ekan-rekan Rujukanskripsi yang berbahagia, setelah Proposal Skripsi Pendidikan Matematika tentang Model Pembelajaran pada postingan kali ini saya mencoba untuk mengangkat tema tentang kajian teori Hakikat Hasil Belajar Matematika, yang meliputi bahasan: Pengertian Belajar, Hasil Belajar, Pengertian Matematika, dan Hasil Belajar Matematika. Silahkan baca dan semoga bermanfaat.
- See more at: http://rujukanskripsi.blogspot.com/2013/06/kajian-teori-hakikat-hasil-belajar.html#sthash.8HDcQOTc.dpuf
Rekan-rekan Rujukanskripsi yang berbahagia, setelah Proposal Skripsi Pendidikan Matematika tentang Model Pembelajaran pada postingan kali ini saya mencoba untuk mengangkat tema tentang kajian teori Hakikat Hasil Belajar Matematika, yang meliputi bahasan: Pengertian Belajar, Hasil Belajar, Pengertian Matematika, dan Hasil Belajar Matematika. Silahkan baca dan semoga bermanfaat.
- See more at: http://rujukanskripsi.blogspot.com/2013/06/kajian-teori-hakikat-hasil-belajar.html#sthash.8HDcQOTc.dpuf
Rekan-rekan Rujukanskripsi yang berbahagia, postingan kali ini masih berkisar tentang Proposal Skripsi, dimana pada beberapa waktu yang lalu saya telah poskan Proposal Skripsi Pendidikan Matematika tentang Model Pembelajaran. Tema postingan kali ini yaitu Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa, yang meliputi bahasan: Latar Belakang Masalah, Kajian Teori: Hasil Belajar, Pengertian Matematika, Hasil Belajar Matematika dan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining serta Metode Penelitian. Di akhir postingan ini disertakan pula link untuk mengunduh filenya dalam format WORD GRATIS. Silahkan baca dan semoga bermanfaat.
A. Judul
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pokok Bahasan Operasi Aljabar.
B. Masalah
1. Latar Belakang Masalah dan Pengajuan Judul
Sampai saat ini masih banyak keluhan bahwa mata pelajaran matematika membosankan dan tidak menarik bahkan penuh dengan misteri. Hal ini disebabkan pelajaranmatematika dirasakan sulit dan membuat siswa tidak menyukai pelajaran itu. Kenyataan iniadalah suatu persepsi yang negatif terhadap pelajaran matematika. Di samping hal tersebut kita masih dapat bersyukur karena ada juga siswa yang sangat menikmati keasyikannyabelajar matematika dan mengagumi keindahan kaidah-kaidah matematika, sehingga merekatergantung untuk memecahkan masalah berbagai bentuk soal matematika.
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang dapat menjadikan manusia untuk berfikir logis, teoritis, rasional, dan percaya diri. Oleh karena itu matematika harus dipelajari dan dikuasai oleh segenap warga negara sebagai sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka mampu bertahan dalam eraglobalisasi yang berteknologi maju di saat sekarang maupun yang akan datang.
Prestasi belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar. Prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan sejauh mana anak terhadap materi yang diterima.
Hasil belajar yang dicapai siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal (Slameto:2003). Penyebab utama kesulitan belajar (Learning disabilities) adalah faktor internal yaitu diantaranya minat, bakat, motivasi, tingkat intelegensi, sedangkan penyebab utama problema belajar (learning problems) adalah faktor eksternal antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, maupun faktor lingkungan yang sangat berpengaruhpada prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Dalam pembelajaran matematika motivasi belajar siswa masih tergolongrendah. Hal tersebut bisa dilihat dari keinginan siswa dalam belajar masih kurang, kegiatanbelajar kurang menarik karena siswa cenderung pasif dan jarang mengajukan pertanyaan.Perhatian dan kemandirian siswa masih rendah karena siswa hanya bergantung pada apayang diberikan oleh guru.
