Pages

Rabu, 26 November 2014

SKRIPSI BAHASA INDONEISA GRATIS PENGARUH METODE DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN

Rekan-rekan Rujukan Skripsi yang berbahagia.
Pada postingan kali ini saya akan mengulas tentang PENGARUH METODE DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN (S.BIND006). Silahkan dirujuk dan diunduh filenya pada link yang tertera di akhir postingan ini. Atau jika rekan-rekan berminat untuk mencari rujukan skripsi yang lain dengan berbagai judul silahkan unduh filnya di postingan DAFTAR SKRIPSI LENGKAP DARI BAB 1 - 5 GRATIS.


BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang Masalah
Menurut Education for All Global Monitoring Report (2012), pendidikan di Indonesia berada dalam peringkat 64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara. Terkait dengan fakta tersebut keterbelakangan pendidikan di Indonesia disebabkan oleh pendidikan yang diselenggarakan untuk kepentingan penyelenggara bukan untuk peserta didik, pembelajaran yang diselenggarakan bersifat pemindahan isi (content transmission). Tugas pengajar hanya sebagai penyampai pokok bahasan. Mutu pengajaran menjadi tidak jelas karena yang diukur hanya daya serap sesaat yang diungkap lewat proses penilaian hasil belajar yang artifisial. Pengajaran tidak diarahkan ke partisipatori total peserta didik yang pada akhirnya dapat melekat sepenuhnya dalam diri peserta didik, aspek afektif pun cenderung terabaikan, diskriminasi sistematis terjadi akibat pola pembelajaran yang subjek-objek, dan pengajar selalu mereduksi teks yang ada dengan harapan tidak salah melangkah. Teks atau buku acuan dianggap segalanya, jika telah menyampaikan isi buku acuan dianggap telah berhasil segalanya. 
Pendidikan merupakan human investement, yakni menginvestasikan pendidikan untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM), fadjar (dalam Cristine, 2009: 1). Dengan demikian, sudah selayaknya pendidikan dibina oleh guru-guru yang memiliki kemampuan dalam bidang masing-masing. Pendidkan harus diselenggarakan secara profesional dan meliputi semua aspek yang terkandung di dalamnya, baik guru, siswa, maupun fasilitas pembelajaran, pendidikan harus dapat melahirkan generasi bangsa yang andal dan memiliki daya saing tinggi.
Berdasarkan pendapat di atas pendidikan terjadi melalui pembelajaran atau proses belajar mengajar di sekolah. Didalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran. Guru mempunyai pengaruh yang besar bukan hanya pada prestasi pendidikan anak, tetapi juga pada sikap anak di sekolah dan terhadap kebiasaan belajar anak pada umumnya. Guru dalam pengertian sederhana adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik. Dalam hal ini guru memerlukan metodologi pembelajaran, baik itu metode atau juga media pembelajaran dalam upaya mengalihkan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik guna tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru atau pelatih menjadi pusat segalanya. Hal yang lumrah jika murid mengidentifikasikan diri seperti gurunya sebagai prototipe manusia ideal yang harus ditiru dan digugu serta di teladani dalam segala hal. Implikasinya, kelak murid-murid itu sebagai duplikasi guru mereka dulu yang lahir sebagai generasi baru perubahan dalam pendidikan.
Karakteristik bangsa terlihat dari budi pekerti dan moral suatu bangsa dan juga bahasanya, karena bahasa mencerminkan suatu bangsa. Bahasa Indonesia berada dalam dua tugas. Tugas pertama adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang tidak mengikat pemakainya untuk sesuai dengan kaidah dasar yang digunakan secara tidak resmi, santai, dan bebas. Tugas kedua bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara, yaitu bahasa yang resmi, yang harus digunakan dengan kaidah, tertib, cermat, dan masuk akal, lengkap, serta baku, tingkat kebakuannya diukur oleh aturan kebahasaan dan logika pemakainya, (Suyatno, 2010: 6).
Berdasarkan pendapat di atas bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, dan bahasa non resmi, keduanya tidak dapat dipisahkan karena bahasa merupakan arbitrer (manasuka). Hal itu sama dengan bahasa Indonesia dan sastra keduanya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sastra merupakan satu bentuk karya seni yang menggunakan bahasa sebagai sarana (media) penyampaiannya. Melalui sastra pengarang mengeksploitasi potensi-potensi bahasa untuk menyampaikan gagasannya dengan tujuan tertentu. Dengan demikian bahasa merupakan unsur bagi sastra atau bisa dikatakan sebagai pokok karya sastra. Untuk memahami bahasa yang digunakan pengarang tersebut, pembaca tentu harus memiliki pengetahuan mengenai gaya bahasa, pilihan kata (diksi), penyusunan kalimat, dan pengembangan paragraf.
Karya sastra yang banyak ditulis oleh pengarang merupakan karya sastra fiksi.  Karya sastra fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dengan kehidupan. Selain itu fiksi menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada terjadi dan sungguh-sungguh sehingga ia tidak perlu dicari kebenaranya, karena tokoh, peristiwa, dan tempat, bersifat imajinatif (Nurgiyantoro, 2012: 3).
