Pages

Minggu, 25 April 2010

4 Jenis Mahasiswa, Anda Termasuk Yang Mana?

1. Mahasiswa Yang Tidak Sadar Akan Ketidakmampuannya (Unconsciously Incompetent)

Tahun 1994, kehidupan saya di Jepang di mulai. Saya beserta 14 orang yang lain sekolah bahasa Jepang di Shinjuku, nama sekolahnya Kokusai Gakuyukai. 1 tahun belajar bahasa Jepang, kita berhasil menghapal sekitar 1000 kanji. Kemampuan bahasa Jepang level 1 menurut Japanese Language Proficiency Test alias Nihongo Noryoku Shiken. Kebetulan karena saya senang nggombalin orang ngomong, percakapan bahasa Jepang saya cukup terasah (pera-pera). Di Kokusai Gakuyukai, kita juga diajari pelajaran dasar untuk Matematika, Fisika dan Kimia. Ini juga nggak masalah. Kurikulum Indonesia yang padat merayap plus rumus-rumus cepat ala bimbel :D , membuat soal-soal jadi relatif mudah dikerjakan. Karena saya newbie di dunia komputer, padahal harus masuk jurusan ilmu komputer, saya beli komputer murah untuk saya oprek. Newbie? yah bener, saya gaptek komputer waktu itu. Saya kerja keras, saya bongkar PC, saya copoti card-cardnya karena pingin tahu, sampe akhirnya rusak hehehe. Terus nyoba mulai install Windows 3.1. Lebih dari 3 bulan, tiap malam saya keloni terus itu komputer, jadi lumayan mahir lah. Tahun 1995, masuk ke Saitama University dengan sangat PD dan semangat membara :) . Nah pada tahap ini saya sebenarnya masuk ke jenis mahasiswa yang tidak sadar akan ketidakmampuannya. Dikiranya semua sesuai dengan yang dibayangkan dan diangankan.

2. Mahasiswa Yang Sadar Akan Ketidakmampuannya (Consciously Incompetent)

Masuk kampus, ternyata bekal kanji 1000 huruf nggak cukup. 1000 kanji itu level anak SD atau SMP di Jepang. Saya perlu lebih dari 30 menit untuk membaca 1 halaman buku textbook pelajaran, padahal orang Jepang hanya perlu 2-3 menit :( Kemahiran percakapan juga nggak banyak menolong karena mahasiswa Jepang membentuk grup-grup. Saya satu-satunya mahasiswa asing di Jurusan, nggak kebagian teman, meskipun sudah kerja keras tegur sapa, ngajak kenalan, nanya jam, nanya mata pelajaran, dsb. Matematika, Fisika, dan Kimia sebenarnya mudah, hanya masalahnya karena Kanji terbatas, kadang saya nggak ngerti yang ditanyain apa. Jadi kadang saya kerjasama dengan mahasiswa Jepang disamping saya, dia ngerti apa yang ditanyain, tapi nggak bisa ngerjakan. Sebaliknya saya nggak ngerti yang ditanyain, tapi sebenarnya bisa ngerjain … hehehe. Untuk praktek di lab komputer, ternyata semua pakai terminal Unix (Sun), sama sekali nggak ada mesin yang jalan under (Microsoft) Windows. Yang pasti, harus sering mainin command line di shell, untuk ngedit file hanya bisa pakai emacs, browsing hanya bisa pakai mosaic, laporan harus pakai latex, buat program harus pakai bahasa C atau perl (CGI) untuk yang berbasis web. Kenyataan membuat saya sadar akan ketidakmampuan saya :) .

3. Mahasiswa Yang Sadar Akan Kemampuannya (Consciously Competence)

Karena sadar bahwa banyak hal yang ternyata saya belum mampu, yang saya lakukan adalah belajar keras. Saya kurangi tidur, saya perbanyak baca, perbanyak beli buku, beli kamus elektronik, banyak diskusi dengan teman-teman mahasiswa Jepang. Saya mulai banyak bermain-main dengan Linux dan FreeBSD di rumah untuk kompatibilitas dengan tugas kampus. Nyambung internet dengan dialup, mulai belajar mengelola server, mulai membuat program kecil-kecilan dengan bahasa C dan Perl. Banyak kerja part time, mulai dari nyuci piring, interpreter, code tester dan programmer. Saya mulai aktif di dunia kemahasiswaan, baik di dalam kampus maupun di luar kampus, termasuk ikut mengurusi Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang sampai pernah terpilih jadi ketua umumnya. Knowledge dan skill di kampus terasah, experience dan manajemen keorganisasian juga terasah. Alhamdulillah saya mulai banyak punya teman Jepang, kadang makan bareng, main bareng atau ngoprek komputer bareng di asrama mereka. Untuk menambah ilmu kadigdayaan (sebenarnya sih untuk keperluan kerja part time ;) ), saya menambah peliharaan komputer di apartemen dengan Apple Macintosh dan beberapa Unix machine.

Tahun pertama dan kedua terlewati dengan baik, nilai lumayan dengan nuansa penuh kegembiraan. Saya berusaha semaksimal mungkin “menjual” kemampuan saya, baik dalam bentuk jasa alias sebagai interpeter, lecturer, programmer, software engineer, maupun dalam kemasan produk software yang saya buat (sistem informasi rumah sakit, sistem informasi periklanan, web application, network management system, dsb). Alhamdulillah saya sudah bisa mandiri dan mendapat banyak pengalaman dan keuntungan finansial mulai tahun ketiga kehidupan saya di Jepang, sehingga akhirnya saya putuskan menikah “dini” supaya lebih tenang, aman dan sehat ;) . Nah pada masa ini jenis saya adalah semakin sadar akan kemampuan saya :) .

4. Mahasiswa Yang Tidak Sadar Akan Kemampuannya (Unconsciously Competence)

Saya banyak ngejar kredit di tahun 1 dan 2, dengan harapan bisa tobikyu (loncat tingkat), meskipun saya kemudian nggak minat lagi karena ternyata di Jepang kalau kita loncat langsung ke program Master (S2), ijazah S1 nggak diberikan oleh Universitas. Resiko besar kalau saya balik Indonesia tanpa ijazah S1, urusan birokrasi pemerintahan (PNS) akan merepotkan, apalagi kalau nanti nyalon jadi walikota semarang, bisa kena pasal ijazah palsu … hehehe. Akhirnya tingkat 3 kuliah banyak kosong (sudah terambil di tingkat sebelumnya). Part time juga saya lebih selektif, hanya di bidang garapan saya saja, yang bisa kerja remote dan lebih bebas waktunya. Tidak ada lagi tempat untuk kerja kasar nyuci piring atau angkat karung. Saya terpaksa ambil mata kuliah jurusan lain untuk menjaga ritme kampus. Meskipun kadang ditolak professor pengajar, karena saya ambil mata kuliah semacam combustion, teknologi pendidikan, sistem tata kota, dsb yang nggak ada hubungan dengan computer science. Akhirnya karena keasyikan ngambil kredit, nggak sadar kelebihan kredit. Total terambil 170 kredit, padahal syarat lulus S1 hanya 118 kredit :D.

