Pages

Rabu, 29 Oktober 2014

Skripsi Gratis Pendidikan Bahasa Indonesia tentang Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen

Rujukan Skripsi - Pada kesempatan kali ini kembali mempostingkan sebuah tulisan yang berkaitan dengan Kemampuan  Memahami Unsur Intrinsik Cerpen. Dimana keterampilan menulis itu dapat ditingkatkan salah satunya dengan  menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang digunakan dalam tulisan ini adalah Model Pembelajaran Word Square. Selain Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS), keterampilan menulis dapat juga ditingkatkan melalui berbagai cara. Silahkan baca juga Model Pembelajaran Snowball Throwing, Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining, Model Pembelajaran Role Playing, dan Model Pembelajaran Guide Note Taking
Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Terhadap Kemampuan Menentukan Unsur Intrinsik Cerita Pendek Siswa Kelas VII MTs"

Pembelajaran sastra mempunyai peranan penting dalam mencapai berbagai aspek dari tujuan pendidikan dan pengajaran secara umum. Aspek-aspek yang di maksud adalah aspek pendidikan, sosial, perasaan, sikap penilaian, dan keagamaan. Untuk mencapai aspek-aspek itu, sudah barang tentu pembelajaran sastra haruslah memperhatikan hal-hal yang terkait dengan pengajaran sastra itu sendiri
Standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia merupakan kualisifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, ketrampilan berbahasa, sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regioanal, nasional, dan global. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia secara baik dan benar, serta menumbuhkan apresisasi terhadap hasil karya kesastraan.
Tujuan pembelajaran sastra meliputi dua hal, yaitu memperoleh pengalaman sastra dan memperoleh pengetahuan sastra. Tujuan memperoleh pengalaman sastra dapat di capai dengan cara mengalami langsung atau melihat langsung hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan sastra. Misalnya, siswa di libatkan dengan kegiatan pembacaan karya sastra, siswa mendengarkan bacaan hasil karya sastra, dan siswa di suruh menulis karya sastra. Sementara itu, memperoleh pengetahuan tentang sastra dapat di capai dengan cara menerangkan istilah-istilah sastra, bentuk-bentuk sastra, dan sejarah sastra.
Sejalan dengan tujuan tersebut, pembelajaran sastra mengharapkan peserta didik mampu mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain serta mempunyai kemampuan analik dan imajinatif dalam dirinya untuk menanggapi, mengkristis, dan merespon hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Dengan demikian tujuan pembelajaran sastra adalah agar siswa memiliki pengetahuan tentang sastra, mampu mengapresiasikan sastra, bersikap positif terhadap nilai sastra, karena sastra adalah cerminan kehidupan dan dapat mengembangkan kesusastraan Indonesia.
Salah satu bentuk karya sastra yang diajarkan pada siswa pada jenjang SMP adalah pembelajaran tentang cerita pendek (Cerpen). Cerpen sebagai prosa yang mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang pertikaian-pertikaian, peristiwa yang mengharukan, atau menyenagkan, dan mengandung pesan yang tidak dapat dilupakan. Cerpen sebagai cerita rekaan tentunya ditulis oleh pengarang tidak terlepas dari realita yang terjadi di sekeliling pembaca. Realita inilah yang dapat dipelajari oleh siswa dan mengetahui hikmah yang terkandung di dalam cerpen tersebut untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Cerpen dibuat dengan memperhatikan atau mengedepankan arti dan nilai yang cukup penting bagi pembaca.
Mengingat pentingnya arti, nilai, dan fungsi kemampuan memahami cerita pendek (cerpen), maka sudah sewajarnya pembelajaran sastra di sekolah perlu dibina dan ditingkatkan agar siswa memiliki kemampuan memahami cerpen dengan lebih baik. Hal ini penting dilakukan untuk mengembangkan diri siswa, baik untuk melanjutkan pendidikan maupun kembali ke masyarakat. Dengan berbekal pengetahuan dan kemampuan memahami karya sastra, khususnya cerpen, siswa dengan mudah menghayati, mengambil manfaat dari peristiwa kehidupan serta semakin arif dan bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Siswa akan mampu mengkomunikasikan isi jiwanya, menghayati hidup dengan kehidupan dengan mengapresiasikannya dalam bentuk karya sastra khususnya dalam bentuk cerita pendek (cerpen).
Dalam kegiatan pembelajaran cerpen, siswa tidak hanya diarahkan untuk memahami teori seperti mengenali ciri-ciri cerpen, unsur intrinsik karya sastra (cerpen), tetapi pembelajaran sastra ini diarahkan untuk bagaimana siswa mampu menemukan unsur intrinsik yang ada terkandung dalam cerpen seperti, alur, latar, sudut pandang, tema, amanat, gaya bahasa, tokoh dan lain-lain. Artinya pembelajaran sastra umumnya, dan cerpen khususnya siswa diharapkan untuk memahami teori dan tidak mengabaikan praktik dan aplikasi (kajian analisis).
Pembelajaran cerpen sebagai salah satu pembelajaran karya sastra kepada siswa, tidak dapat diabaikan begitu saja, tetapi perlu dipertahankan sejak dini agar siswa memiliki pengetahuan yang luas tentang pemahaman dan penerapan unsur-unsur intrinsik cerpen, hal ini penting untuk dilakukan agar siswa mempunyai sikap positif terhadap hasil karya sastra berupa cerpen.
Berdasarkan berdasarkan hasil observasi awal pada kelas VII MTs Mathla’ul Anwar Cikeusik Desa, siswa belum mampu memahami karya sastra secara utuh. Pembelajaran sastra masih kurang, karena guru mengalami kesulitan dalam mengajarkan cerpen. Demikian juga teknik pembelajaran masih berpusat pada guru, dalam arti siswa kurang diaktifkan dalam proses belajar mengajar. Selain itu, guru kurang selektif dalam memilih model dalam pembelajaran, khususnya model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi siswa.
Melihat kenyataan tersebut, alangkah bijaksananya jika guru-guru Bahasa Indonesia melihat dan mencoba alternatif model pembelajaran yang bisa mengantarkan anak didiknya mencapai hasil yang diharapkan dan mereka dapat mengikuti semua proses belajar dengan menyenangkan. Model-model pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Hal ini akan mendorong semua siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Word Square. Dengan adanya model pembelajaran tersebut diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian siswa terdorong untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru sehingga proses pembelajaran diharapkan bisa lebih menarik dan interaktif. Dan pada akhirnya upaya ini dapat digunakan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Terhadap Kemampuan Menentukan Unsur Intrinsik Cerita Pendek Siswa Kelas VII MTs Mathla’ul Anwar Cikeusik Desa Tahun Pelajaran 2013/2014”. 
Untuk mendapatkan file lengkapnya silahkan download di sini. Untuk mendapatkan password silahkan klik di sini