Permasalahan yang sama juga terjadi di kelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah, dari kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah tersebut untuk pelajaran matematika yaitu 60, rata-rata prestasi belajar matematika siswa hanya mencapai 58. Salah satu faktornya guru terlalu monoton dalam mengajar sehingga siswa tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan dan cenderung pasif.
Sedangkan faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi belajar adalah faktor metode pembelajaran. Selain siswa, unsur terpenting yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Guru sebagai pengajar yang memberikan ilmu pengetahuan sekaligus pendidik yang mengajarkan nilai-nilai, akhlak, moral maupun sosial dan untuk menjalankan peran tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas yang nantinya akan diajarkan kepada siswa.
Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih metode mana yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Namun sampai saat ini masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru,sehingga di sini siswa hanya berfungsi sebagai obyek atau penerima perlakuan saja. Oleh dari itu perlu digunakan sebuah metode yang dapat menempatkan siswa sebagai subyek (pelaku)pembelajaran dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajarantersebut. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator andExplaining.
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mengesankan, keberanian, kebermaknaan dalam pembelajaran, penanaman konsep yang melekat dari hasil penyimpulan serta meningkatkanmotivasi siswa dalam belajar, meningkatkan pemahaman dan daya ingat.
Permasalahan tersebut mendasari penelitian ini dalam menerapkan modelpembelajaran Student Facilitator and Explaining untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Model pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah rendahnya motivasi siswa. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangatbermanfaat terhadap hasil belajar mengajar. Untuk menciptakan proses belajar mengajaryang bisa menimbulkan komunikasi dua arah, serta dapat mencapai tujuan pembelajaranmatematika yang sesuai dengan waktu yang tersedia maka diarahkan dalam bentukpembelajaran matematika yang tidak hanya berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa.
Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SiswaKelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pokok Bahasan Operasi Aljabar”.
2. Identifikasi Masalah
Berdasakan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Apakah yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa masih rendah?
2) Faktor apakah yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
3) Apakah motivasi siswa dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa?
4) Apakah yang menyebabkan rendahnya motivasi siswa?
5) Apakah motivasi belajar siswa dapat mempengaruhi minat belajar siswa?
6) Faktor apakah yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?
7) Apakah minat belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa?
8) Apakah yang menyebabkan rendahnya minat belajar siswa?
9) Faktor apakah yang dapat meningkatkan minat belajar siswa?
10) Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa?
11) Apakah model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa?
3. Pembatasan masalah
Dengan banyaknya identifikasi masalah di atas, maka akan memerlukan bahasan yang panjang dan waktu yang cukup lama. Agar dapat memfokuskan penelitian dan mengefisienkan waktu penelitian, perlu adanya batasan masalah dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:
1) Motivasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 dalam pokok bahasan operasi aljabar.
2) Hasil belajar matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 dalam pokok bahasan operasi aljabar.
3) Pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
4. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah motivasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 dalam pokok bahasan operasi aljabar?
2) Bagaimakah hasil belajar matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 dalam pokok bahasan operasi aljabar?
3) Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswakelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar?
5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Ingin mengetahui motivasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 dalam pokok bahasan operasi aljabar.
2) Ingin mengetahui hasil belajar matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 dalam pokok bahasan operasi aljabar.
3) Ingin mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswakelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika, utamanya pada peningkatan prestasi belajar matematika siswa melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Secara khusus hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai langkah untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang sejenis, serta dapat memberikan kontribusiterhadap perkembangan pembelajaran matematika.
b. Manfaat praktis
1. Bagi Guru
1) Memberikan wawasan kepada guru tentang penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dengan media worksheet dalam proses pembelajaran matematika.
2) Guru bisa lebih kreatif dalam menyelenggarakan proses pembelajaran ini
2. Bagi siswa
Meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran matematika.
3. Bagi sekolah
Memberi sumbangan informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah.
4. Bagi peneliti
Bahan pertimbangan, masukan atau referensi untuk penelitian lebih lanjut.
