Rujukan Skripsi – Postingan kali ini akan dibahas tentang Pengaruh Media Pembelajaran Lembar Kerja Siswa (LKS)Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Bahasan yang dikupas dalam tulisan ini adalah Hasil Belajar Matematika Siswa, Media Pembelajaran, dan Lembar Kerja Siswa (LKS). File skripsi lengkapnya dalam bentuk word dapat diunduh gratis di akhir postingan ini.
Silakan baca juga postingan tentang Hakikat KemampuanPemecahan Masalah Matematika Siswa dan DaftarSkripsi Lengkap dari Bab 1 – 5 untuk menambah referensi rekan-rekan semua. Selamat membaca, semoga bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar, selain Sains dan Bahasa. Perhatian terhadap pembelajaran matematika, tidak hanya sekedar karena matematika sebagai ilmu dasar, namun telah menjadi rahasia umum, bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, menakutkan, bahkan tidak jarang seorang siswa drop-out hanya karena takut dengan pelajaran matematika. Hal ini disebabkan matematika merupakan suatu bahasa kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui penalaran indukatif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
Bidang studi matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bidang-bidang dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Perbincangan klasik mengenai hasil belajar matematika di sekolah selalu menggelitik kapanpun waktunya. Hal ini disebabkan karena kurang memuaskannya hasil belajar matematika siswa. Tetapi perbincangan tersebut lebih diwarnai oleh berbagai keluhan daripada pengendapan opini solutif maupun aktifitas konkrit untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa di sekolah. Dalam konteks pembelajaran matematika, yang menuntut adanya pemahaman konsep menemukan struktur dan desain matematika, pemecahan persoalan matematika dengan kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri adalah suatu prosedur yang baik sekali untuk diterapkan kepada siswa. Prosedur didaktif pemberian tugas lembar kerja siswa misalnya, diharapkan siswa dapat diminta untuk bekerja sendiri dan menemukan sendiri dengan petunjuk yang sudah diberikan seorang guru.
Akhir-akhir ini, kerap diperjuangkan supaya siswa diperbolehkan untuk menemukan sendiri, lebih-lebih bila menyangkut pembentukan konsep dan kaidah, supaya siswa memperoleh pemahaman sungguh berakar dan tidak hanya menghapal umus verbal konsep atau kaidah. Corak belajar ini dipandang lebih cocok bagi siswa yang berhasrat tinggi untuk berprestasi baik dan berkecenderungan positif untuk menghidari kegagalan.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa, diantaranya faktor yang datang dari pribadi (internal) siswa dan yang datang dari guru sebagai pengajar (eksternal). Ruseffendi (1991:5) mengemukakan bahwa dari sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, tiga diantaranya adalah kesiapan belajar siswa, suasana belajar, dan kemampuan (kompetensi) guru. Kesiapan belajar siswa tergantung pada siswa itu sendiri, sedangkan suasana belajar ditentukan oleh guru sesuai dengan kompetensinya.
Roestiyah (1991:28) mengatakan “Siswa sebagai individu potensi tidak dapat berkembang banyak tanpa bantuan guru”. Dari hal tersebut berarti pula bahwa kompetensi guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar siswa. Guru dengan segala kompetensi yang dimilikinya, dituntut untuk dapat membantu atau mengondisikan siswa dalam belajar. Salah satunya yaitu dengan menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya. Tentang kemampuan yang harus dimiliki guru matematika dikemukakan oleh Paimin (1990:48) bahwa guru matematika harus mampu mendemonstrasikan dalam penerapan macam-macam metode dan teknik mengajar dalam bidang studi yang diajarkan.
Mengajarkan matematika memerlukan sebuah metode dan pendekatan agar siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Media pengajaran konvensional hanya mampu menyampaikan informasi bagi siswa sangatlah umum dan lebih menempatkan guru sebagai gudang ilmu. Kadang-kadang guru sebagai orang yang serba tahu bertindak seakan-akan hanya gurulah yang serba bisa dan mendominasi di kelas sehingga orientasinya ditekankan pada dunia guru dan murid hanya belajar duduk, dengar, catat dan hapal (DDCH).
