Rekan-rekan Rujukanskripsi yang berbahagia, pada postingan kali ini saya mempostingkan skripsi pendidikan bahasa Indonesia tentang “Hubungan antara kemampuan menyimak dengan keterampilan berbicara pada siswa". Silahkan baca dan download file lengkapnya, semoga bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai mahluk sosial, manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu hidup dalam lingkungan manusia. Mereka selalu hidup berkelompok mulai dari kelompok kecil, misalnya keluarga,sampai kelompok besar seperti organisasi social. Dalam setiap kelompok itu mereka selalu berinteraksi. Interaksi antar warga kelompok ditopang dan didukung oleh alat komunikasi vital yang mereka miliki bersama, yakni bahasa, dimana ada kelompok manusia disitu pasti ada bahasa. Kenyataan ini berlaku baik pada masarakat teradisional maupun pada masarakat modern. Jelas dalam masyarakat itu diperlukan keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan.
Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, maka manusia dituntut untuk terampil berbicara. Dengan kemampuan berbicara diharapkan terampil mengungkapkan pikiran, gagasan, ide,dan perasaan secara lisan. Dalam ke hidupan sehari-hari ternyata manusia dihadapkan dengan berbagai kegiatan yang menuntut kemampuan berbahasa lisan (berbicara) Misalnya dialog dalam lingkungan keluarga atau percakapan antara anak, ibu dan ayah, percakapan anggota rukun tetangga, percakapan antara pembeli dan penjual di pasar, perdebatan antara anggota yang pro dengan yang kontra dalam debat wanita karir, berdialog dengan teman, berwawancara, seminar, symposium, dan sebagainya yang semuanya itu menuntut keterampilan berbicara.
Kemampuan berbahasa sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan berbahasa yang dimiliki, dalam kehidupan ini akan terasa indah, persahabatan akan menjadi erat, kehidupan bertetangga akan menjadi rukun, hidup berkeluarga akan menjadi harmonis,lingkungan kerja menjadi semakin akrab. Seorang pakar mengatakan bahwa “keberhasilan seseorang berkomunikasi dalam masyarakat menunjukan kematangan dan kedewasaan peribadinya’’ (Tarigan, 1981:19).
Siswa sebagai bagian dari anggota masyarakat, dalam pendidikannya di sekolah dituntut pula untuk terampil berbahasa, karena itu bahasa merupakan sarana atau alat bagi siswa untuk mengekspresikan diri. Artinya, untuk mengungkapkan ide, gagasan, perasaan, atau pernyataan kepada orang lain (pendengar) dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Agar dapat menjalin komunikasi yang baik mereka harus memiliki pengetahuan sikap yang cukup. “Pengetahuan mengenai teori berbicara akan sangat bermanfaat dalam menunjang kemahiran serta keberhasilan seni dan praktek berbicara. Itulah sebabnya diperlukan pendidikan berbicara’’ (Tarigan, 198:21).
Pada kenyataannya tidak sedikit siswa yang belum terampil dalam berbicara. Diantara mereka masih banyak yang belum mampu mengutarakan gagasannya, ide atau perasaan dengan baik. Hal semacam itu salah satu penyebabnya adalah kurangnya pembendaharaan kata bagi siswa.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka guru bahasa Indonesia merupakan pihak yang berkomponen untuk meningkatkan penguasaan pembendaharaan kata bagi siswanya melalui proses belajar mengajar (PBM).
Kemampuan berbicara seseorang akan mencerminkan jalan pikirannya, sebab semakin seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan.Oleh karena itu setelah berpraktek perlu pula diadakan tes untuk mengetahui sampai sejauh mana hasil yang telah dicapai’’ (Tarigan, 1986:12).
Aspek berbicara merupakan salah satu aspek dari catur tunggal berbahasa yang perlu dikaji, diketahui kelemahan dan keunggulan dari tiap-tiap komponen, agar guru bahasa Indonesia memenuhi sasaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa dapat ditempuh dengan wawancara, berpidato, diskusi, bercerita, bermain peran,dan percakapan.
