Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk melihat sehat tidaknya suatu perusahaan tidak hanya dapat dinilai dari keadaan fisiknya saja, misalnya dilihat dari gedung, pembangunan atau ekspansi. Faktor terpenting untuk dapat melihat perkembangan suatu perusahaan terletak dalam unsur keuangannya, karena dari unsur tersebut juga dapat mengevaluasi apakah kebijakan yang ditempuh suatu perusahaan sudah tepat atau belum, mengingat sudah begitu kompleksnya permasalahan yang dapat menyebabkan kebangkrutan dikarenakan banyaknya perusahaan yang akhirnya gulung tikar karena faktor keuangan yang tidak sehat.
Dengan keadaan sekarang ini, dimana persaingan ketat dibidang perekonomian sudah mulai masuk ke negara Indonesia, maka jika seorang manajer perusahaan tidak memperhatikan faktor kesehatan keuangan dalam perusahaannya, mungkin saja akan terjadi kebangkrutan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Analisis keuangan pada dasarnya ingin melihat prospek dan risiko perusahaan. Prospek bisa dilihat dari tingkat keuntungan (profitabilitas) dan risiko bisa dilihat dari kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau mengalami kebangkrutan. (Hanafi, 2005:21).
Untuk menghindari kebangkrutan tersebut maka seorang manajer perusahaan sangat penting untuk selalu berusaha agar perusahaannya dapat terus berjalan atau dengan kata lain manajer tersebut dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaannya yang ditempuh dengan cara selalu memperhatikan dan mengadakan evaluasi terhadap perkembangan perusahaannya dari waktu ke waktu. Seorang manajer harus dapat memahami kondisi keuangan perusahaannya, karena pada dasarnya kondisi keuangan tersebut akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaannya secara keseluruhan. Salah satu alat yang dipakai untuk mengetahui kondisi keuangan, dalam hal ini tingkat kesehatan suatu perusahaan adalah berwujud laporan keuangan yang disusun pada setiap akhir periode yang berisi pertanggungjawaban dalam bidang keuangan atas berjalannya suatu usaha. Laporan finansial merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data finansial atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan data atau aktivitas tersebut. (Munawir, 2007 : 2).
Data finansial yang dimaksud adalah data yang tercermin dalam suatu laporan finansial, yang memberikan gambaran tentang keuangan suatu perusahaan, yang terdiri dari Neraca, Laporan Rugi Laba serta laporan-laporan keuangan lainnya. Dengan mengadakan analisa terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau akan diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisa terhadap laporan rugi labanya akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2007 : 1).
Untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan dapat digunakan alat analisis yang disebut analisis rasio keuangan. Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi-laba saja, atau pada neraca dan laporan rugi-laba. Setiap analisis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu (Husnan, 2004 : 69).
Rasio keuangan merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relative maupun absolute yang menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lainnya dalam laporan keuangan (Alwi, 1994:107). Analisis laporan keuangan akan memberikan hasil yang terbaik jika digunakan dalam suatu kombinasi untuk menunjukan suatu perubahan kondisi keuangan atau kinerja operasional selama periode tertentu, lebih lanjut dapat memberikan gambaran suatu trend dan pola perubahan, yang pada akhirnya bisa memberikan indikasi adanya risiko dan peluang bisnis (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:557).
Analisis rasio dapat memberikan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam hal ini perusahaan yang dimaksud adalah PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk guna menentukan rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan profitabilitas yang digunakan oleh perusahaan tersebut sebagai dasar dalam penilaian kinerja.
Mabruroh (2004) melakukan penelitian tentang manfaat dan pengaruh rasio keuangan dalam analisis kinerja keuangan perbankan pada perusahaan go public yang tercatat di BEJ pada tahun 2000. Alat analisis yang digunakan yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas, hasilnya menyimpulkan bahwa rasio-rasio keuangan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan secara parsial dan berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja keuangan perbankan.
Indah Kurniawati (2001) meneliti tentang perbandingan rasio-rasio keuangan pada perusahaan besar dan perusahaan kecil di Malaysia, Singapura dan Taiwan, menyimpulkan bahwa perusahaan besar di Malaysia memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil, lebih profitabel dari perusahaan kecil, dan tingkat solvabilitasnya lebih baik dari perusahaan kecil. Singapura menunjukkan perusahaan besar memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil dan tingkat solvabilitasnya kurang bagus dari perusahaan kecil. Di Taiwan menunjukkan bahwa perusahaan besar memiliki tingkat likuiditas dan solvabilitas yang lebih kecil dari pada perusahaan kecil.
Dalam hubungan dengan uraian tersebut diatas, akan dapat disajikan data profil keuangan perusahaan (total aktiva, laba bersih dan penjualan) untuk 5 tahun terakhir yang dapat disajikan pada tabel 1.1 yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.1
Total Aktiva, Laba Bersih dan Penjualan
PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk
Tahun 2006 – 2010
Tahun | Total Aktiva (Rp) | Penjualan (Rp) | Laba Bersih Setelah Pajak (Rp) |
2006 | 1.249.080.371.258 | 835.229.966.049 | 14.731.717.216 |
2007 | 1.362.829.538.011 | 1.126.799.918.436 | 30.316.644.576 |
2008 | 1.718.997.392.078 | 1.362.606.580.492 | 303.711.501.204 |
2009 | 1.732.701.994.634 | 1.613.927.991.404 | 61.152.852.190 |
2010 | 2.006.595.762.260 | 1.404.945.733.980 | 95.713.080.440 |
Sumber : PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk
Dari tabel diatas dapat dilihat dari tahun 2006 sampai 2010 total aktiva mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 total aktiva sebesar Rp.1.249.080.370.258, tahun 2007 total aktiva meningkat sebesar Rp.1.362.829.538.011, tahun 2008 total aktiva meningkat sebesar Rp.1.718.997.392.078, tahun 2009 total aktiva meningkat sebesar Rp.1.732.701.994.634 dam tahun 2010 total aktiva meningkat sebesar 2.006.595.762.260.
Untuk penjualan dapat dilihat pada tahun 2006 sampai dengan 2010 cenderung meningkat. Pada tahun 2006 penjualan sebesar Rp.835.229.966.049, tahun 2007 penjualan mengalami peningkatan sebesar Rp.1.126.799.918.436, tahun 2008 penjualan meningkat sebesar Rp.1.362.606.580.492, tahun 2009 penjualan meningkat sebesar 1.613.927.991.404, dan tahun 2010 penjualan mengalami penurunan sebesar Rp.1.404.945.733.980.
Sedangkan untuk laba bersih setelah pajak dilihat pada tahun 2006 sampai 2010 mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 laba bersih setelah pajak sebesar Rp.14.731.717.216 dan pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar Rp.30.316.644.576, tahun 2008 laba bersih setelah pajak meningkat sebesar Rp.303.711.501.204, tahun 2009 laba bersih setelah pajak meningkat sebesar Rp.61.152.812.190, dan pada tahun 2010 laba bersih setelah pajak mengalami peningkatan sebesar Rp.95.713.080.440.
Dengan memperhatikan penelitian Mabruroh (2004) dan Indah Kurniawati (2001), penulis tertarik melakukan penelitian tentang kinerja keuangan perusahaan dan untuk melakukan suatu penelitian dengan mengambil judul “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk”.
0 komentar:
Posting Komentar