Sehari hampir 18 jam di depan komputer, kecuali tidur sekitar 6 jam, tugas kampus juga saya kerjakan dengan baik. Akhirnya masuklah saya ke masa, “nggak ngerti lagi mau ngapain di Internet” :D . Saya mulai suka iseng dan banyak aktif di dunia underground dengan berbagai nama samaran. Saya kadang membuat program looping tanpa stop untuk mbangunin admin kampus, alias men-downkan server karena overload CPU dan memori. Kadang nge-brute force account teman untuk ambil passwordnya, sehingga bisa baca email-email cintanya ;) . Sampai akhirnya saya pernah kena skorsing 3 bulan karena ngecrack account professor-professor di kampus. Nah di masa ini, saya berubah jenis sebagai mahasiswa yang nggak sadar bahwa punya kemampuan untuk berbuat negatif dan merusak kestabilan kampus :) .

Di sisi lain, saya banyak mendapatkan knowledge di Universitas, formal language dan automata, software project management, software metrics, requirement engineering, dsb yang pada saat dapat kita mikirnya ini nanti dipakai dimana yah :) . Tapi ternyata semua itu bekal yang cukup berguna ketika harus masuk ke dunia industri dan menggarap project-project yang lebih riil. Kondisi seperti ini juga termasuk dalam posisi yang tidak sadar akan kemampuannya :)

Bagaimanapun juga mahasiswa sebaiknya di arahkan untuk menjadi jenis ke-3, yang sadar akan kemampuannya dan menggunakan kemampuannya untuk hal-hal positif. Kalaupun ada mahasiswa yang dengan skillnya terjebak tindakan negatif, pembimbing ataupun dosen juga harus bijak mensikapi. Bagaimanapun juga ini semua adalah proses belajar dan proses pematangan diri. Sebagai tambahan, 4 hal diatas diformulasikan orang dan terkenal dengan nama teori Experiential Learning. Lalu anda termasuk yang mana? Silakan dijawab sendiri.

Yang paling penting, apapun jenis anda, jangan pernah menyerah dan tetap dalam perdjoeangan !

Sabtu, 17 April 2010

(025) PENERAPAN MODEL PENGAJARAN DIRECT INSTRUCTION (DI) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN HIDROKARBON PADA SISWA KELAS X

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini, ilmu pengetahuan yang didukung oleh teknologi berkembang pesat atau semakin maju. Teknologi berperan sebagai salah satu sarana dan prasarana yang mampu mendukung berkembangnya ilmu pengetahuan. Hal ini terbukti dengan adanya situs-situs internet yang mampu mengakses informasi tentang ilmu pengetahuan yang kita butuhkan. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dibutuhkan oleh setiap orang karena tanpa mengikuti perkembangan IPTEK maka sebagai manusia akan selalu tertinggal.

Melalui pendidikan, kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia dan pada proses tersebut guru mempunyai posisi yang sangat strategis (Sudjana, 2004). Atau pendidikan adalah bagian dari kebudayaan (Pidarta, 2000), maka pendidikan inilah yang nantinya akan mengangkat derajat manusia sebagai mahluk budaya yaitu mahluk yang diberikan kemampuan untuk menciptakan nilai kebudayaan. Jadi, secara tidak langsung teknologi ikut berperan dalam dunia pendidikan, sehingga mampu melahirkan sumber daya manusia yang handal yang mampu bersaing di era globalisasi saat ini. Namun, bukan berarti 100% keberhasilan pendidikan hanya ditentukan oleh teknologi saja, tetapi didukung juga oleh sarana dan prasarana penunjang lain, diantaranya adalah tenaga pendidik atau guru, media pembelajaran, metode, dan sabagainya.

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang terjadi pada lingkungan sekolah. Pendidikan di sekolah menitik beratkan pada proses pembelajaran. Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari (Djamarah, 1994). Pendapat lain juga mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau mempertegas kelakuan melalui pengalaman (Hamalik, 2003). Jadi, belajar adalah suatu kegiatan atau aktifitas sadar untuk memperoleh kesan yang menjadi suatu pengalaman.

Keberhasilan siswa dalam proses belajar dapat dinilai atau diukur melalui evaluasi. Evaluasi hasil belajar mencerminkan hasil prestasi yang diraih oleh siswa. Evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga yakni ranah kignitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik (Dimyati, 2002).

Evaluasi hasil belajar mencerminkan prestasi yang diraih oleh siswa. prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar (Djamarah, 1994). Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, kesehatan, rasa aman dan sebagainya, tetapi secara umum dapat digolongkan menajadi dua golongan yaitu faktor eksternal dan faktor internal (Slameto, 1995). Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, seperti faktor fisiologis dan faktor psikologi sedangkan faktor ekternal adalah faktor yang timbul dari luar anak, seperti faktor keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat.

Berdasarkan data tentang prestasi belajar siswa di MA Yusuf Abdussatar pada mata pelajaran kimia semester I tahun pelajaran 2005/2006, mencapai rata-rata 6,0. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang dicapai tergolong sedang dan bisa dikatakan bahwa mata pelajaran kimia termasuk mata pelajaran yang sulit.

Berkenaan dengan masalah di atas, peneliti mencoba untuk mengatasi kesulitan belajar siswa melalui penerapan model pengajaran Direct Instruction atau pengajaran langsung. Model pengajaran Direct Instruction merupakan suatu model pengajaran yang bersifat Teacher Center (Depdiknas, 2004), artinya peran atau tugas guru lebih dominan. Penerapan model Direct Instruction (pengajaran langsung) ini memiliki keuntungan dalam proses pembelajaran yaitu siswa memperoleh pengetahuan prosedural dan siswa mampu memahami pengetahuan deklaratif.

Pada model pengajaran Direct Instruction atau pengajaran langsung terdapat lima fase yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu fase pertama menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, fase kedua mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan, fase ketiga membimbing pelatihan, fase keempat mengecek pemahaman dan memberi umpan balik, dan fase kelima memberikan kesimpulan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan (Depdiknas, 2004).

Sebagian besar tugas guru ialah membantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, misalnya bagai mana cara menggunakan neraca lengan (Ohauss), dan bagaimana melakukan suatu eksperimen. Guru juga membantu siswa untuk memahami pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu (dapat diungkapkan dengan kata-kata), misalnya nama-nama bagian neraca Ohauss (Depdiknas, 2004). Maka, dengan penerapan model pengajaran langsung anak didik diberikan pengetahuan tentang makna dari sesuatu dan bagaimana melakukan sesuatu, sehingga dapat memperbaiki prestasi belajar anak didik.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “penerapan model pengajaran Direct Instruction (DI) dalam meningkatkan prestasi belajar kimia pokok bahasan Hidrokarbon pada siswa kelas X MA Yusuf Abdussatar Kediri Tahun Pelajaran 2005/2006”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pengajaran Direct Instruction (DI) dapat meningkatkan prestasi belajar kimia pokok bahasan Hidrokarbon pada siswa kelas X-A MA Yusuf Abdussatar tahun pelajaran 2005/2006?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pengajaran Direct Instruction (DI) dalam meningkatkan prestasi belajar kimia pokok bahasan Hidrokarbon pada siswa kelas X-A MA Yusuf Abdussatar Kediri tahun pelajaran 2005/2006.

