Rujukan Skripsi - Postingan kali ini membahas tentang proposal skripsi pendidikan matematika dengan judul PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN SATAP 4 CIJAKU KABUPATEN LEBAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PADA POKOK BAHASAN OPERASI ALJABAR. Silakan baca juga artikel tentang Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa atau baca juga DAFTAR SKRIPSI LENGKAP DARI BAB 1-5.
DAFTAR SKRIPSI LENGKAP DARI BAB 1-5
Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa - See more at: http://rujukanskripsi.blogspot.com/#sthash.Q2Wdaqe3.dpuf
A. Judul
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pokok Bahasan Operasi Aljabar
B. Masalah
1. Latar Belakang Masalah dan Pengajuan Judul
Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu ke waktu tanpa henti. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006: 4).
Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses belajar mengajar memegang peran penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan materi disebabkan saat proses belajar mengajar guru kurang membangkitkan perhatian dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran khususnya matematika. Adakalanya guru mengalami kesulitan membuat siswa memahami materi yang disampaikan sehingga hasil belajar matematika rendah.
Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi, serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran.
Dari hasil pengamatan pengajaran matematika di SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak di temukan beberapa kelemahan diantaranya adalah prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah. Fakta tersebut ditunjukkan oleh nilai hasil belajar matematika siswa SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak adalah 56,50 dan hal ini berarti masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) seperti yang ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan yaitu 60. Hal ini di pengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa khususnya pada siswa kelas VIII dalam pembelajaran matematika antara lain: 1) keaktifan siswa kelas VIII dalam mengikuti pembelajaran masih belum tampak, 2) siswa jarang mengajukan pertanyaan, meskipun guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, 3) keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran yang masih kurang, 4) siswa di kelas VIII juga kurang mampu menuliskan apa yang diketahui, ditanyakan dan menentukan rumus yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
Selain dari faktor siswa dalam proses pembelajaran, peran guru juga sangat penting. Pada kondisi awalnya cara guru mengajar di SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak khususnya guru matematika rata-rata mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam dengan mencatat dan hafal. Pola penyampaian guru yang tidak terstruktur sehingga dalam pemahamannya siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi.
Mengingat dalam pembelajaran itu melibatkan aktifitas mendengar, menulis, membaca merepresentasi dan diskusi untuk mengkomunikasikan suatu masalah khususnya matematika maka diskusi kelompok perlu dikembangkan. Dengan menerapkan diskusi kelompok diharapkan aspek – aspek komunikasi bisa dikembangkan sehingga bisa meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah salah satu alternative untuk mengatasi permasalahan di atas adalah Penggunaan strategi mengajar, pemilihan strategi pembelajaran yang menarik dan dapat memicu siswa untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yaitu model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Dimana peserta didik di ajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Salah satu model pembelajaran aktif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu strategi snowball throwing.
Dalam pendekatan pembelajaran aktif ini siswa di harapkan mampu mengembangkan kreativitas dalam menyelesaikan soal matematika. Karena kreativitas itu merupakan kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu hal yang baru dan berbeda. Kreativitas setiap siswa berbeda – beda, siswa yang memiliki kreativitas tinggi mampu belajar dengan baik, dapat menciptakan cara belajar dengan baik, dapat menciptakan cara belajar dengan mudah serta mampu memahami, menyelesaikan soal-soal yang dihadapi dalam belajar sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai.
Strategi pembelajaran Snowball Throwing merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa berkreatifitas membuat soal matematika dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya dengan sebaik- baiknya. Penerapan model Snowball Trowing ini dalam pembelajaran matematika melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas tentang permasalahan dalam pembelajaran matematika, penulis mengambil judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pokok Bahasan Operasi Aljabar”
2. Identifikasi Masalah
Berdasakan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Apakah aktifitas siswa dapat mempengaruhi hasil belajar matematika?
2) Apakah minat belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar matematika?
3) Apakah minat belajar siswa dapat mempengaruhi keaktifan siswa?
4) Faktor apakah yang dapat meningkatkan aktifitas siswa?
5) Faktor apakah yang dapat meningkatkan minat siswa?
6) Faktor apakah yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
7) Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa?
8) Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi minat belajar siswa?
9) Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa?
10) Apakah model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan aktifitas siswa?
11) Apakah model pembelajaran snowball throwing berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?