Pada kenyatannya siswa memiliki sejumlah pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu diterima sebagai informasi sedangkan mereka sendiri tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan dan informasiitu. Akibatnya pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari.
Pada awal tahun 2004, pemerintah menganjurkan untuk memberlakukan kurikulum yang baru. Kurikulum ini dikenal dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum Berbasis Kompetensi memberikan keleluasan kepada sekolah dan guru untuk mengembangkan kompetensi atau kemampuan yang harus dimiliki siswa. Penerapan KBK (Mulyasa, 2002:49) menuntut sekolah dan guru untuk berperan aktif dan kreatif dalam mempersiapkan peserta didik yang memiliki kompetensi.
Media pembelajaran dalam matematika harus mengubah situasi guru mengajar kepada situasi siswa belajar. Guru memberikan pengalamannya kepada para siswa sebagai pengayom, sebagai sumber tempat bertanya, sebagai pengarah, sebagai pembimbing, sebagai fasilitator dan sebagai organisatoris dalam belajar. Guru harus memperlakukan peserta didik dengan penuh kasih sayang, membimbiung ke arah selalu ingin tahu dan tidak lekas puas dengan hasil yang dicapai. Guru harus memberi kesempatan yang cukup kepada anak didik untuk belajar melakukan sendiri, merasakan sendiri, berpikir bebas pola-pola relasi(hubungan) dalam matematika, hubungan dengan mata pelajaran lain serta kehidupan masyarakat di alam sekelilinjgnya juga latihan keterampilan yang diperlukannya.
Untuk melaksanakan pembelajaran yang menciptakan siswa aktif dalam kegiatan belajar ada suatu pendekatan pembelajaran yaitu penggunaan media pembelajaran lembar kerja siswa. Pendekatan ini merupakan konsep belajar yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan konsep. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa dan proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dengan menggunakan media pembelajaran Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan hasil belajar. Media pembelajaran lembar Kerja siswa tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan ranah pengetahuan ke ranah keterampilan serta sikap juga nilai suatu kepribadian anak didik yang tak lain adalah kreatifitas. Kelemahan dari pendekatan penggunaan LKS adalah siswa harus benar-benar siap untuk belajar mandiri. Kelas yang terlalu besar juga akan menghambat keberhasilan penggunaan media belajar LKS.
Beranjak dari fenomena di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengupasnya lebih dalam disertai dengan melakukan penelitian, yang kemudian penulis sajikan dalam bentuk skripsi dengan judul: “Pengaruh Media Pembelajaran Lembar Kerja Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Satu Atap 3 Malingping Tahun Pelajaran 2009/2010”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul masalah-masalah sebagai berikut;
1. Mengapa pelajaran matematika kurang diminati siswa?
2. Mengapa prestasi belajar matematika siswa sangat rendah?
3. Apakah ketepatan metode mengajar yang digunakan guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa?
4. Apakah suasana belajar yang kondusif mampu membuat siswa menyenangi matematika?
5. Faktor apa saja yang menghambat siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika?
6. Metode pembelajaran apakah yang cocok untuk menyelesaikan soal-soal matematika?
7. Apakah penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika?
8. Apakah terdapat pengaruh media pembelajaran lembar kerja siswa terhadap hasil belajar matematika?
B. Pembatasan Masalah
Mengingat terbatasnya kemampuan penulis dalam penelitian ini baik secara materi, pengetahuan dan waktu serta agar penelitian memberikan hasil dan gambaran yang lebih khusus maka pembatasan masalah yang akan di bahas pada penelitian ini adalah: Pengaruh pemberian metode problem solving terhadap prestasi belajar bidang studi matematika pada siswa kelas VII SMP Satu Atap 3 Malingping Tahun Pelajaran 2009/2010.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dapat di kemukakan sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh media pembelajaran lembar kerja siswa terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Satu Atap 3 Malingping tahun pelajaran 2009/2010?
D. Tujuan Penelitian
Agar suatu pekerjaan atau perbuatan dikatakan efektif, maka pekerjaan itu harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan tersebut akan memberikan arah perbuatan yang akan dicapai. Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut : Ingin mengetahui pengaruh pemberian media pembelajaran lembar kerja siswa terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Satu Atap 3 Malingping tahun pelajaran 2009/2010.