1.4. Manfaat Penelitian

Dalam melaksanakan suatu penelitian terhadap suatu fenomena atau masalah, maka hasil dari peneltian itu mempunyai makna atau manfaat baik itu secara teoritis maupun secara praktis.

1.4.1. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis yaitu: hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran kimia melalui penerapan model pengajaran Direct Instruction (DI) dalam meningkatkan prestasi belajar kimia pokok bahasan Hidrokarbon pada siswa kelas X.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian ini secara praktis antara lain :

a. Dari hasil penelitian ini dapat memberikan input kepada lembaga pendidikan secara keseluruhan dan lokasi penelitian khususnya dalam pembelajaran kimia tentang penerapan model pengajaran Direct Instruction (DI).

b. Dapat memberikan masukan kepada guru, khususnya guru mata pelajaran kimia bahwa model pengajaran Direc Instruction (DI) merupakan salah satu model pengajaran alternatif dalam pembelajaran kimia.

1.5. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan judul skripsi ini maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang dimaksud dalam judul ini.

1.5.1. Direc Instruction (Pengajaran Langsung)

Model pengajaran langsung bertumpu pada prisip-prinsip prilaku dan teori belajar sosial, khususnya tentang pemodelan (Modelling) (Depdiknas, 2004).

Model pengajaran langsung merupakan suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat Teacher Center, artinya dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi atau hubungan antara guru dengan siswa secara langsung. Guru memiliki peran yang sangat dominan sehingga guru di tuntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa, namun bukan berarti peran siswa terlupakan begitu saja karena guru dalam proses belajar mengajar dengan model pengajaran langsung ini berperan sebagai model yang langsung berhadapan dengan siswa secara nyata dalam mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilannya secara langsung tanpa ada unsur perantara.

1.5.2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar yang memiliki makna yang berbeda.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari (Djamarah, 1994).

Pendapat lain juga mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Hamalik, 2003). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses. Suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Dalam arti belajar bukan hanya mengingat akan tetepi lebih luas dari itu yakni mengalami.

Sejalan dengan perumusan pengertian belajar di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2003).

Jadi, berdasarkan pengertian prestasi dan beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh berupa kesan–kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar, dimana aktivitas belajar tersebut merupakan suatu proses yang dilakukan melalui interaksi yang menghendaki adanya perubahan tingkah laku bagi siswa atau anak didik berupa peningkatan prestasi belajar pada pokok bahasan Hidrokarbon melalui penerapan model pengajaran Direct Instruction (DI).



dapatkan file lengkapnya

klik disini

(023) HUBUNGAN KEADAAN FASILITAS SANITASI TERHADAP KEBERSIHAN PASAR DI PASAR KARANG LELEDE KOTA MATARAM


 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU No. 23 Tahun 1992 h.17 tentang kesehatan. Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Bila ditinjau lebih jauh kesehatan pada dasarnya menyangkut masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.

Ruang lingkup dan jangkauannya sangat luas, sehingga terjadi perubahan orientasi nilai dan pemikiran mengenai upaya pemecahan kesehatan.

Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 Bab 5 tentang upaya penyembuhan bahwa upaya kesehatan yang hanya berupa pada upaya penyembuhan secara berangsur-angsur, berkembang kearah kesatuan untuk seluruh masyarakat dengan peran serta masyarakat dengan upaya yang mencakup pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh terpadu dan berkesinambungan.

Selain itu upaya yang telah dan akan diadakan adalah pengawasan terhadap mutu lingkungan tempat-tempat umum. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparlan (1988) h.2.

“Tempat-tempat umum merupakan tempat dimana orang banyak berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara insidental maupun terus menerus.” Karena banyaknya orang yang berkumpul pada tempat-tempat umum tersebut maka dapat mempercepat proses berlangsungnya penyebaran penyakit.

Pasar termasuk tempat-tempat umum yang merupakan sarana di mana orang banyak berkumpul dan mengadakan interaksi atau hubungan dengan sesamanya. Salah satu bentuk interaksi tersebut bertemunya para penjual dan pembeli dan atas dasar itu dapat menghasilkan kesepakatan yang sama. Pasar merupakan salah satu tempat pelayanan untuk masyarakat umum dan tidak hanya terdapat di kota besar saja, tetapi sampai di kota-kota kecil. Hal ini terjadi tuntutan jaman.

Pasar Karang Lelede yang berlokasi di Jalan Ismail Marjuki Cakra merupakan tempat bertemunya produsen dan konsumen yang mana memiliki keadaan fasilitas sanitasi yang tidak memenuhi syarat, yang menyebabkan tingkat kebersihan pasar menjadi menurun yang berakibat pada timbulnya suatu penyakit yang berbasis pada lingkungan.

Dari hasil penjajakkan lapangan yang dilaksanakan peneliti pada pasar Karang Lelede tersebut rata-rata, jumlah pedagang yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar dapat disimpulkan cukup banyak. Peningkatan jumlah pengunjung atau pembeli pada pasar tersebut terjadi pada hari-hari libur atau hari-hari besar keagamaan.

Mengingat banyaknya pedagang maupun pembeli sampai saat ini sudah disediakan fasilitas-fasilitas seperti: WC/urinoir, sarana pembuangan sampah, sarana penyediaan air bersih dan fasilitas informasi.

Keadaan fasilitas sanitasi pada saat survey awal khususnya toilet yang masih berbau dan masih banyaknya sampah yang berserakan yang mana tidak dibuang pada tempatnya serta air limbah yang dibuang begitu saja.

Melihat keadaan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul:

“Hubungan Keadaan Fasilitas Sanitasi Terhadap Kebersihan Pasar di Pasar Karang Lelede Kota Mataram Tahun 2004”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :

Apakah ada hubungan rumusan antara keadaan fasilitas sanitasi terhadap kebersihan pasar di Pasar Karang Lelede Kota Mataram Tahun 2004 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keadaan fasilitas sanitasi terhadap kebersihan pasar di Pasar Karang lelede Kota Mataram Tahun 2004.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khususnya adalah :

a. Untuk mengetahui keadaan fasilitas sanitasi di Pasar Karang Lelede

b. Untuk mengetahui tingkat kebersihan pasar di Pasar Karang Lelede.

c. Untuk mengetahui hubungan antara keadaan fasilitas sanitasi dengan kebersihan pasar di Pasar Karang Lelede Kota Mataram Tahun 2004.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan kepada pihak pengelola pasar khususnya dalam pengadaan dan peningkatan kualitas fasilitas sanitasi di pasar Karang Lelede sehingga kebersihan pasarnya dapat meningkat.

2. Dapat memberikan informasi kepada instansi yang terkait sebagai bahan masukan atau pertimbangan di dalam pengawasan-pengawasan sanitasi serta sebagai penambah kepustakaan.

3. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk dapat memantapkan ilmu yang telah didapat sehingga bisa diterapkan kepada yang memerlukan serta sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya.

E. Hipotesis

Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif yaitu ada hubungan keadaan fasilitas sanitasi terhadap kebersihan pasar di pasar Karang Lelede.

F. Definisi Operasional

Dalam definisi operasional istilah ini memuat tentang batasan-batasan dalam pembahasan, yaitu :

1. Hubungan

Hubungan adalah pentautan antara dua variabel atau lebih yang menimbulkan sebab-akibat.

2. Fasilitas Sanitasi

Fasilitas sanitasi menurut peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 384/Menkes/Per/IV/1989 adalah sarana fisik bangunan dan perlengkapannya digunakan untuk memelihara kualitas lingkungan atau mengendalikan kesehatan manusia, antara lain sarana air bersih, jamban, peturasan, saluran limbah tempat cuci tangan, bak sampah, kamar mandi, lemari pakaian kerja (locker), peralatan pencegahan terhadap serangga dan tikus serta peralatan kebersihan.

3. Kebersihan

Kebersihan merupakan suatu keadaan yang terbebas dari kotor serta terbebas dari kuman penyebab atau penyebar suatu penyakit.

4. Pasar Karang Lelede

Pasar Karang Lelede merupakan suatu tempat atau bangunannya yang merupakan salah satu diawali oleh Pemerintah Daerah dimana terjadi transaksi jual-beli.

G. Sistematika Penulisan

Secara garis besar dalam Karya Tulis penelitian ini disusun berdasarkan sistematika, sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini memuat antara lain: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Hipotensis, Definisi Operasional dan Sistematika Penelitian.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam tinjauan teoritis diurutkan tentang: Pengertian sanitasi, pengertian sanitasi tempat-tempat Umum, Pengertian Fasilitas Sanitasi, Pengertian Pasar, Fungsi Pasar, Fasilitas Sanitasi Pasar Pengaruh.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menguraikan tentang jenis penelitian variabel penelitian, sampel penelitian, metode statistik yang digunakan, kerangka konsep penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang gambaran umum pasar Karang Lelede, organisasi, hasil pengukuran variabel kendali, keadaan fasilitas sanitasi pasar Karang Lelede dan Hasil Penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi/interview dan penimbangan yang dilaksanakan di pasar Karang Lelede tersebut.

BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menguraikan tentang hasil pengukuran variabel kendali, keadaan fasilitas sanitasi dan pengaruh keadaan fasilitas sanitasi terhadap kebersihan dipasar Karang Lelede serta mengolah dan menganalis hasil penelitian berdasarkan teori dan uji coba statistik yang digunakan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan pembahasan terhadap data yang ada kemudian penulis mengambil kesimpulan dan saran-saran nyata yang dianggap perlu dan dapat dikerjakan dalam pemecahan masalah yang ada.

DAFTAR PUSTAKA


dapatkan file lengkapnya

klik disini

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN


 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan layak sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, dan diatur melalui Peraturan Pemerintah, sedangkan pelaksanaan program pendidikan dilakukan dalam suatu sistem yang disebut Sistem Pendidikan Nasional. Program pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Lebih jauh dinyatakan bahwa pendidikan nasional dengan visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2003).

1

Oleh karena itu upaya meningkatkan kualitas manusia melalui pendidikan terus dilakukan oleh lembaga pemerintah dan masyarakat (stakeholder) yang peduli pendidikan dalam arti luas, seperti penelitian dan pengembangan, pelatihan dan pendidikan/kualifikasi guru serta pengadaan sarana dan prasarana pendidikan baik in formal, formal maupun pendidikan non formal.

Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, program-program sekolah diarahkan pada tujuan jangka panjang pembelajaran yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa, agar ketika mereka sudah meninggalkan bangku sekolah, mereka akan mampu mengembangkan diri sendiri dan mampu memecahkan masalah yang muncul (Depdiknas, 2004.b:1). Demikian pula dengan pelaksanaan program pembelajaran matematika di sekolah dilakukan dengan tujuan yaitu untuk membentuk pola pikir matematika, suatu pola pikir yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien, dan efektif (Depdiknas (2004.a:1). Lebih lanjut dalam proses pembelajaran matematika di kelas dengan tujuan yaitu terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif , jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas (2004.c:1).

Untuk menjalankan amanat pendidikan di sekolah seperti tersebut diatas, diperlukan guru yang profesional dalam bidangnya. Dan untuk menjadikan guru profesional, pemerintah mengupayakan program peningkatan mutu pendidikan dengan melakukan usaha-usaha perbaikan proses pembelajaran di kelas, seperti penugasan guru mata pelajaran untuk mengikuti pelatihan dan peningkatan mutu guru melalui jenjang pendidikan S1 dan S2, dan bahkan pada tingkat Doktoral sebagai bagian dari peran guru sebagai kunci utama menyiapkan manusia sejak dini dalam program peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia. Namun, karena besarnya jumlah peserta pendidikan profesional guru yang diperlukan dengan sumber ketersediaan dana perbaikan mutu pendidikan selama ini, maka yang hanya nampak dalam wajah dunia persekolahan, adalah banyak keluhan masyarakat dalam memahami krisis mutu pembelajaran dalam lembaga sekolah.

Kajian yang sama seperti laporan hasil studi dari lembaga pemerintah, Direktorat Dikmenum bahwa walaupun di sebagian sekolah (terutama di kota) menunjukkan adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan namun pembelajaran dan pemahaman siswa SLTP atau SMP pada pelajaran matematika menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Begitulah keadaan yang terjadi di berbagai jenjang tingkat sekolah di daerah (dalam Depdiknas, 2004.c: 1-2).

Dari fenomena seperti kenyataan di atas, pihak ahli pendidikan melakukan berbagai uji coba penerapan model pembelajaran. Beberapa percobaan dilakukan menunjukkan hasil yang memuaskan dalam peningkatan hasil belajar, sehingga percobaan berbagai model pembelajaran terus ditingkatkan. Misalnya model pembelajaran kooperatif, hasil belajar siswa lebih meningkat dibanding pendekatan sebelumnya seperti belajar secara individu maupun pendekatan belajar secara kompetitif. Temuan ini memperkuat teori sebelumnya bahwa pemahaman kandungan materi yang dipelajari siswa, akan melekat untuk periode waktu yang lebih lama. Penelitian eksperimen sebelumnya menunjukkan bahwa model pembelajaran tipe jigsaw ini cocok diterapkan di kelas. Hasil penelitian Efrist (2006) menunjukkan bahwa penerapan belajar kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri I Palolo. Penelitian oleh Fitriani (2007) dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII Jeruk di SMP Negeri 4 Palu. Lebih lanjut dijelaskan hasil-hasil penerapan pembelajaran kooperatif berdasarkan Linda Lundgren (dalam Raharja, 2002: 5) mengungkapkan dalam laporan penelitian menunjukan pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif bagi siswa yang rendah hasil belajarnya.