3. Pembatasan masalah
Berdasakan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Minat belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 dalam pokok bahasan operasi aljabar.
2) Hasil belajar matematika dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 dalam pokok bahasan operasi aljabar.
3) Pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
4. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah minat belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 dalam pokok bahasan operasi aljabar?
2) Bagaimanakah hasil belajar matematika dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 dalam pokok bahasan operasi aljabar?
3) Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar?
5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematia siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak di capai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan mampu memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika, terutama terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. Serta secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran matematika yang berupa pergeseran dari pembelajaran yang tidak hanya mementingkan hasil menuju pembelajaran tetapi juga mementingkan prosesnya.
b. Manfaat Praktis
1) Memberi masukan kepada guru dalam menentukan strategi mengajar yang tepat, yang dapat menjadi alternatif lain dalam mata pelajaran matematika.
2) Memberi sumbangan informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah.
3) Memberi masukan kepada siswa untuk meningkatkan kreativitas belajarnya, megoptimalkan kemampuan berfikir positif dalam mengembangkan diri di tengah – tengah lingkungan dalam meraih keberhasilan belajar.
4) Bahan pertimbangan, masukan atau referensi untuk penelitian lebih lanjut.
C. Deskripsi Teoritis
1. Hakikat dari Variabel Y
a. Pengertian Belajar
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan pengembangan tekhnologi informasi, belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengatakan belajar menurut sudut pandang mereka.
Beberapa definisi belajar sebagai suatu perubahan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut.
1) Gagne dan Berliner (Ani Tri, 2004:2) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana sesuatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
2) Menurut Teori Belajar Konstruktivisme (Ani Tri, 2004:49-50) belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus bias menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, dan berkutat dalam berbagai gagasan. Guru adalah bukan orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang harus mengkonstruksikan pengetahuan didalam memorinya sendiri. Sebaliknya tugas guru yang paling utama adalah : (a) memperlancar siswa dengan cara mengajarkan cara-cara membuat informasi bermakna dan relevan dengan siswa; (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan gagasannya sendiri; (c) memanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajarnya sendiri. Disamping itu guru harus mampu mendorong siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang dipelajarinya.
3) Menurut Suharsimi Arikunto (1980:19) mengartikan bahwa belajar merupakan suatu proses karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan maupun sikap.
4) Sedangkan menurut Djamarah (2002:44) belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan.
5) Slameto (1989:2) mengemukakan bahwa, belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam lingkungannya.
6) Zainal Aqib (2010:43) berpendapat bahwa: “Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut batasan-batasan belajar dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja
2) Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang baru baik yang segera nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya berupa penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah dipelajari.
3) Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan keterampilan jasmani, kecepatan perseptual, isi ingatan, abilitas berpikir, sikap terhadap nilainilai dan inhibisi serta lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang berkenaan dengan aspek psikis dan fisik)
4) Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kingsley (dalam Sudjana, 2001:22) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu : (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian; (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
Menurut Muhibbin Syah (2010:145) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yakni:
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran,
Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.
Beberapa ciri untuk melihat hasil belajar yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar adalah sebagai berikut:
1) Siswa dapat mengingat fakta, prinsip, konsep yang telah dipelajarinya dalam kurun waktu yang cukup lama.
2) Siswa dapat memberikan contoh dari konsep dan prinsip yang telah dipelajarinya.
3) Siswa dapat mengaplikasikan atau menggunakan konsep dan prinsip yang telah dipelajarinya.
4) Siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut.
5) Siswa terampil mengadakan hubungan sosial seperti kerja sama dengan siswa lain, berkomunikasi dengan orang lain, dan lain-lain.
6) Siswa memperoleh kepercayaan diri bahwa ia mempunyai kemampuan dan kesanggupan melakukan tugas belajar.
7) Siswa menguasai bahan yang telah dipelajari minimal 65% dari yang seharusnya dicapai.
c. Pengertian matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai: “ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan” (Tim Penyusun KBBI, 2007:723).
Sedangkan menurut Djati Kerami dan Sitanggang (2003:158) mengartikan matematika adalah: “pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berkaitan “.