Berdasarkan pendapat di atas karya sastra fiksi merupakan sebuah karya sastra imajiner yang menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan, yang mendramatisasi hubungan-hubungan kemanusiaan antar manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan alam, yang diciptakan pengarang dengan mamasukan unsur hiburan kedalam karya sastra, seperti dongeng, novel, dan cerpen. Cerpen adalah cerita pendek berupa karya sastra fiksi yang mempunyai unsur-unsur pembangunnya yaitu, unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Cerpen bisa dijadikan bahan pembelajaran di sekolah, melalui pengajaran apresiasi sastra di sekolah dapat menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan kadar jati diri, rasa etik-estetik dan pendidikan moral siswa di sekolah.
Novel dan cerpen sebagai karya fiksi mempunyai persamaan, keduanya dibangun oleh unsur-unsur pembangun yang sama, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel dan cerpen keduanya sama-sama memiliki unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar, alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Dari segi panjang cerita novel (jauh) lebih panjang daripada cerpen (Nurgiyantoro, 2012: 11). Oleh karena itu novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Namun justru hal inilah yang menyebabkan cerpen menjadi lebih padu, lebih memenuhi tuntutan ke-unity-an daripada novel, karena bentuknya yang pendek. Cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai pada detil-detil khusus yang kurang penting yang lebih bersifat memperpanjang cerita.
Kehadiran unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam karya sastra adalah suatu keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan, secara keseluruhan karya sastra cerpen dibangun oleh unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang membangun sebuah karya sastra dari luar, yang menyangkut aspek sosiolologi, dan psikologis pengarang.
Cerpen adalah cerita pendek. Akan tetapi, berapa ukuran panjang pendek itu tidak ada aturannya, tidak ada kesepakatan diantara para pengarang dan para ahli. Edgar dan Jassin (dalam Nurgiyantoro, 2012: 10). Menurutnya cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam.
Berdasarkan pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa cerpen sebuah cerita pendek yang habis dibaca dalam satu kali duduk, yang dibangun oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur dalam cerpen tersebut sangat erat berkaitan karena merupakan pembangun sebuah karya sastra fiksi sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan padu.
Dalam hal ini karena bahasa dalam karya sastra memiliki makna tersirat di balik makna yang sesungguhnya, maka didalam sastra bahasa seringkali sulit untuk dipecahkan. Dalam pembelajaran di kelas sering terjadi kekeliruan dalam menerapkan metode pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak terorganisir, maka untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya antisipasi. Dalam hal ini metode diskusi bisa diterapkan untuk mencari tahu bahasa yang digunakan dalam sastra atau pemecahan masalah secara mendalam pada saat pembelajaran berlangsung.
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Dengan metode diskusi yang diterapkan bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan Killen (dalam Sanjaya, 2006: 154).
Berdasarkan pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa metode diskusi dalam pembelajaran adalah suatu cara penyajian atau penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa atau kelompok-kelompok yang mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
Forum diskusi dapat diikuti oleh seluruh siswa di dalam kelas, dan dapat pula berbentuk kelomok-kelompok kecil. Yang perlu diperhatikan dalam metode diskusi ini adalah bagaimana partisipasi siswa secara aktif, kretif, dan mandiri selama kegiatan diskusi berjalan. Dalam proses diskusi, peranan guru sangat penting untuk memastikan diskusi berjalan dengan baik yaitu, sebagai penujuk jalan apabila diskusi menyimpang dari permasalahan, sebagai pengatur lalu lintas yaitu, menjaga semua peserta diskusi agar dapat berbicara atau mengajukan pertanyaan secara bergiliran, dan sebagai dinding penangkis dari semua pertanyaan yang harus dipantulkan kembali kepada semua peserta diskusi.
Metode diskusi ini sesuai apabila digunakan dalam menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen, karena metode diskusi adalah suatu cara untuk mencari dan meneliti permasalahan yang terdapat dalam cerpen tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Metode Diskusi Terhadap Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Cijaku Tahun Pelajaran 2013-2014”.
B.           Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut.
1.        Apakah siswa telah memahami hakikat metode?
2.        Bagaimana kemampuan siswa dalam menggunakan metode diskusi?
3.        Apakah siswa telah memahami penggunaan metode diskusi?
4.             Faktor apakah yang dapat memengaruhi kemampuan metode diskusi?
5.        Bagaimana kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen?
6.        Sejauhmana siswa dapat menganalisis unsur intrinsik dalam cerpen?
7.             Faktor apakah yang dapat memengaruhi dalam menganalisis unsur intrinsik?
8.        Apakah ada pengaruh metode diskusi terhadap kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen?
9.         Apakah ada pengaruh antara metode ceramah terhadap menganalisis unsur intrinsik cerpen?