Slavin (dalam Raharja, 2002: 4) juga melaporkan 45 judul penelitian selama 14 tahun menyelidiki pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar siswa di sekolah. Dari keempat puluh lima laporan penelitian tersebut, 37 diantaranya menunjukan menunjukan hasil belajar dengan kelas kooperatif lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan pembelajaran secara individu sebagai kelompok kontrol, sedangkan delapan studi lainnya menunjukan tidak ada perbedaan. Pada akhir laporan tersebut di atas menyimpulkan bahwa tidak satupun dalam studi ini menunjukan bahwa kooperatif memberikan pengaruh yang buruk.

Berbagai hasil temuan penelitian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menerapkan tipe model pembelajaran kooperatif dari beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran siswa di kelas VII SMP Negeri 5 Dolo.

Dengan hasil observasi dilakukan, ditemukan bahwa rendahnya motivasi belajar matematika di kelas, selain kemampuan dasar-dasar pengetahuan siswa dalam belajar matematika, juga kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran yang sifatnya tradisional turut mewarnai fenomena pembelajaran matematika di kelas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian ini, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut ; “Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan model pembelajaran konvensional ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mempelajari bagaimana perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran konvensional pada materi pelajaran operasi hitung pecahan.

2. Tujuan khusus

· Mendeskripsikan tingkah laku belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas, dengan materi pelajaran operasi hitung pecahan

· Mengetahui proporsi ketuntasan belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran konvensional

· Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada:

1. Siswa SMP Negeri 5 Dolo

Dapat meningkatkan motivasi dalam proses belajar dengan hasil belajar siswa lebih baik. Demikian pula melatih dan membiasakan siswa bekerja sama dengan temannya untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.

2. Guru bidang studi

Guru dapat termotivasi melakukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran,

Sehingga akan tercipta suasana belajar yang lebih menyenangkan.

3. Lembaga sekolah

Dengan menerapkan berbagai model pembelajaran sesuai karakterristik materi pelajaran, manajemen pembelajaran melalui pimpinan sekolah akan menghasilkan guru – guru yang profesional dalam bidangnya.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah “Ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan model pembelajaran konvensional”.

F. Definisi Istilah

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam menafsirkan istilah dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan istilah yang digunakan:

· Hasil belajar menurut Dimyati dalam Ranti (2007: 12) merupakan hasil proses belajar dimana pelaku aktif dalam belajar adalah siswa dan pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dalam penelitian ini hasil belajar ditentukan oleh nilai yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan tes yang diberikan.

· Ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan standar ketuntasan belajar minimum (SKBM) di sekolah. Adapun SKBM di lokasi penelitian adalah 60. Jadi, siswa dikatakan tuntas dalam belajar apabila mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 60.

· Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan suatu pembelajaran yang dirancang oleh guru, dimana siswa belajar secara kelompok kecil, yang terbagi atas kelompok asal dan kelompok ahli (Counterpart Group), dengan tujuan setiap siswa mengetahui dengan benar materi yang dipelajari bersama, dengan langkah-langkah tertentu.

· Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran matematika yang dirancang oleh guru, dengan langkah-langkah tertentu yang memperlakukan siswa sebagai objek dalam belajar.

Perilaku dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap lingkungan. Dalam penelitian ini perilaku siswa adalah semua tingkah laku siswa sel


dapatkan file lengkapnya

klik disini

(022) PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT TANI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK PADA KELAS III


 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masyarakat tani adalah kelompok masyarakat yang menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencahariannya, baik sebagai pemilik lahan ataupun hanya sebagai penggarap saja. Masyarakat tani tentunya memiliki jenjang pendidikan yang tidak sama. Artinya, jenjang pendidikan yang berbeda berdampak pula pada perbedaan interest terhadap pendidikan anak.

Masyarakat tani pada umumnya memiliki sumber daya insani yang sangat lemah dan berkecenderungan memiliki sikap yang acuh tak acuh terhadap dunia pendidikan, apalagi yang menyangkut prestasi belajar anak. Hal ini dapat dipahami sebagai suatu gejala yang saling bertalian, sebab pendidikan dan masyarakat merupakan dua aspek kehidupan yang tidak dapat dipisahkan, dimana keduanya ibarat dua sisi dari sebuah mata uang, dimana keberadaan masyarakat membutuhkan pendidikan dan pendidikan merupakan wahana pemberdayaan masyarakat.

Pendidikan merupakan sarana pewarisan budaya ke generasi berikutnya. Bagaimanapun tingkat kemajuan yang telah dapat dicapai, pendidikan tidak dapat dilupakan, sebab pendidikan bukan suatu alternatif tetap suatu keharusan yang akan merealisasikan potensi kemanusiaan manusia dengan segala prestasinya.

Prestasi belajar siswa adalah suatu sistem yang terintegrasi dengan hampir semua komponen kehidupan, juga melibatkan banyak pihak dan unsur yang dapat memperlancar proses. Ketergantungan prestasi siswa pada tingkat perekonomian masyarakat merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, hal ini mengingat bahwa tinggi rendahnya prestasi anak itu sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat dan tingkat pendidikannya.

Adanya keterkaitan yang erat antara tingkat pendidikam masyarakat (terutama masyarakat tani) dengan prestasi belajar siswa, maka tidak jarang ditemui dalam penyelenggaraan pendidikan formal banyak diantara anak-anak usia pendidikan dasar yang mengalami kegagalan. Kegagalan itu pada dasarnya banyak bersumber dari ketidakmampuan masyarakat dalam bidang ekonomi; dimana kemiskinan itu juga sangat dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, disamping itu dengan tingkat pendidikan yang layak, masyarakat akan dapat bekerja dengan efisien.

Dunia pendidikan menghadapi banyak hambatan untuk menarik keikutsertakan masyarakat tani bagi terwujudnya peningkatan prestasi belajar yang optimal dari siswa. Hal ini terutama dikalangan masyarakat yang masih terikat dengan cara-cara berpikir yang tradisional (masyarakat terbelakang, khususnya masyarakat tani yang hidup di daerah-daerah pedesaan), di samping adanya gejala-gejala kemiskinan yang selalu menghimpit mereka. Oleh karena itu, tidak sedikit diantara petani yang ada di pedesaan masih memandang sebelah mata untuk memantau perkembangan prestasi belajar anaknya. Hal ini sebagai gambaran mentalitas kaum tani yang masih berpandangan kuno.

Berpangkal dari uraian di atas, maka penelitian ini diarahkan untuk memahami lebih jauh tentang “Pengaruh Tingkat Pendidikan Masyarakat Tani terhadap Prestasi Belajar Anak pada Kelas III (Tiga) MTsN Janapria Desa Saba Kec. Janapria tahun pelajaran 2006/2007”.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan masyarakat tani terhadap prestasi belajar anak pada kelas III (Tiga) MTsN Janapria Desa Saba Kec. Janapria Tahun Pelajaran 2006/2007”.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1.Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh tingkat pendidikan masyarakat tani terhadap prestasi belajar anak pada kelas III (Tiga) MTsN Janapria Desa Saba Kec. Janapria Tahun Pelajaran 2006/2007.