E. Manfaat Penelitian
1. Peneliti, dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang pengaruh media pembelajaran lembar kerja siswa terhadap hasil belajar matematika siswa.
2. Guru matematika, memberikan input bagi guru dalam rangka meningkatkan proses belajar mengajar yang dikelolanya, sehingga tujuan-tujuan kurikulum dapat tercapai.
3. Sekolah, memberikan input bagi sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dengan cara menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana pendidikan.
4. Siswa, memberikan informasi kepada siswa tentang manfaat pemberian media pembelajaran lembar kerja siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar, khususnya dalam mata pelajaran matematika.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hakikat Hasil Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar, misalnya perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya.
Belajar merupakan usaha yang dilakukan oleh subjek didik (siswa, pelajar) sebagai bagian dari kegiatan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya. Hasil belajar yang diharapkan tentunya akan terwujud sebagai hasil usaha-usaha yang dilakukan oleh peserta didik melalui cara-cara belajar yang bagaimana membelajarkan anak didik (Learning How To = belajar bagaimana belajar), secara implisit pemahamannya dapat dikaji melalui pendekatan teori-teori belajar. Ciri hasil belajar adalah adanya perubahan perilaku pada diri individu seorang dikatakan telah belajar apabila ia telah melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.
Hampir semua ahli telah merumuskan dan membuat definisi “belajar”, sering kali rumusan tentang belajar antara yang satu dengan yang lainnya berbeda, di bawah ini akan diuraikan tentang pengertian belajar, di antaranya sebagai berikut:
Menurut Spinner seperti yang dikutip Barlow (1985:187) dalam bukunya Educational Psychologi : The Teaching Proses berpendapat bahwa belajar adalah proses adaptasi (menyesuaikan tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Chaplin (1982:52) dalam Dictionary of Psychologi membatasi belajar dengan dua rumusan :
1) Rumusan pertama yang berbunyi :
Belajar adalah proses Perolehan perubahan tingkah laku laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman
2) Rumusan Kedua Berbunyi :
Belajar adalah memperoleh respons-respons sebagai adanya latihan khusus
Sementara itu Baggs dalam Syah (1997:65) mendefinisikan belajar dengan dua macam rumusan yaitu :
1) Rumusan yang pertama secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah). Belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi belajar dalam hal ini dipandang dari sudut beberapa materi yang dikuasai siswa.
2) Secara Instruksional (Tinjauan Kelembagaan). Belajar dipandang sebagai proses validasi (pengabsahan) penguasaan siswa terhadap materi-materi yang telah dipelajari
Pengertian belajar secara kuantitatif adalah proses memperoleh arti-arti dan pengalaman-pengalaman serta cara-cara menafsirkan dunia di keliling siswa. Belajar dalam pengertian ini di fokuskan dalam tercapainya daya pikir dan tindak lanjut yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.
Hiatzman dalam bukunya The Fsychology of learning mid memory (1981:78), berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tangkah laku organisme tersebut. Sedangkan Writting (1981) dalam bukunya Psychologi of Learning yang dikutip Syah (1997:70) mendefinisikan belajar sebagai berikut : Any Relatively Permanent Manage In An Organization Behavioral Repertoire That Occurs As Result Experiences (belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai suatu pengalaman).
Belajar adalah proses yang terjadi apabila seseorang mendapat “insinght” dalam situasi yang problematis (Maxwartheimer et, all dalam Syamsudin, 1996:66). Sedangkan menurut Herscher dalam Arikunto (1986:56), belajar adalah proses interaksi antara berbagai potensi yang ada di dalam diri siswa lainnya, konsep-konsep yang ditemuinya dan lingkungan hidup.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah :
1) Adanya perubahan tingkah laku
2) Tingkah laku belajar harus bertujuan
3) Tujuan dan maksud belajar harus muncul dalam diri siswa
4) Untuk mencapai tujuan tersebut siswa akan dihadapkan pada berbagai kesulitan, tantangan dan ancaman terutama ketika dalam proses belajar
5) Kegiatan dan hasil belajar disatukan dan dihubungkan dengan situasi yang tidak menyenangkan
6) Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah uang
7) Belajar lebih banyak melibatkan fungsi psikis
8) Siswa harus memberi reaksi secara keseluruhan dalam proses pembelajaran, siswa juga harus dibawa ke tujuan-tujuan lain baik yang berhubungan atau tidak berhubungan dengan tujuan utama dalam belajar dapat diartikan sebagai proses sebagai tingkah laku.