C. Deskripsi Teoritis
1. Hakikat dari Variabel Y
a. Pengertian Belajar
Slameto (1995:2) mengemukakan, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Muhibin Syah (2006:65-66) mengutip pendapat seorang ahli psikolog bernama Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning mendefinisikan belajar sebagai: “any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience, artinya belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman”.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:121) pengertian belajar jika dilihat secara psikologi adalah:
Suatu proses perubahan didalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan perkataan lain, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Sardiman (2006: 20-21) mengemukakan, “Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya”.
Dari pemaparan para ahli tentang makna belajar di atas, dapat dikatakan pengertian dan pemahaman seseorang tentang sesuatu (secara ilmiah) pastilah didapatkan melalui belajar dengan ulet dan sungguh-sungguh. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah ”penambahan pengetahuan”. Selanjutnya ada yang mendefinisikan ”belajar adalah berubah”.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, serta penyesuaian diri. Terlebih lagi dalam mempelajari matematika yang struktur ilmunya berjenjang dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, dari yang konkret sampai ke abstrak.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran, biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf atau angka-angka. Hasil belajar dapat berupa keterampilan, nilai dan sikap setelah siswa mengalami proses belajar. Melalui proses belajar mengajar diharapkan siswa memperoleh kepandaian dan kecakapan tertentu serta perubahan-perubahan pada dirinya.
Menurut Sudjana (2001), “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil peristiwa belajar dapat muncul dalam berbagai jenis perubahan atau pembuktian tingkah laku seseorang”. Selanjutnya menurut Slameto (dalam Emarita, 2001) menyatakan: “Hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri”.
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar tampak dari perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur daalm bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Hamalik (2002) menyatakan bahwa “Perubahan disini dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembanganyang lebih baik di bandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tau menjadi tahu”.
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar diperoleh setelah diadanya evaluasi, Mulyasa (2007) menyatakan bahwa” Evaluasi hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi”. Hasil belajar ditunjukan dengan prestasi belajar yang merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa.
Dari proses belajar diharapkan siswa memperoleh prestasi belajar yang baik sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang ditetapkan sebelum proses belajar berlangsung. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar adalah menggunakan tes. Tes ini digunakan untuk menilai hasil belajar yang dicapai dalam materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran dari proses pengalaman belajarnya yang diukur dengan tes.
Menurut Muhibbin Syah (2006: 145) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yakni:
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
c. Pengertian matematika
Menurut Roy Hollands (1995: 81), ”matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak
cabang".
The Liang Gie (1999: 23), mengutip pendapat seorang ahli matematika bernama Charles Edwar Jeanneret yang mengatakan: ”Mathematics is the majestic structure by man to grant him comprehension of the universe, yang artinya matematika adalah struktur besar yang dibangun oleh manusia untuk memberikan pemahaman mengenai jagat raya”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun KBBI, 2007:723) matematika diartikan sebagai: “ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.
James (dalam Suherman 2001: 16) menyatakan bahwa: “Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri”.
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang definisi matematika di atas, maka dapat dikemukakan bahwa matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang memiliki struktur besar yang berhubungan satu dengan yang lainnya yang terbagi dalam tiga bidang yaitu: aljabar, analisis, dan geometri.
d. Hasil Belajar Matematika
Dari pengertian tentang belajar, hasil belajar, dan matematika,
maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar matematika adalah merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran matematika setelah mengalami pengalaman belajar yang dapat diukur melalui tes.
2. Hakikat dari Variabel X
a. Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan suatu proses, kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Pengertian belajar menurut Erman Suherman (2001 :7) adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Achmad Sugandi (2004: 11) mengemukakan, dalam arti sempit, proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan siswa dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan siswa yang bersangkutan.
Penekanan pembelajaran matematika tidak hanya melatih ketrampilan dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep. Ciri-ciri
pembelajaran dapat dikemukakan sebagaimana yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (1997: 46-48) sebagai berikut:
1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.
3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa.
4) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.
5) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.
6) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis.
Tujuan pembelajaran adalah membantu pada siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas.
Eman Suherman (2001) mengemukakan bahwa ada dua jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika, yaitu pendekatan yang bersifat metodologi dan pendekatan yang bersifat materi. Pendekatan metodologi berkenaan dengan cara siswa mengadaptasi konsep yang disajikan kedalam struktur kognitifnya, yang sejalan dengan cara guru menyajikan bahan tersebut. Sedangkan pendekatan material yaitu pendekatan pembelajaran matematika dimana dalam menyajikan konsep matematika melalui konsep matematika yang lain yang telah dimiliki siswa.
Dengan demikian pembelajaran matematika berdasarkan pemikiran bahwa siswa yang harus belajar dan semestinya dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat diadaptasi oleh siswa.
b. Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Belajar aktif tipe Student Facilitator and Explaining merupakan suatu kegiatan belajar kolaboratif yang dapat digunakan guru di tengah-tengah pelajaran sehingga dapat menghindari cara pengajaran yang selalu didominasi oleh guru dalam PBM. Melalui kegiatan belajar secara kolaborasi (bekerja sama) diharapkan peserta didik akan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara aktif.
Belajar aktif tidak dapat terjadi tanpa adanya partisipasi peserta didik. Terdapat berbagai cara untuk membuat proses pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dan mengasah ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan belajar aktif pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses.
Dalam metode belajar aktif setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan metode yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar (Mulyasa, 2007).
Dalam metode belajar aktif setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan metode yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar (Mulyasa, 2007).
Menurut Agus Suprijono (2009: 128) model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnya.
Menurut Rachma Widodo (2009), model pembelajaran Student Facilitator and Explainingmerupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah salah satu pembelajaran aktif dimana siswa belajar mempresentasikan ide/pendapat/gagasan tentang materi pelajaran pada rekan peserta didik lainnya. Selanjutnya Eman Suherman (2011) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran.
4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6) Evaluasi
7) Refleksi
8) Penutup.
D. Kerangka Berpikir dan Pengajuan Hipotesis
1. Hubungan antara variabel X dengan Y
Keberhasilan pembelajaran merupakan hal utama yang didambakandalam pelaksanaan pendidikan. Agar pembelajaran berhasil guru harusmembimbing siswa, sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan struktur pengetahuan bidang studi yangdipelajarinya. Untuk mencapai keberhasilan itu guru harus dapat memilihmetode pembelajaran yang tepat untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan untuk guru sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika dan sekaligus dapat meningkatkan aktivitas siswa, serta memberi iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan kreatifitas siswa adalah dengan pembelajaran aktif. Dengan pembelajaran aktif ini siswa termotivasi untuk belajar menyampaikan pendapat dan bersosialisasi dengan teman. Guru di sini hanya sebagai fasilitator dan motivator dalampembelajaran.
Student Facilitator and Explaining adalah salah satu pembelajaran aktif dimana siswa belajar mempresentasikan ide/pendapat/gagasan tentang materi pelajaran pada rekan peserta didik lainnya. Dengan demikian siswa akan merasa terangsang untuk mampu memahami, menguasai, mengkomunikasikan, dan mempertanggung jawabkan ide/pendapat/gagasan yang telah dikemukakan. Hal ini berarti akan memotivasi siswa untuk mau belajar matematika dengan senang hati dan bersungguh-sungguh.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, diharapkan modelpembelajaran aktif tipe Student Facilitator and Explaining dapat diterapkan dalam pokok bahasan operasi aljabar sehingga pada akhirnya hasil belajar matematika siswa meningkat.