1.3.2.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1.3.2.1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan pengetahuan yang luas bagi para peneliti tentang pengaruh tingkat pendidikan masyarakat terhadap prestasi belajar anak.

1.3.2.2.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling.

1.3.2.3.Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi personil sekolah, khususnya wali kelas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

1.3.2.4.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan dalam membina kerjasama antara guru dengan wali murid maupun dengan instansi terkait lainnya.

1.4. Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang serta permasalahan di atas, maka dapat diajukan suatu hipotesis. Netra (1974: 26) menjelaskan bahwa: “Hipotesis adalah suatu pernyataan (declarative statement) yang belum sepenuhnya diakui kebenarannya”.

Dari pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari permasalahan atau fakta-fakta yang diamati, yang kebenarannya harus diuji berdasarkan data-data yang terkumpul.

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis alterhatif (Ha) yaitu: Terdapat pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan masyarakat tani terhadap prestasi belajar anak pada kelas III (Tiga) MTsN Janapria Desa Saba Kec. Janapria Tahun Pelajaran 2006/2007.

1.5. Asumsi

Asumsi adalah suatu yang dianggap benar, sebagai suatu keputusan yang diterima sebagai suatu kebenaran (Komaruddin, 1987 : 69). Dengan demikian, keputusan tentang masalah merupakan suatu asumsi bagi seorang peneliti sebelum dikukuhkan dengan hasil penelitian.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka asumsi yang diajukan sebagai berikut :

1.5.1. Para petani memiliki antusias yang tinggi terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.

1.5.2.Tingkat pendidikan masyarakat tani tergolong masih rendah.


dapatkan file lengkapnya

klik disini

(022) Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan Karier Terhadap Cita-Cita Pekerjaan Para Siswa Kelas 3 Bahasa Madrasah Aliyah Al-Ishlahuddiny Kediri Tahun Pelajaran 20032004


BAB I

PENDAHULUAN

a. Penjelasan Istilah Judul

Dalam Bab Pendahuluan penyusun menguraikan hal-hal yang dapat memberikan gambaran secara umum tentang isi yang terkandung dalam judul skripsi yang berbunyi ”Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan Karier Terhadap Cita-Cita Pekerjaan Para Siswa Kelas 3 Bahasa Madrasah Aliyah Al-Ishlahuddiny Kediri Tahun Pelajaran 2003/2004“.

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan maksud dari istilah yang digunakan dalam Judul Skripsi ini, maka terlebih dahulu dijelaskan istilah yang dimaksud dalam judul sebagai berikut :

1. Pengaruh

Pengaruh adalah “Suatu aktifitas yang datang dari subyek dan dapat menimbulkan perubahan“. (Supyan. 1980 : 2). Selanjutnya dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengaruh adalah: “Daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu yang berkuasa atau yang berkekuatan“. (Poerwadarminta, 1983 : 731).

Dari kedua pendapat tersebut di atas, yang dimaksud dengan pengaruh dalam penelitian ini adalah daya atau kekuatan yang timbul akibat pelaksanaan Bimbingan Karier pada siswa Kelas 3 Bahasa Madrasah Aliyah Al-Ishlahuddiny.


2. Pelaksanaan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan sebagai berikut: “Pelaksanaan berarti perihal, perbuatan usaha dan sebagainya melaksanakan (Rancangan) dan sebagainya. “(Poerwadarminta 1984:553). Ahli lain mengatakan “Pelaksanaan berarti memperaktekkan, mewujudkan“. (Zain, 1976 : 50).

Berdasarkan pendapat di atas, maka pelaksanaan dalam penelitian ini adalah perbuatan untuk mewujudkan program Bimbingan Karier sebagai upaya menuju tercapainya cita-cita para siswa.

3. Bimbingan Karier

Dalam mengemukakan pengertian Bimbingan Karier, penulis mengutip beberapa pendapat para ahli sebagai tuntunan berpikir bagi penulis sebelum mencoba menyimpulkan tentang pengertian Bimbingan Karier.

Dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah Menengah Pertama dijelaskan bahwa : “Bimbingan Karier adalah proses pemberian bantuan, tuntunan, pada siswa agar siswa mampu mengenal potensi diri, mampu mengenal tentang lingkungan pekerjaan dan mampu memecahkan masalah pekerjaan yang dihadapi sesuai dengan potensi diri, dan jenis pekerjaan yang diminatinya“. (Depdikbud, 1988: 2).

Senada dengan itu, Ruslan A. Gani mengungkapkan : “Bimbingan Karier adalah usaha yang dilakukan dalam membantu siswa untuk mengenal potensi diri seperti: bakat, minat, kelebihan dan kekurangannya, disamping itu dapat mengenal seluk beluk dunia kerja dan mampu memadukan antara potensi diri dengan jenis pekerjaan yang dicita-citakan“. (Ruslan A. Gani, 1985:10).

Kedua pendapat tersebut di atas mengandung beberapa persamaan seperti : membantu siswa untuk mengenal potensi diri, mengenal seluk beluk dunia kerja yang terdiri dari lingkungan pekerjaan dan masalah yang dihadapi dalam dunia kerja.

Bertolak dari uraian tersebut, dapat dirumuskan pengertian Bimbingan Karier sebagai berikut : Bimbingan Karier adalah usaha membantu siswa agar mampu mengenal potensi diri seperti : bakat, minat, kelebihan dan kekurangannya serta mampu memahami seluk beluk dunia kerja, seperti lingkungan pekerjaan dan masalah pekerjaan yaang mungkin dihadapi sesuai dengan jenis pekerjaan yang diminatinya.

4. Cita-Cita Pekerjaan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa : “Cita-cita” adalah keinginan (Kehendak, harapan) yang selalu ada dalam pikiran (Hati). (Poerwadarminta, 1984 : 207)

Sedangkan pengertian pekerjaan menurut ahli lain adalah “Pekerjaan merupakan sekumpulan kedudukan yang memiliki persamaan kewajiban dan tugas-tugas pokok” (Sukardi, dkk 1993 : 20 ).

Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa : Cita-cita pekerjaan adalah keinginan, (Kehendak, harapan) yang selalu ada dalam pikiran dan memiliki persamaan kewajiban dan tugas-tugas pokoknya.

b. Permasalahan

1. Latar Belakang Masalah

Secara kodrati bahwa manusia sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial mempunyai ketergantungan antara yang satu dengan lainnya. Sifat ketergantungan, misalnya dalam mengatasi masalah yang dihadapinya yang pada kenyataannya individu itu tetap membutuhkan pertolongan orang lain. Hal tersebut berlangsung dalam lingkup keluarga, sekolah dan masyarakat. Sehubungan dengan itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bukan hanya mengajarkan Ilmu Pengetahuan kepada murid-muridnya namun lebih dari itu sekolah memberikan bimbingan kepada muridnya agar mereka memahami potensi dirinya. memahami lingkungan pendidikan dan lingkungan suatu pekerjaan.