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku secara menyeluruh. Perubahan ini meliputi berbagai aspek, baik aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotorik.
b. Pengertian Matematika
Matematika adalah terjemahan dari Mathematics. Namun arti atau definisi yang terdapat dari matematika tidak dapat diterapkan sebagai eksak (pasti dan singkat). Definisi dari matematika makin sukar, dari cabang matematika makin lama makin bertambah dan makin bercampur satu sama lainnya.
Ada pula yang menyatakan bahwa matematika itu timbul karena pikiran-pikiran umum yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang menjadi empat wawasan yang luas, aritmetika, aljabar, geometrik dan analisis dengan arithmatikamencapai bilangan yang statistik.
Johnson dan Rising dalam Karso (1992:210) mengatakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logic, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan secara cermat jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide (gagasan) dari pada mengenai bunyi.
Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan. Sifat-sifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan pada unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat, yang telah dibuktikan kebenarannya.
Matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan atau ide, dan matematika itu adalah seni atau keindahan yang terdapat keteraturan dan keharmonisannya. Jadi menurut Jhonson dan Rising jelas bahwa matematika adalah ilmu deduktif.
Reys dkk dalam Russefendi (1988:5) mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa atau suatu alat. Sedangkan Kline dalam Winkel (1991:76) mengatakan pula bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan, menyadari dan dapat disempurnakan dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dan memahami menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1992:345) matematika adalah sebagai ilmu yang membahas tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian satu masalah mengenai bilangan
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa :
1) Matematika disebut ilmu deduktif
2) matematika adalah bahasa
3) Matematika Adalah Seni
4) Matematika Adalah Ratunya Ilmu
5) Matematika Adalah Ilmu Tentang Struktur Yang Terorganisasi
c. Hasil Belajar Matematika
Menurut Clelland (dalam Goleman, 1999:264) “hasil merupakan hal yang telah dicapai setelah melakukan proses tertentu,yang merupakan keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya’’. Jadi dalam hal ini, hasil selalu berkaitan dengan hal-hal atau nilai akhir setelah adanya suatu proses dalam mencapai sesuatu.
Hasil belajar matematika merupakan hasil perubahan pada diri siswa dalam pembelajaran matematika ke arah yang positif. Perubahan tersebut menurut Nasution (1982:98) itu dapat berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap. Hasil belajar matematika itu dapat terlihat setelah guru dalam proses belajar mengajar mempunyai metode yang baik dan dipahami dan diterima oleh siswa, juga hasilnya bisa terlihat setelah guru mengadakan evaluasi, yaitu menentukan apakah tujuan instruksional telah tercapai, apakah siswa telah memperoleh hasil yang seharusnya diperoleh dan sampai berapa hasil itu telah diperoleh dalam pembelajaran matematika.
Dalam peningkatan hasil belajar matematika digunakan berbagai metode atau prosedur didaktif pembelajaran. Sebagaian guru dalam menyampaikan materi matematika cenderung menggunakan model pembelajaran biasa atau konvensional yaitu model pembelajaran yang terpusat pada guru sebagai sumber belajar dan guru yang lebih aktif, siswa cenderung lebih pasif dalam menerima pelajaran. Keberhasilan siswa dalambelajar matematika dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya model penyajian materi pelajaran, sebagaimana diungkapkan oleh Ruseffendi (1991:13) keberhasilan anak dalam belajar bergantung pula dari model penyajian materi pelajarannya.