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis merumuskan hipotesis peneliitian sebagai berikut:
a. Hipotesis kerja H1
Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
b. Hipotesis Nihil H0
Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
E. Metode Penelitian, Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri PGRI Bayah, sementara waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 dengan lama penelitian kurang lebih selama satu bulan yakni dari pertengahan Juli hingga pertengahan Agustus 2011.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah 55 siswa dan terbagi kedalam dua rombongan belajar, yaitu kelas VIII A berjumlah 30 siswa dan kelas VIII B berjumlah 25 siswa.
b. Sampel
Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan pertimbangan yang dikemukakan oleh Arikunto (1996:120) bahwa, “Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 %, atau 20-25% atau lebih”. Karena populasi dalam penelitian ini hanya berjumlah sebanyak 55 siswa, maka peneliti menggunakan teknik total sampling, dimana semua populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.
Selanjutnya untuk menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dari kedua kelas tersebut dilakukan dengan pengundian. Setelah dilakukan pengundian, terpilih sebagai kelompok eksperimen adalah siswa kelas VIII A sebanyak 30 siswa dengan rincian 13 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan dan siswa kelas VIII B sebanyak 25 siswa dengan rincian 10 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan sebagai kelas kontrol.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan cara membandingkan hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Suharsimi Arikunto (1996: 3) mengemukakan, “Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang menggangu”.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode :
a. Tes
Tes ini digunakan untuk mendapatkan hasil data pembelajaran matematika siswa sesudah diberikan perlakuan pada pokok bahasan
operasi aljabar. Tes yang digunakan berupa tes obyektif, dengan pertimbangan seperti yang dikemukakan oleh Jailani (2003: 27) bahwa, tes obyektif memiliki kelebihan sebagai berikut:
1) Hasil belajar dari yang sederhana sampai yang kompleks dapat diukur.
2) Terstruktur dan petunjuknya jelas.
3) Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik.
4) Tidak dimungkinka untuk menerka jawaban.
5) Penilalian mudah, obyektif dan dapat dipercaya.
b. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah penelitian ini. Dokumentasi yang diperlukan adalah data mengenai nama siswa dan nilai ulangan matematika ketika siswa masih duduk di kelas VII.
c. Lembar Observasi
Metode ini digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa serta proses pelaksanaan pembelajaran Student Facilitator and Explaining.
5. Teknik Analisis Data
a. Analisis Instrumen Penelitian
Dalam analisis instrumen penelitian ini langkah-langkah yang ditempuh adalah:
1) Analisis Validitas Tes
Analisis validitas tes digunakan untuk mengetahui apakah butir soal sebagai instrumen penelitian valid atau tidak valid. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment sebagai berikut:
keterangan:
rxy = koefisien validitas butir soal
N = banyak siswa peserta tes
X = jumlah skor item
Y = jumlak skor total
Dari rxy yang diperoleh tersebut kemudian dinandingkan dengan tabel harga kritis produk moment. Item tersebut dikatakan valid jika rhitung ≥ rtabel (Suharsimi Arikunto, 1996:162).
2) Analisis Reliabilitas Instrumen
Teknik analisis reliabilitas instrumen yang digunakan adalah tes tunggal dengan teknik non belah dua dari Kuder dan Richardson (K-R 20) dengan rumus sebagai berikut:
Dengan:
n = banyak sampel
pi = proporsi subyek yang menjawab benar pada butir soal ke-i
qi = proporsi subyek yang menjawab salah pada butir soal ke-i
jadi qi = 1 - pi
= varians skor total
(Suharsimi Arikunto, 1996: 160)
r11 yang diperoleh dari hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan rtabel product moment dengan taraf signifikansi 5%. Apabila r11 > rtabel maka soal instrumen tersebut reliabel. (Suharsimi Arikunto, 1996; 155)
3) Analisis Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui item soal yang akan diujikan. Dalam hal ini tingkat kesukaran yang baik adalah pada interval 25% - 75% .