Untuk mewujudkannya di Sekolah tersebut unit kerja yang menangani tugas tersebut, yakni bimbingan dan konsling, termasuk melaksanakan Bimbingan Karier. Pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah bertujuan : membantu para siswa agar mampu memahami dirinya tentang bakat, minat, kepribadian, sikap dan seluk beluk dunia kerja. upaya yang dilakukan melalui Bimbingan Karier adalah : melaksanakan konsling karier, pengajaran dan permainan peran.

Dalam proses melaksanakan program Bimbingan Karier banyak paktor yang memepengaruhinya antara lain : Lingkungan Sekolah, sarana dan prasarana serta kemampuan personil pelaksanaan.

Permasalahannya, di madrasah aliyah Al-ishlahuddiny Kediri pada siswa kelas III peneliti hanya mengambil kelas III Bahasa sebagai obyek penelitian karna peneliti menggunakan studi populasi. Dengan mengadakan pendekatan menggunakan metode wawancara mengenai cita-cita masa depan mereka, ternyata dari hasil wawancara siswa kelas III Bahasa mempunyai beragam cita-cita yang ingin mereka capai nemun mereka beranggapan bahwa cita-cita mereka sering gagal dan tidak akan mendapatkan hasil yang memuaskan, dan juga karna faktor ekonomi yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan cita-cita mereka. Dan banyak diantara siswa kelas III Bahasa yang tidak memahami cita-citanya sendiri bila dikaitkan dengan kemampuan mereka. Maka oleh sebab itu pelaksanaan bimbingan karier diberikan kepada siswa kelas III Bahasa. Dengan langkah tersebut, diharapkan merkea benar-benar nantinya bisa bekerja sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang ada pada dirinya, sehingga prestasi yang dimilikinya bisa dikembangkan secara optimal.

Oleh karena itu sangat penting untuk diketahui tentang seberapa jauh keterkaitan antara pengaruh Bimbingan Karier dengan pengembangan cita-cita pekerjaannya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti memandang menarik untuk dilakukan penelitian dengan judul :

“Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan Karier Terhadap Cita-Cita Pekerjaan Siswa Kelas 3 Bahasa Madrasah Aliyah Al-Ishlahuddiny Kediri Lobar Tahun 2003/2004“.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah tersebut, maka disusun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

“Apakah Ada Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan Karier Terhadap Cita-Cita Pekerjan Para Siswa Kelas 3 Bahasa Madarasah Aliyah Al-Ishlahuddiny Kediri Lombok Barat Tahun Pelajaran 2003/2004.”

c. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : “Ingin mengetahui pengaruh pelaksanaan Bimbingan Karier terhadap cita-cita pekerjaan para siswa Kelas 3 Bahasa Madrasah Aliyah Al-Ishlahuddiny Kediri Lombok Barat Tahun Pelajaran 2003/2004.

d. Signifikansi Penelitian

Dalam Buku Metodologi Research dijelaskan bahwa Signifikansi adalah manfaat atau pentingnya penelitian yang dilakukan (Sutrisno Hadi, Tahun 1981, Halaman 10). Dalam buku lain dijelaskan bahwa Signifikansi adalah manfaat, kegunaan dari penelitian sehingga memiliki dampak positif baik ditinjau dari segi teoritis maupun praktis (Surahmat, 1989: 53).

Dari kedua pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan Signifikansi adalah kegunaan atau manfaat yang diperoleh dari suatu penelitian.

Berdasarkan pendapat di atas, maka signifikansi dalam penelitian ini adalah :

1. Signifikansi Teoritis.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi ilmuan dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan pada bidang bimbingan dan konsling khususnya Bimbingan Karier.

2. Signifikansi Praktis.

2.1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi petugas bimbingan dan konsling dalam melaksanakan Bimbingan Karier di Sekolah.

2.2. Penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi Kepala Sekolah untuk menyusun kebijaksanaan dalam usaha meningkatkan mutu pelaksanaan Bimbingan Karier yang berkaitan dengan pemilihan pekerjaan atau cita-cita pekerjaan bagi siswa.

e. Asumsi

“Asumsi adalah anggapan dasar yang telah diyakini tentang kebenarannya dan tidak memerlukan pembuktian lagi “. (Surachmat, 1980: 19)

Selanjutnya hal-hal yang diteliti dan berpengaruh terhadap hasil penelitian ini diasumsikan sebagai berikut :

1. Asumsi Teoritis

3.1. Semakin efektif pelaksanaan Bimbingan Karier, semakin tepatlah pilihan dengan pekerjaan yang di cita-citakan untuk masa depannya.

3.2. Pelaksanaan Bimbingan Karier akan intensif jika ditunjang dengan kemampuan para pembimbing.

2. Asumsi Metodik

Penelitian ini akan terlaksana dengan baik karena didukung oleh Metode Penentuan Subyek yang menggunakan Study Populasi, Metode pendekatan dengan eksperimen, Metode Pengumpulan Data adalah metode angket sebagai metode pokok, metode dokumenter dan metode wawancara sebagai metode penunjang, dan analisis data menggunakan analisa statistik.

3. Asumsi Pelaksanaan

Penelitian ini dapat terlaksana karena didukung oleh beberapa faktor, yaitu:

3.1. Adanya kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan biaya.

3.2. Adanya Literatur dan Dosen pembimbing yang mempunyai kwalitas di Bidang Bimbingan dan Konsling yang siap untuk membimbing penulis dalam penelitian ini.

3.3. Lokasi penelitian dapat terjangkau oleh peneliti, sehingga pelaksanaan penelitian relatif mudah.

f. Hipotesis

Menurut pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi.MA. “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Dalam penelitian ini diajukan sebagai berikut: “Ada Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan Karier Terhadap Cita-Cita Pekerjaan Para Siswa Kelas 3 Bahasa Madrasah Aliyah Al-Ishlahuddiny Kediri Lombok Barat”.

g. Pembatasan Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini terbatas pada :

1. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa Kelasa 3 Bahasa Madrasah Aliyah Al-Ishlahuddiny Kediri Lombok Barat.

2. Obyek penelitian ini adalah cita-cita pekerjaan, yaitu : kelanjutan study dan perencanaan masa depan. Sedangkan pelaksanaan Bimbingan Karier terbatas pada : pemahaman diri, pemahaman nilai-nilai, pemahaman lingkungan, pemahaman jenis-jenis pekerjaan, serta hambatan dan cara mengatasi hambatan.

h. Cara Pendekatan

Dalam penelitian umumnya dikenal dua macam cara pendekatan, yaitu : 1. Pendekatan Empiris. 2. Pendekatan Eksperimen (Netra, 1975 :5).

Selanjutnya dijelaskan sebagai berikut :

Pendekatan Eksperimen digunakan apabila permasalahan yang diteliti memerlukan situasi buatan, sedangkan empiris digunakan apabila permasalahan yang diteliti telah ada secara nyata. Ini berarti gejala tersebut tidak membutuhkan situasi buatan yang sengaja diadakan (Netra 1976 : 74).