Meskipun kita memiliki makna yang lebih luas, namun pada awal pengertiannya hasil belajar selalu berhubungan dengan pretasi dan bahkan artinya serupa antara hasil belajar dengan prestasi,yang membedakannya adalah bahwa prestasi itu menunjukan hasil yang dicapai bersifat positif tetapi jika dikaitkan dengan hasil belajar itu pada pengertian akhirnya akan menunjukan pada prestasi yang menuju kearah yang positif atau mungkin kearah yang sebaliknya yaitu negatif.jadi hasil belajar itu akan melahirkan apa yang dinamakan dengan prestasi dan pretasi bisa dicapai dengan cara peningkatan kualitas diri yang lebih baik serta untuk mendapatkan kualitas yang baik juga dituntut adanya kerja keras dan belajar yang berkesinambungan. “Biasanya untuk mengukur hasil belajar yang menunjukkan prestasi seseorang atau dalam hal ini adalah siswa, digunakan evaluasi untuk mengukur sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan dan tujuan intruksional pembelajaran sudah tercapai” (Ralp Tyler dalam Syah, 1986:3).
Jika dihubungkan antara semua pendapat dan argument di atas dengan hasil belajar matematika yang nota bene adalah siswa yang sedang menempuh suatu proses untuk mencapai jati diri dan prestasi serta peningkatan berfikir yang lebih maju dengan cara belajar yang sistematis yang dibina dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang berada di dalam suatu intitusi yang formal yaitu sekolah. Sekolah adalah salah satu institusi atau lembaga yang berfungsi untuk mendidik dan mentransformasi berbagai ilmu dan pengetahuan guru kepada siswa untuk mendapatkan nilai akhir, yakni suatu prestasi yang tinggi. Kegiatan tersebut biasa disebut dengan proses belajar dan mengajar.
d. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar Matematika
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika terdiri atas:
1) Faktor kegiatan, penggunaan dan pengulangan
2) Belajar matematika banyak memerlukan latihan dengan jalan learning reccaling dan reviewling
3) Belajar matematika akan lebih berhasil apabila siswa akan merasa berhasil mendapatkan kepuasannya
4) Siswa belajar matematika perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya
5) Pengalaman lampau (bahan apersepsi) dan pengertian yang telah dimiliki oleh siswa mengenai matematika sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar mengajar
6) Belajar matematika hendaknya dilakukan dalam suasana menyenangkan
7) Pengertian lalu yang telah dimiliki siswa mengenai matematika sangat besar pengaruhnya terhadap dalam proses KBM. Pengalaman dan pengertian menjadi bekal untuk menerima pengertian-pengertian dan pengalaman-pengalaman baru.
8) Faktor kesiapan belajar siswa
9) Faktor belajar dan minat usaha
10) Faktor fisiologis
11) Faktor intelegensi
2. Hakikat Media Pembelajaran Lembar Kerja Siswa (LKS)
a. Pengertian Media Pembelajaran
Istilah mediua pembelajaran merupakan istilah yang banyak dipakai dalam berbagai konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Secara etimologi media berasal dari kata medium yang artinya perantara atau pengantar. Menurut Joni: Bahwa dalam konteks belajar mengajar media mempunyai arti sebagai pola umun perbuatan guru – siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Menurut ATKP media adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Sedangkan menurut Fatra media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima untuk merangsang pikiran, perasaan perhatian dan minat siswa sehingga terjadi proses pembelajaran. Sementara itu Gagne mengatakan bahwa media adalah jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka unutuk belajar. Menurut Briggs (dalam Rahadi, 2003:10) media adalah alat untuk memberikqn perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar.
Media dalam proses pembelajaran di sekolah sebagai salah satu usaha untuk mendapatkan keberhasilan yang maksimal dalam belajar. Dalam usaha mencapai tujuan belajar diperlukan media yang dipandang tepat. Tujuan belajar yang dimaksudkan di sini adalah terjadinya perubahan tingkah laku siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotorik setelah siswa mengalami suatu proses pembelajaran.
Sifat umum pola ini berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak dippergunakan dan atau diperagakan oleh guru dan siswa dalam berbagai peristiwa pembelajaran. Dengan demikian konsep media dalam hal ini menunjukkan pada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-siswa dalamperistiwa pembelajaran, termasuk di dalamnya rasio yang satu dengan media yang lain secara fundamental. (Hadi, 1992:99) mengatakan bahwa: “Rentetan perbuatan guru-siswa dalam suatu peristiwa belajar mengajar lebih aktual dan dalam rangka penggunaan media belajar mengajar dinakan prosedur instruksional”.