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran adalah sebagai berikut:
Dengan:
P = Tingkat kesukaran soal
B = Banyak siswa yang menjawab dengan benar item tersebut
JS = Banyak siswa yang mengikuti tes
Dengan kriteria:
0,00 ≤ P < 0,30 : soal dikatakan sukar
0,30 ≤ P < 0,70 : soal dikatakan sedang
0,70 ≤ P ≤ 1,00 : soal dikatakan mudah
(Suharsimi Arikunto, 1996: 210)
4) Analisis Daya Pembeda
Analisis daya pembeda digunakan untuk meninjau daya pembeda soalnya. Item yang baik adalah item yang mempunyai daya pembeda lebih dari 0,20.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda adalah sebagai berikut:
Dengan:
DP = daya pembeda soal
JA = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas
JB = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah
BA = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas menjawab item tertentu dengan benar
BB = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah dan menjawab item tertentu dengan benar.
PA = proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab item tertentu dengan benar
PB = proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab item tertenti dengan benar
Kategori yang digunakan adalah:
0,00 - 0,20 : jelek
0,20 - 0,40 : cukup
0,40 - 0,70 : baik
0, 70 - 1,00 : baik sekali
(Suharsimi Arikunto, 1996: 213)
b. Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis bertujuan untuk mengetahui normalitas dan homogenitas data yang diperoleh dari hasil pos tes sebelum data tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus uji-t.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Adapun analisisnya menggukan statistik uji chi kuadrat dengan rumus sebagai berikut:
Dengan,
: chi kuadrat
: frekuensi yang diobservasi
: frekuensi yang diharapkan
(Suharsimi Arikunto, 1996:290)
χ2 hitung yang telah diperoleh dari hasil perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan χ2 tabel dengan derajat kebebasan dk = K – 3 dan taraf signifikansi α = 5%. Data dikatakan normal apabila χ2hitung < χ2tabel. (Suharsimi Arikunto, 1996:290).
b. Uji Homogenitas.
Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians populasi homogen atau tidak. Adapun analisis yang digunakan dengan uji Fisher (uji F) sebagai berikut:
dengan,
F : homogenitas yang dicari
MKk : Mean Kuadrat Kelompok
MKd : Mean Kuadrat Dalam
(Arikunto, 1996:293)
Fhitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel yang mempunyai dk pembilang sebesar (nb – 1) dan dk penyebut (nk – 1) serta taraf signifikansi α = 5%. Dikatakan kelompok ekperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang memiliki variansi yang relative sama apabila Fhitung < Ftabel .
2. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka langkah berikutnya adalah melakukan analisis uji-t. Adapun analisisnya menggunakan uji statistik uji-t untuk satu pihak (pihak kanan). Langkah-langkah dalam melakukan pengujian adalah sebagai berikut:
Hipotesis yang akan diujikan adalah:
Ho : μ1 ≤ μ2 , nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih rendah dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol.
H1 : μ1 > μ2. nilai rata-rata kelompok ekperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol.
α = 5%
Keterangan:
H0 = Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswakelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
H1 = Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswakelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
Sedangkan rumus uji-t yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Dengan,
Keterangan:
: rata-rata nilai kelompok eksperimen
: rata-rata nilai kelompok kontrol
: simpangan baku
: standar deviasi pada kelompok eksperimen
: standar deviasi pada kelompok kontrol
: banyak subjek kelompok eksperimen
: banyak subjek kelompok kontrol
(Sudjana, 2001:293)
thitung yang telah diperoleh elanjutnya dibandingkan dengan ttabel yang memiliki derajat kebebasan dk = N1 + N2 - 2 dan taraf signifikansi α = 5%. Dalam hal ini tolak hipotesis nol jika thitung > ttabel.
6. Statistik Hipotesis Penelitian (Secara Matematika)
Dalam penelitian ini, hipotesis statistik yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ho : μ1 ≤ μ2 , nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih rendah dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol.
H1 : μ1 > μ2. nilai rata-rata kelompok ekperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol.
α = 5%
Keterangan:
H0 = Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswakelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
H1 = Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswakelas VIII SMP Negeri PGRI Bayah tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
F. DAFTAR PUSTAKA
Untuk mendapatkan file lengkapnya dalam format WORD silahkan diunduh DISINI GRATIS.
0 komentar:
Posting Komentar