DAFTAR PUSTAKA




Akhadiah, Sabarti. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia. | Dapatkan bukunya di sini

_______. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Didya.| Dapatkan bukunya di sini

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.| Dapatkan bukunya di sini


Ibrahim, M. dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.| Dapatkan bukunya di sini


Hartako, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Penerbit kanisius.| Dapatkan bukunya di sini


Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.| Dapatkan bukunya di sini


Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.| Dapatkan bukunya di sini


Nurhadi dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK.Edisi Revisi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.| Dapatkan bukunya di sini


Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik (terjemahan). Bandung: Nusa Media.| Dapatkan bukunya di sini

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cetakan ke VII. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.| Dapatkan bukunya di sini

Sudjana. 2001. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.| Dapatkan bukunya di sini

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.| Dapatkan bukunya di sini

Sumardjo, Jacob. 2001. Beberapa Petunjuk Menulis Cerpen. Bandung: Mitra Kencana.| Dapatkan bukunya di sini

Sumiati dan Arsa. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.| Dapatkan bukunya di sini

Suroto. 1990. Teori Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU. Jakarta: Erlangga.| Dapatkan bukunya di sini

Tim Penyusun KBBI. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.| Dapatkan bukunya di sini

Urdang, L. 1968. The Random House Dictionary of the English Language the College Edition. New York: Random House.| Dapatkan bukunya di sini

0 komentar:

Posting Komentar