C.           Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis membatasi beberapa masalah sebagai berikut.
1.        Kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerpen dengan metode diskusi
2.        Kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerpen dengan metode ceramah
3.        Pengaruh metode diskusi terhadap kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen
D.          Rumusan Masalah
Agar permasalahan dalam penilitian ini lebih terfokus, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
1.         Bagaimana kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerpen dengan metode diskusi pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Cijaku tahun pelajaran 2013/2014?
2.         Bagaimana kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen dengan metode ceramah pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Cijaku tahun pelajaran 2013/2014?
3.         Adakah pengaruh metode diskusi terhadap kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Cijaku tahun pelajaran 2013/2014?
E.           Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah.
1.         Untuk mengetahui pengaruh metode diskusi pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Cijaku tahun pelajaran 2013/2014
2.         Untuk mengetahui kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen dengan metode ceramah pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Cijaku tahun pelajaran 2013/2014
3.         Untuk mengetahui pengaruh metode diskusi terhadap kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Cijaku tahun pelajaran 2013/2014

F.           Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya dalam pendidikan bahasa Indonesia di sekolah. Selain itu bisa menghasilkan pembelajaran yang aktif dan kreatif sehingga mengahasilkan pembelajaran yang bermutu dan bermakna bagi peserta didik dan guru.
2.    Manfaat Praktis
a.         Bagi penulis, dapat mengetahui sejauhmana pengaruh metode diskusi terhadap menganalisis unsur intrinsik cerpen.
b.        Bagi siswa, dapat menambah wawasan mengenai metode diskusi terhadap menganalisis unsur intrinsik cerpen.
c.         Bagi guru, diharapkan menjadi bermanfaat dan menambah referensi dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.
d.        Bagi pembaca, semoga dapat menjadi referensi bahan bacaan untuk tetap terus mengembangkan ilmu pengetahuan.

Untuk mendapatkan file lengkapnya silahkan klik disini. 
Untuk mendapatkan PASSWORD silahkan klik DISINI

0 komentar:

Posting Komentar