Peningkatan kemampuan berbahasa bagi siswa merupakan tujuan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah lanjutan tingkat pertama. Dalam kegiatan sehari-hari kemampuan berbahasa itu kita peroleh melalui suatu urutan yang teratur. Kemampuan yang pertama diperoleh seorang anak adalah menyimak, kemudian berbicara, dilanjutkan dengan membaca dan menulis. Kemampuan menyimak dan berbicara diperoleh pada waktu seorang anak masuk sekolah. Agar mampu berbahasa dengan baik, ada empat kemampuan yang harus dipelajari oleh siswa, yaitu: kemampuan menyimak, berbicara, membaca ,dan menulis. Keempat kemampuan berbahasa tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Dalam pengajaran dan pengembangannya tidak dapat dipisah-pisahkan.
Di antara keempat kemampuan berbahasa di atas masih banyak guru bahasa Indonesia yang mengabaikan kemampuan menyimak siswa, padahal kegiatan menyimaklah yang paling banyak dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Tarigan (1985:28) menjelaskan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembaca melalui ujaran atau bahasa lisan.
Di kalangan guru bahasa Indonesia sendiri masih ditemukan anggapan bahwa kemampuan menyimak merupakan kemampuan yang pasif yaitu menerima begitu saja bunyi-bunyi yang bermakna yang didengarnya. Selain itu, mereka juga beranggapan bahwa kemampuan menyimak tidak perlu diajarkan kepada siswa. Angggapan yang demikian tidak benar. Kenyataan menunjukkan bahwa menyimak mempunyai fungsi yang mendasar dalaam berbahasa. Tampa mampu menyimak dengan baik komunikasi akan mengalami kegagalan.
Menyimak pada prinsipnya bukan merekam seluruh kata atau kalimat, melainkan jembatan demi tertangkapnya pokok pembicaraan. Sirait (1992:87) mengatakan bahwa “kemampuan menyimak merupakan kemampuan menangkap bahasa lisan, meliputi penangkapan unsur-unsur bahasa dan kosakata serta memahami ide serta gagasan yang terkandung dalam ujaran yang didengarkan”. Seorang penyimak yang baik akan memahami makna kata itu, serta mengetahui apakah kalimat yang disimaknya itu benar atau salah. Kemampuan menyimak ini pada umumnya telah dimiliki setiap manusia yang normal sejak ia dilahirkan namun tidak semua orang memiliki kemampuan menyimak yang memadai sehingga guru perlu meningkatkan kemampuan menyimak siswa.
Di sekolah menyimak diajarkan sebagai suatu keterampilan berbahasa yang bertujuan agar siswa mampu untuk menangkap pelajaran dan menangkap informasi-informasi. Dewasa ini para guru kecewa karena pada siswanya tidak mampu mengungkapkan atau mengkomunikasikan kembali garis besar isi simakan yang telah disimaknya dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga tidak dapat dimengerti apa yang diungkapkannya. Salah satu cara untuk dapat mengkomunikasikan kembali isi simakan ialah dengan cara bernalar.
Di Sekolah Menengah Pertama (MTs) biasanya dalam menyimak siswa disuruh menyimak wacana, baik wacana dalam bentuk narasi, deskripsi, ekpososi, argumentasi, maupun persuasi. Kemudian siswa disuruh menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan wacana dan akhirnya dapat menyimpulkan garis besar yang berkaitan dengan wacana yang telah disimaknya. Jadi, siswa dituntut untuk dapat melakukan penalaran verbal. Untuk dapat menalar dengan baik dan logis, salah satu cara yang dapat ditempuh oleh siswa adalah dengan belajar dan melatih diri untuk menalar wacana yang telah disimak. Oleh karena itu, guru harus memotivasi siswa agar siswa dapat meningkatkan kemampuan bernalarnya.
Berdasarkan pengalaman penulis, siswa yang telah menguasai beberapa kemampuan yang dituntut dari menyimak tidak akan mengalami kesulitan dalam melakukan pembicaraan. Sedangkan siswa yang tidak mampu menguasai kemampuan yang dituntut dari menyimak akan mengalami kesulitan dalam melakukan pembicaraan. Namun demikian teori ini tidak sesederhana yang dibayangkan. Hasil pengamatan pendahuluan di SMP tempat penulis melakukan penelitian, ada sebagian siswa yang memiliki kemampuan menyimaknya bagus tetapi kemampuan berpidatonya kurang baik. Tetapi dilain pihak, juga terdapat siswa yang memiliki kemampuan menyimaknya kurang, justru kemampuan berpidatonya sangat bagus. Kenyataan inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini penulis kemas dalam bentuk skripsi dengan judul: “Hubungan antara kemampuan menyimak dengan keterampilan berbicara pada siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang mungkin timbul sehubungan variabel yang diletiti dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1) Bagaimana peranan menyimak dalam proses pembelajaran disekolah ?