Dari itu hubungan antara media, metode dan teknik dapat dijelaskan bahwa media merupakan kumpulan sebuah metode, cara atau pola dalam mencapai/melaksanakan atau mengerjakan sesuatu sedangkan metode merupakan kumpulan sejumlah teknik dan teknik merupakan cara kerja. Dengan demikian metdia, metode atau teknik merupakan sesuatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lian karena ketiganya mempunyai hubungan yang erat dengan proses pembelajaran.
Oleh karena itu yang dimaksud dengan media pembelajaran dalampenelitian ini dapat diartikan sebagai segala sesuatualat atau sarana yang dapat menyalurkan pesan dalam perwujudan interaksi antara guru dan siswa agar terjadi proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Adapun cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan pembelajaran tertentu disebut sebagai desain instruksional. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan suatu media dalam proses pembelajaran yang disusun sebagai bagian dari desain instruksional.
b. Bentuk Media Pembelajaran Matematika
Dalam proses pembelajaran guru menyampaikan pengalaman, gagasan atau pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa agar pengalaman dan pengetahuan itu dapat dimiliki oleh siswa. Dua bentuk media pembelajaran menurut Raka (1992:80) adalah a) bersifat eksplositoris dan b) bersifat heoristik.
Media pembelajaran yang bersifat ekspositorikmerupakan penyajian pembelajaran dengan menyampaikan materi pelajaran atau pesan dalam keadaan telah siap diolah oleh guru artinya materi pelajaran yang akan disampaikan telah diolah secara tuntas dan siswa tinggal menerimanya. Oleh karena itu pembelajaran bersifat guru center. Sedangkan pembelajaran yang bersifat heoristik merupakan pembelajaran yang mengharuskan pengolahan oleh siswa dengan menggunakan media pembelajaran, karena isis pelajaran mengharuskan siswa untuk mengolahnya lebih lanjut. Dalam pembelajaran yang menggunakan sifat heoristik inilah siswa dituntut untuk menhggali pengetahuan yang lebih mendalam.
Ada dua pendekatan dalampembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang bersifat heoristik yaitu pendekatan discoverydan pendekatan inquiry. Pada pendekatan discovery siswa dituntut untuk dapat menemukan prinsip-prinsip yang baru yang sebelumnya belum diketahui sebagai akibat dari pengalaman belajarnya yang telah diatur secara seksama oleh guru, misalnya diperoleh pengetahuan dari percobaan-percobaan. Pendekatan inquiry struktur peristiwa pembelajaran benar-benar bersifat terbuka, artinya siwa dilepas untukmenemukan sesuatu melalui proses asimilasi yaitu memasukan hasil pengamatan ke dalam struktur kognitif yang telah ada dan proses akomodasi yaitu dengan perubahan-perubahan dalam arti penyesuaian dengan fenomena baru yang diamati.
Media pembelajaran yang bersifat heoristikini merupakan media yang sangat relevan dan sesuai dengan penggunaan lembar kerja siswa dalam pembelajaran matematika. Untuk memberikan kemudahan kepada siswa dalammempelajari matematika, hendaknya guru menggunakan media mengajar yang efektif dan efesien sehingga dapat membantu siswa memecahkan permasalahan yang dihadapi. Jika siswa mendapatkan kemudahan dalam belajar maka tujuan pembelajaran akan dapat tercapai.
c. Lembar Keja Siswa sebagai Media Pembelajaran
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu media dalam proses pembelajaran di sekolah. Menggunakan lembar kerja siswa dalam pembelajaran berfungsi sebagai salah satu usaha untuk mendapatkan keberhasilan yang maksimal dalam belajar. Di samping masih banyak lagi media pembelajaran lain yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai sarana untuk meningkatkan keberhasilan dalam belajar. Oleh karena lembar kerja siswa merupakan salah satu media pembelajaran maka dalam penggunaannya tidak lagi merupakan hal yang baru bagi setiap lembaga atau institusi pendidikan walaupun tidak adaperaturan yang mengikat dan baku dalamkurikulum pendidikan Indonesia.
