifat konvensional. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru berkaitan dengan pengembangan metode mengajar agar tidak terpaku pada metode mengajar konvensional adalah mengubah dari sekedar metode ceramah dengan berbagai variasi metode yang lebih relevan dengan tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan cara belajar peserta yang baru merasa belajar dan puas kalau banyak mendengarkan dan menerima informasi (diceramahi) guru, atau baru belajar kalau ada guru. Oleh karena itu metode konvensional dalam pengajaran bahasa harus diubah. Hal ini dilakukan supaya siswa tidak lagi merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Sebaliknya dengan metode baru siswa diharapkan lebih aktif tidak lagi hanya sekedar menerima informasi atau diceramahi guru, tetapi bisa memberikan informasi kepada teman-temannya.
Salah satu metode mengajar yang dapat diterapkan oleh guru untuk mengatasi permasalahan di atas dan mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan tidak membosankan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) memberikan kepada siswa waktu untuk berpikir, menjawab, merespon dan membantu satu sama lain. Melalui metode ini penyajian bahan ajar tidak lagi membosankan karena siswa diberikan waktu untuk berdiskusi menyelesaikan suatu masalah atau soal bersama dengan pasangannya sehingga baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar ini. Jadi selama proses belajar mengajar diharapkan semua siswa aktif karena pada akhirnya nanti masing-masing siswa secara berpasangan harus membagikan hasil diskusinya di depan kelas kepada teman-teman lainnya.
Model Think-Pair-Share (TPS)dikembangkan untuk meningkatkan penguasaan isi akademis siswa terhadap materi yang diajarkan. Peningkatan penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran dilalui dengan tiga proses tahapan yaitu melalui proses thinking (berpikir) siswa diajak untuk merespon, berpikir dan mencari jawaban atas pertanyaan guru, melalui proses pairing (berpasangan) siswa diajak untuk bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk bersama-sama menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru. Terakhir melalui tahap sharing (berbagi) siswa diajak untuk mampu membagi hasil diskusi kepada teman dalam satu kelas. Jadi melalui model Think-Pair-Share (TPS) ini penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul "Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Terhadap Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar Hunibera Tahun Pelajaran 2013/2014".
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Didya.| Dapatkan bukunya di sini
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.| Dapatkan bukunya di sini
Djamarah, Saiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Dididik dalam Pembelajaran Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.| Dapatkan bukunya di sini
Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.| Dapatkan bukunya di sini
Marahami, Ismail. 2005. Menulis Secara Populer.Cetakan Kelima. Jakarta: Pustaka Jaya.| Dapatkan bukunya di sini
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.| Dapatkan bukunya di sini
_______. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.| Dapatkan bukunya di sini
Suparno dan Mohamad Yunus. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.| Dapatkan bukunya di sini
Suparta, Munzier dan Hery Noer Aly. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Amissco.| Dapatkan bukunya di sini
Tarigan, H.G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.| Dapatkan bukunya di sini
Sekian dulu postingan saya kali ini. Semoga bermanfaat dan sukses selalu...