2) Jenis menyimak apakah yang harus dikuasai oleh siswa MTs ?
3) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kemampuan menyimak siswa MTs?
4) Mengapa siswa MTS tidak menaruh perhatian pada pelajaran menyimak?
5) Bagaimana pelaksanaan pelajaran menyimak di MTs ?
6) Apakah siswa telah memilliki kemampuan menyimak dengan baik?
7) Bagaimana usaha-usaha untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa?
8) Apakah siswa telah memiliki keterampilan berbicara dengan baik?
9) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi keterampilan berbicara siswa MTs?
10) Adakah hubungan antara kemampuan menyimak dengan keterampilan berbicara siswa MTs?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat adanya berbagai keterbatasan kemampuan maka penelitian ini tidak menjawab semua masalah yang muncul. Penelitian ini hanya dibatasi pada :
1) Kemampuan menyimak siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010.
2) Keterampilan berbicara siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010.
3) Hubungan antara kemampuan menyimak dengan keterampilan berbicara siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dalam penelitian ini, masalah dirumuskan sebagai berikut :
1) Bagaimanakah kemampuan menyimak siswa kelas VIII MTs Negeri BVanjarsari tahun pelajaran 2009/2010?
2) Bagaimanakah keterampilan berbicara siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010?
3) Apakah teerdapat hubungan antara kemampuan menyimak dengan keterampilan berbicara siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1) Ingin mengetahui kemampuan menyimak siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010.
2) Ingin mengetahui keterampilan berbicara siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010.
3) Ingin mengetahui hubungan antara kemampuan menyimak dengan keterampilan berbicara siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi guru
Para guru Bahasa Indonesia dapat menjadikan pembelajaran menyimak sebagai alternatif lain dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
2. Manfaat bagi siswa
Agar siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010 memiliki dapat meningkatkan kemampuan menyimak dan diharapkan dapat menginterpretasikannya untuk meningkatkan keterampilan berbicara.
3. Manfaat bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan penulis tentang menyimak dan berbicara sehingga dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar .
DAFTAR PUSTAKA
Nama Buku | Cover Buku | Link Buku |
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. | ||
Ali, Muhammad. 1993, Strategi Penelitian. Bandung: Angkasa | ||
Burhan, Yazir. 1979. Hubungan Antara Guru dan Tujuan Membaca Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: P3B | Belum Ada Cover | |
Depdikbud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua.jakarta : Balai Pustaka | ||
Ginting, St. Aisah. 1996. Kontribusi Penggunaan Struktur dan Penguasaan Kosakata yang Sesuai Dengan Konteks dan Situasi Terhadap Kemampuan Menyimak. Jakarta Pascasarjana IKIP | Belum Ada Cover | Tidak Diterbitkan |
Keraf, Gorys, 1984. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende Flores: Nusa Indah | Belum Ada Cover | |
Keraf, Gorys, 1985. Argumerntasi dan Narasi. Jakarta.: Gramedia | ||
Parera, J.D. 1992. Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta:Erlangga | Belum Ada Cover | |
Parera, J.D. 1991. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta. Erlangga | Belum Ada Cover | |
Paul S Anderson dalam Marfuki 1987, Perbedaan kemampuan Menyimak Antara Siswa A 1 dengan A 3 SMA. IKIP Jakarta | Belum Ada Cover | Tidak Diterbitkan |
Sabarti, Akhidah, 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga | Belum Ada Cover | |
Sirait, Bistok, 1992. Evaluasi Hasil Belajar Bahasa Indonesia. Jakarta : P2LPTK Ditjen Dikti | Belum Ada Cover | |
Sudjana, Nana. 1996. Cara Belajar siswa Aktif. Bandung : Sinar Baru Algensindo | Belum Ada Cover | |
Suria sumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Senior Harapan. | ||
Tarigan, H.G. 1985. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa | ||
Tarigan. Djago dan H.G. Tarigan. 1993. Teknik Pengajaran Keterampilan bernahasa. Bandung : Angkasa | Belum Ada Cover |
Untuk mendapatkan file skripsi pendidikan bahasa Indonesia tentang “Hubungan antara kemampuan menyimak dengan keterampilan berbicara pada siswa" selengkapnya silahkan download disini
Baca juga:
0 komentar:
Posting Komentar