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan sebuah media dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan demikian penggunaan lembar kerja siswa akan dapat memberi pengaruh besar yang positif terutama kepada anak didik atau siswa dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajarnya. Dari itu sangatlah tepat apabila lembar kerja siswa dikatakan sebagai “Alat Bantu atau Media Pembelajaran”, karena di samping bentuknya berupa buku juga di dalamnya memuat rangkuman materi pembelajaran dan soal-soal yang sangat berguna untuk membantu siswa dalam membahas permasalahan yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam tiap-tiap mata pelajaran serta memuat tujuan dari proses pembelajarab. Dalam usaha mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan diperlukan media pembelajaran yang tepat. Tujuan belajar yang dimaksudkan di sini adalah terjadinya perubahan tingkah laku siswa baik secara pengetahuan, sikap maupun keterampilan setelah siswa mengalami suatu proses pembelajaran.
Terjalinnya interaksi antara guru dan siswa yang positif dalam proses pembelajaran merupakan unsur utama dalam kaitan antara media dan kegiatan pembelajaran. Keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran ditentukan oleh interaksi ini. Sudah dapat dipastikan dalam interaksi ini mempunyai makna yang berupa pesan sebagai bagian dari adanya komunikasi antara guru dan siswa. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran.
Lembar Kerja Siswa (LKS) rupanya menjadi salah satu alternatif dalam media pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan di sekolah-sekolah. Lembar kerja siswa tersebut berfungsi sebagai skenario aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalamlembar kerja siswa berisi tujuan rangkuman konsep dan tempat menuliskan jawaban siswa atau tugas yang diberikan.
Pada kenyataan hampir semua siswa menyatakan senang mengikuti kegiatan pembelajaran dan senang menggunakan lembar kerja siswa. Ini berarti lembar kerja siswa dapat menumnbuhkan motivasi pada diri siswa dan bahkan mungkin dapat membangkitkan rasa ingin tahu serta ingin mencapai suatu prestasi. Rasa ingin tahu merupakan landasan bagi minat belajar. Bila minat belajar dapat dibangkitkan maka proses belajar akan berjalan dengan lancar.
Media pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja siswa diikuti dengan adanya motivasi berprestasi yang divariasikan dengan metode mengajar tampak akan banyak membantu siswa dalam mengikuti keseluruhan proses belajar dan akan menumbuhkan kreatif belajarnya. Penggunaan lembar kerja siswa dalam pembelajaran matematika baik lembar kerja buatan penerbit maupun lembar kerja buatan guru nampak memberi kemudahan pada siswa untuk mendapatkan keterampilan, berpikir secara logis di mana siswa akan mengidentifikasikan konsep baru dengan konsep yang sudah ada pada struktur kognitifnya. Di samping itu juga akan membawa siswa ke arah cara belajar siswa aktif.
B. Kerangka Berpikir
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku, dimana perubahan tingkah laku tersebut sebagai hasil belajar yang nampak berupa respons-respons yang baru terhadap lingkungannya.
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dimana siswa sebagai pembelajar menerima dan menemukan hal-hal baru secara bersama-sama dalam mediator dalam hal ini guru, dengan menggunakan berbagai metode pengajaran. Dengan menggunakan teknik atau metode mengajar yang tepat kemungkinan siswa akan lebih aktif belajar dan siswa akan selalu siap dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar, di samping kegiatan belajar mengajar juga ditentukan oleh kesiapan seorang guru dalam menguasai bahan ajar.
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan sebuah media dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan demikian penggunaan lembar kerja siswa akan dapat memberi pengaruh besar yang positif terutama kepada anak didik atau siswa dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajarnya. Masing-masing media pembelajaran ini diyakini memiliki kelebihan dan kekurangan dalam proses belajar mengajar yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar.
Hasil belajar adalah hasil usaha dari suatu kegiatan belajar mengajar yang diperoleh siswa melalui suatu evaluasi dan penilaiannya dinyatakan dengan bentuk symbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Symbol, angka, dan huruf berkategori yang baik diperoleh siswa dari hasil evaluasi dan penilaian merupakan prestasi belajar yang dicapai siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Penggunaan lembar kerja siswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih aktif dengan mengerjakan soal-soal matematika, sehingga dapat memacu siswa agar berpresati lebih baik pada pelajaran matematika.