Matematika dikelompokan kedalam tiga bidang, yakni:
1. Aljabar, pada dasarnya aljabar melibatkan bilangan dan pengabstrakannya ;
2. Analisis, melibatkan kekontinuan dan limit;
3. Geometri, membahas bentuk-bentuk dan konsep-konsep yang berkaitan (Djati Kerami dan Sitanggang, 2003:158)
2. Hakikat dari Variabe X
a. Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilakukan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Model–model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan: tujuan pembelajarannya, pola urutannya dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan, pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar (I Wayan Santyasa, 2007:7).
Menurut Komaruddin (dalam Syaiful, 2006), model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain, (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamat, (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk mengambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa, (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja. Suatu terjemahan realita yang disederhanakan, (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner, (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.
Menurut Joyce dan Weil (dalam I Wayan Santyasa, 2007:7) model pembelajaran memiliki lima unsur dasar , yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap–tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan–kegiatan apa yang harus dilakukan guru atau siswa.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Holubec (dalam Nurhadi dkk, 2004:60) mengatakan bahwa: “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar”.
Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan bahwa: “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.
Dari penjelasan para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajar kooperatif adalah pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai tujuan belajar yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
2. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif
Selanjutnya Nurhadi dkk. (2004:61-62) menyebutkan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Saling ketergatungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.
b. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa.
c. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkakan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermafaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationshi) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.
3. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif
Masih menurut pendapat Nurhadi dkk. (2004:68-72) pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan aktif berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dikemukakan sebagai berikut ini.
1) Merumuskan tujuan pembelajaran.
2) Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar.
3) Menentukan tempat duduk siswa.
4) Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif.
5) Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif.
6) Menjelaskan tugas akademik.
7) Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama.
8) Menyusun akuntabilitas individual.
9) Menyusun kerja sama antar kelompok.
10) Menjelaskan kriteria keberhasilan.
11) Menjelaskan perilaku yang diharap.
12) Memantau perilaku siswa.
13) Memberikan bantuan pada siswa dalam menyelesaikan tugas.
14) Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama.
15) Menutup pelajaran.
16) Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa.
17) Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok.
c. Model Pembelajaran Snowball Throwing
Model Pembelajaran Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.
Proses model pembelajaran Snowball Throwing adalah dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Syaifullah, 2009).
Menurut Eman Suherman (2011:7) sintaks dalam Snowball Throwing adalah: (1) Informasi materi secara umum, (2) membentuk kelompok, (3) pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, (4) bekerja kelompok, (5) tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, (6) kelompok lain menjawab secara bergantian, (7) penyuimpulan, (8) refleksi dan evaluasi
Widowati (2010:10) mengemukakan tentang langkah-langkah pembelajaran dalam Snowball Throwng adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.
2) Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7) Evaluasi.
8) Penutup.
D. Kerangka Berpikir Dan Pengajuan Hipotesis
1. Hubungan Antara Variabel X dengan Y
Di dalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan kemampuan berproses, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa.
Motivasi menurut Rooijakkers (1991 : 14) merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi adalah dengan model pembelajaran yang bervariatif dan tidak monoton. Model pembelajaran Snowball Throwing adalah salah satu model pembelajaran yang bercirikan kerjasama antar siswa, berpikir, dan bermain sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dan pada akhirnya hasil belajar siswa pun akan meningkat.
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
a. Hipotesis kerja H1
Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
b. Hipotesis Nihil H0
Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
E. Metode Penelitian, Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis memilih subyek penelitian ini adalah siswa SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak, sedangkan waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan selama 1 bulan yakni dari pertengahan Juli hingga pertengahan Agustus 2011.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 yang memiliki dua kelas paralel, yaitu kelas VIII A berjumlah 35 siswa dan kelas VIII B berjumlah 30 siswa. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 65 siswa.
b. Sampel
Karena populasi dalam penelitian ini hanya berjumlah sebanyak 65 siswa dan ini berarti subyeknya kurang dari 100, maka peneliti menggunakan teknik total sampling atau sampel jenuh. Keputusan ini berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (1996:120) bahwa, “Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 %, atau 20-25% atau lebih”.
Dari kedua kelas tersebut peneliti melakukan pengundian dalam rangka menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah dilakukan pengundian, maka yang terpilih sebagai kelompok eksperimen adalah siswa kelas VIII A sebanyak 35 siswa dan siswa kelas VIII B sebanyak 30 siswa sebagai kelas kontrol.
3. Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimen dengan cara membandingkan hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang menggangu (Suharsimi Arikunto, 1996:3).
Eksperimen ini didesain menggunakan model two group posttest only design experiment (Arikunto, 2005: 212). Dalam pelaksanaannya kelompok eksperimen mendapatkan treatment berupa penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing dan pos tes sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan, dalam arti pembelajarannya menggunakan metode tradisional dan hanya mendapatkan pos tes.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam penelitian ini membutuhkan data-data yang dapat dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan yang akurat dari hasil eksperimen yang dilakukan. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode :
a. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 1996:150).
Tes ini digunakan untuk mendapatkan hasil data pembelajaran matematika siswa sesudah diberikan perlakuan pada pokok bahasan operasi aljabar. Tes yang digunakan berupa tes obyektif.
b. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi ini yaitu mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah penelitian ini. Dokumentasi yang diperlukan adalah data mengenai nama siswa dan nilai ulangan matematika ketika siswa masih duduk di kelas VII. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar matematika siswa sebelum diberikan perlakuan.
c. Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Snowball Throwing dilaksanakan.
5. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
Dalam analisis uji coba tes ini langkah-langkah yang ditempuh adalah:
Analisis validitas tes digunakan untuk mengetahui apakah butir soal sebagai instrumen penelitian valid atau tidak valid. Untuk menghitung koefisien validitasnya, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
keterangan:
rxy = koefisien validitas butir soal
N = banyak siswa peserta tes
X = jumlah skor item
Y = jumlak skor total
Dari rxy yang diperoleh tersebut kemudian dinandingkan dengan tabel harga kritis produk moment. Item tersebut dikatakan valid jika rhitung ≤ rtabel. (Suharsimi Arikunto, 1998:162).
Dalam penelitian ini, teknik analisis reliabilitas yang digunakan adalah tes tunggal dengan teknik non belah dua dari Kuder dan Richardson (K-R 20) dengan rumus sebagai berikut:
Dengan:
n = banyak sampel
pi = proporsi subyek yang menjawab benar pada butir soal ke-i
qi = proporsi subyek yang menjawab salah pada butir soal ke-i
jadi qi = 1 - pi
S2 = varians skor total
(Erman Suherman, 1993: 160)
r11 yang diperoleh dari hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan rtabel product moment dengan taraf signifikansi 5%. Apabila r11 > rtabel maka soal instrumen tersebut reliabel. (Suharsimi Arikunto, 1993; 155)
Analisis tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui item soal yang akan diujikan. Dalam hal ini tingkat kesukaran yang baik adalah pada interval 25% - 75% . Item yang mempunyai tingkat kesukaran lebih dari 75% soal tersebut terlalu mudah. Item yang baik adalah item yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha dalam menyelesaikannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi, karena diluar jangkauannya (Arikunto 1998: 206).
Adapun rumus untuk menghitung tingkat kesukaran adalah sebagai berikut:
Dengan:
P = Tingkat kesukaran soal
B = Banyak siswa yang menjawab dengan benar item tersebut
JS = Banyak siswa yang mengikuti tes
Dengan kriteria:
0,00 ≤ P < 0,30 : soal dikatakan sukar
0,30 ≤ P < 0,70 : soal dikatakan sedang
0,70 ≤ P ≤ 1,00 : soal dikatakan mudah
(Suharsimi Arikunto, 1998: 210)
Analisis daya pembeda digunakan untuk meninjau daya pembeda soalnya. Item yang baik adalah item yang mempunyai daya pembeda lebih dari 0,20. Item soal yang daya pembedanya di bawah 0,20 tidak baik untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Dengan demikian soal harus direvisi, diganti atau tidak digunakan.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Dengan:
DP = daya pembeda soal
JA = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas
JB = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah
BA = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas menjawab item tertentu dengan benar
BB = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah dan menjawab item tertentu dengan benar.
PA = proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab item tertentu dengan benar
PB = proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab item tertenti dengan benar
Kategori yang digunakan adalah:
0,00 - 0,20 : jelek
0,20 - 0,40 : cukup
0,40 - 0,70 : baik
0, 70 - 1,00 : baik sekali
(Suharsimi Arikunto, 1998: 213)
b. Analisis Uji Data Hasil Penelitian
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis bertujuan untuk mengetahui normalitas dan homogenitasnya sebelum data tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus uji-t.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini diberikan kepada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol setelah diberikan pos tes. Peneliti menggukan statistik uji chi kuadrat dengan rumus sebagai berikut:
Dengan,
: chi kuadrat
: frekuensi yang diobservasi
: frekuensi yang diharapkan
(Suharsimi Arikunto, 1996:290)
χ2 hitung yang telah diperoleh dari hasil perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan χ2 tabel dengan derajat kebebasan dk = K – 3 dan taraf signifikansi α = 5%. Data dikatakan normal apabila χ2hitung < χ2tabel. (Suharsimi Arikunto, 1996:290).
b. Uji Homogenitas.
Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians populasi homogen atau tidak. Peneliti melakukan pengujian dengan uji Fisher (uji F) sebagai berikut:
dengan,
F : homogenitas yang dicari
MKk : Mean Kuadrat Kelompok
MKd : Mean Kuadrat Dalam
(Arikunto, 1996:293)
Hasil yang diperoleh dari Fhitung selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel yang mempunyai dk pembilang sebesar (nb – 1) dan dk penyebut (nk – 1) serta taraf signifikansi α = 5%.
Dikatakan kelompok ekperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang memiliki variansi yang relative sama apabila Fhitung < Ftabel .
2. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka langkah berikutnya adalah melakukan analisis uji-t untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar matematika siswa.
Peneliti menggunakan uji statistik uji-t untuk satu pihak (pihak kanan). Langkah-langkah dalam melakukan pengujian adalah sebagai berikut:
Hipotesis yang akan diujikan adalah:
Ho : μ1 ≤ μ2 , nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih rendah dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol.
H1 : μ1 > μ2. nilai rata-rata kelompok ekperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol.
α = 5%
Keterangan:
H0 = Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
H1 = Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
Rumus uji-t yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Dengan,
Keterangan:
: rata-rata nilai kelompok eksperimen
: rata-rata nilai kelompok kontrol
: simpangan baku
: standar deviasi pada kelompok eksperimen
: standar deviasi pada kelompok kontrol
: banyak subjek kelompok eksperimen
: banyak subjek kelompok kontrol
(Sudjana, 2001:293)
Hasil yang diperoleh dari thitung selanjutnya dibandingkan dengan ttabel yang memiliki derajat kebebasan dk = N1 + N2 - 2 dan taraf signifikansi α = 5%. Dalam hal ini tolak hipotesis nol jika thitung > ttabel. Dengan demikian dapat dikatakan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar matematika siswa.
6. Statistik Hipotesis Penelitian (Secara Matematika)
Hipotesis statistik yang diajuka adalah sebagai berikut:
Ho : μ1 ≤ μ2 , nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih rendah dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol.
H1 : μ1 > μ2. nilai rata-rata kelompok ekperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol.
α = 5%
Keterangan:
H0 = Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
H1 = Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar.
DAFTAR PUSTAKA | DAPATKAN BUKUNYA |
Abdurrahman, M. dan Bintoro. 2000. Memahami dan Menangani Siswa dengan Problema dalam Belajar: Panduan Guru. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat Jendral Pendidikan Dasan dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. | |
Ani,Tri C. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press | |
Aqib, Zainal. 2010. Propesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia. | |
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. | |
_______. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. | |
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. | |
Kerami, Djati dan Cormentyna Sitanggang. 2003. Kamus Matematik. Jakarta: Balai Pustaka. | |
Nurhadi dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK.Edisi Revisi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. | |
Rooijakkers, Ad. 1991. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: PT Grasindo (Gramedia Widiasarana Indonesia). | |
Santyasa, I Wayan. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Makalah dalam Pelatihan PTK bagi Guru-Guru SMP dan SMA: Tidak diterbitkan. | |
Slameto. 1989. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Bina Aksara | |
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru. | |
_______. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. | |
Suherman, Erman. 1992. Sistem Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud. | |
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar (edisi revisi). Jakarta: Rajawali Pers | |
Tim Penyusun KBBI. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. | |
Widowati, Armeta Septian.2010. Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Snowball Throwing Dengan Peta Konsep Dalam Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa. Skripsi FKIP UMS Surakarta: Tidak Diterbitkan. |
Untuk mendaptkan file lengkapnya dalam format word silahkan unduh gratis DISINI.
0 komentar:
Posting Komentar