Dengan demikian penulis menduga bahwa terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran lembar kerja siswa terhadap hasil belajar matematika.
C. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Terdapat pengaruh media pembelajaran lembar kerja siswa terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Satu Atap 3 Malingping tahun pelajaran 2009/2010.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Rhineka Cipta │Dapatkan Bukunya Di Sini
-----------, 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta. │Dapatkan Bukunya Di Sini
Barlow. 1985. Educational Psychologi: The Teaching Process. London:Associated Book Publishers Limited New Fetter Lane.│Dapatkan Bukunya Di Sini
Chaplin. 1982. Dictionary of Psychologi. New Jersey: Prentice Hall Englewood. │Dapatkan Bukunya Di Sini
Coleman, J. C. 1974. Contemporary Psycology and Effective Behavior. Glenview: Scott, Foresman, and Co│Dapatkan Bukunya Di Sini
Goleman, Daniel. 1999. Emotional Intellegence: Kecerdasan Emosional Mengapa EI Lebih Penting Daripada IQ. Terjemahan. T. Hermaya. Jakarta: Gramedia │Dapatkan Bukunya Di Sini
Hiatzman. 1978. The Psychologi of Learning and Memory. New York: Doubleday │Dapatkan Bukunya Di Sini
Karso. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers│Dapatkan Bukunya Di Sini
Hadi, Sutrisno, 1992. Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Fisiologi UGM│Dapatkan Bukunya Di Sini
Mulyasa, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya│Dapatkan Bukunya Di Sini
Nasution, Andika Hakim 1982. Landasan Matematika, Jakarta : Bhatara Karya Aksara│Dapatkan Bukunya Di Sini
Nugraha, Endi. 1998. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Tarsito│Dapatkan Bukunya Di Sini
Porwadarminta.1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. │Dapatkan Bukunya Di Sini
Raka, Gede, 1992. Motivasi, Supervisory Development. Riau. Proram PT Caltex Pasific Indonesia│Dapatkan Bukunya Di Sini
Riduan. 2000. Dasar-dasar Statistika.Bandung: Alfabeta│Dapatkan Bukunya Di Sini
Roestiyah, Alquesindo Afset, 1988. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta│Dapatkan Bukunya Di Sini
Ruseffendi. ET 1980. Pengajaran Matematika Modern, Bandung : Tarsito│Dapatkan Bukunya Di Sini
Salim, Peter dan Yani, 1991. Kamus bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta : Modern Inglish│Dapatkan Bukunya Di Sini
Slameto. 1991. Belajar dan faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta│Dapatkan Bukunya Di Sini
Soleh, Mohammad. 1998. Pokok-pokok Pengajaran Matematika Sekolah. Jarta: Depdikbud│Dapatkan Bukunya Di Sini
Suabana, Moersetyo Rahadi dan Sudrajat. 2000. Statistika Pendidikan. Jakarta: CV. Pustaka Setia│Dapatkan Bukunya Di Sini
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito│Dapatkan Bukunya Di Sini
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Al-Gensido│Dapatkan Bukunya Di Sini
Suherman, Eman dan Udin Putra Swinata. 1999. Strategi Belajar Mengajar Matematika Modul I. Jakarta: Universitas terbuka│Dapatkan Bukunya Di Sini
Suparman, Atwi. 1996. Desain Instruksional. Jakrta: Universitas Terbuka│Dapatkan Bukunya Di Sini
Surya, M dkk. 2004. Kapita Selekta Kependidikan. Jakarta: Universitas Terbuka│Dapatkan Bukunya Di Sini
Syah, Muhibin. 2000. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remadja Karya│Dapatkan Bukunya Di Sini
Syamsudin, Abin. 1996. Psikologi Pendidikan.Bandung. IKIP│Dapatkan Bukunya Di Sini
Winkel, W. S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widia Sarena Indonesia│Dapatkan Bukunya Di Sini
Bagi rekan-rekan yang ingin mendapatkan file lengkapnya dalam format word silakan download di sini gratis.
0 komentar:
Posting Komentar