Sehubungan dengan itu, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan Pendekatan Eksperimen, karena gejala yang diteliti akan kami adakan Bimbingan Karier terhadap beberapa siswa.


dapatkan file lengkapnya

klik disini

(022) Pengaruh Modifikasi Net yang Direndahkan terhadap Keterampilan Smash dalam Permainan Bulutangkis Siswa Sekolah Dasar


 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permainan bulutangkis adalah cabang olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat yang ikut serta dalam setiap kegiatan olahraga bulutangkis yang diselenggarakan, baik dalam bentuk pertandingan tingkat RT hingga tingkat dunia, seperti Thomas dan Uber Cup atau Olimpiade. Olahraga bulutangkis dapat dimainkan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan.

Olahraga bulutangkis di Indonesia sudah dikenal sejak lama, sehingga olahraga ini merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagaimana dikemukakan Sakir dan Genikarsa (1989 : 111) bahwa, “Bulutangkis dikenal di Indonesia sejak pada zaman penjajahan Belanda.”

Pada tanggal 5 Mei 1951 di Indonesia didirikanlah organisasi induk cabang olahraga bulutangkis yang dikenal dengan nama Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal munculnya pebulutangkis handal yang dapat mengharumkan nama bangsa, seperti yang dibuktikan pebulutangkis tunggal yaitu Susi Susanti dan Alan Budikusumah yang meraih dua medali emas pada Olimpiade Barcelona tahun 1992. Perlu diingat juga bahwa olahraga bulutangkis walk in untuk pertama kalinya dipertandingkan di Olimpiade tersebut, bahkan dalam kejuaraan-kejuaraan dunia seperti dalam Thomas dan Uber Cup sudah beberapa kali piala tersebut direbut tim Indonesia. Pemain bulutangkis Indonesia seperti Rudi Hartono, Tjuntjun, Johan Wahyudi, Christian Hadinata, Ii Soemirat, Verawati Fajrin, Ivana Lie, Susi Susanti, Liem Swe King, Icuk Sugiarto, Joko Supriyanto, Alan Budikusumah, Haryanto Arbi, Ricky Subagja, Rexy Mainaki, Taufik Hidayat, dan yang lainnya adalah sederetan pemain yang pernah menjadi juara dunia pada zamannya dan tak pernah hilang dalam perjalanan sejarah bulutangkis Indonesia.

Dari waktu ke waktu perkembangan bulutangkis ini makin pesat, hal ini disebabkan makin tingginya keterampilan penguasaan teknik dari para pemainnya. Dengan keterampilan teknik bermain yang cukup tinggi yang dimiliki oleh rata-rata pemain, maka akan dapat memberikan suatu permainan yang bermutu. Untuk mendapat suatu keterampilan penguasaan yang baik, maka dari sejak dini para pemain harus sudah diberikan pelajaran teknik dasar, sehingga dengan teknik dasar yang telah dikuasainya itu pemain akan dapat mengembangkan keterampilannya di masa yang akan datang.

Untuk menjadi pebulutangkis yang handal perlu berbagai macam persyaratan, salah satunya adalah penguasaan teknik dasar permainan bulutangkis. Dalam cabang olahraga bulutangkis terdapat berbagai teknik dasar, diantaranya teknik service, smash, lob, drop, dan gerak kaki. Sebagaimana dikemukakan Poole (1986 : 10) bahwa, “Keterampilan dasar olahraga bulutangkis dapat dibagi dalam tujuh bagian : (1) serve, (2) smash, (3) overhead, (4) drive, dan (5) drop.” Kelima teknik dasar permainan bulutangkis tersebut harus dikuasai pebulutangkis untuk menunjang atau mencapai tujuan permainan.

Salah satu teknik dasar olahraga bulutangkis yang banyak digunakan untuk mematikan permainan lawan adalah smash. Menurut Poole (1986 : 143) smash adalah “pukulan overhead yang keras, diarahkan ke bawah yang kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama dalam bulutangkis.”

Sehubungan dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah siswa sekolah dasar kelas V dan VI dan teknik dasar bulutangkis yang akan dilatihkan adalah smash, maka bentuk latihan yang dapat digunakan oleh pelatih atau guru Pendidikan Jasmani harus disesuaikan dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Oleh karena itu, agar siswa sekolah dasar dapat menguasai teknik-teknik dasar permainan bulutangkis, khususnya teknik smash salah satunya adalah dengan cara memodifikasi net yang direndahkan. Modifikasi di sini adalah mengubah net dari ketinggian yang sebenarnya lalu direndahkan. Caranya adalah dengan memodifikasi ketinggian net yang sebenarnya yaitu 1,55 m, dan setelah siswa dapat melakukannya lalu net tersebut direndahkan 20 cm sampai mencapai ketinggian net 1,35 m. Dengan memodifikasi ketinggian net yang direndahkan tersebut, diharapkan siswa dapat menguasai keterampilan smash dalam permainan bulutangkis secara optimal.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah tersebut dengan judul : “Pengaruh Modifikasi Net yang Direndahkan terhadap Keterampilan Smash dalam Permainan Bulutangkis Siswa Sekolah Dasar.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut : “Apakah modifikasi net yang direndahkan berpengaruh terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis siswa kelas V dan VI SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis ?”

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modifikasi net yang direndahkan terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis siswa kelas V dan VI SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberi bahan masukan dan tambahan informasi ilmiah bagi, pemain, pelatih, dan pembina olahraga bulutangkis, khususnya berkenaan dengan penguasaan keterampilan smash dalam permainan bulutangkis.

Secara praktis, hasil dari penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan informasi bagi siswa SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis tentang perlunya membina penguasaan keterampilan smash dalam permainan bulutangkis.

2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan mengenai bentuk latihan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan penguasaan keterampilan smash yaitu dengan modifikasi net yang direndahkan bagi anak didiknya.

3. Memberikan informasi kepada pembaca bahwa keterampilan smash dalam permainan bulutangkis dapat dilatih dengan berbagai bentuk latihan, salah satunya dengan modifikasi net yang direndahkan.

E. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan waktu dan kemampuan yang penulis miliki, maka permasalahan dalam penelitian ini penulis batasi dengan harapan penelitian ini lebih terarah dan tidak terlalu luas dalam pembahasannya. Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Aspek yang diteliti hanya terbatas untuk memperoleh fakta tentang pengaruh modifikasi net yang direndahkan terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis siswa sekolah dasar.

2. Penelitian ini menggunakan metode eskperimen dengan desain penelitian pre–test dan post–test, yaitu melaksanakan kegiatan latihan smash bulutangkis dengan menggunakan modifikasi net yang direndahkan. Pelaksanaan latihan selama 16 kali pertemuan ditambah dua kali tes yaitu tes awal dan tes akhir. Pengambilan data dilakukan di lapangan olahraga SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.

3. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis sebanyak 30 orang. Karena subjek penelitian ini ditentukan jumlahnya yaitu 30 orang, maka seluruh populasi dijadikan objek penelitian atau total sample.

4. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes smash bulutangkis yang dilakukan dalam lima kali kesempatan (diambil angka). Tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan melakukan smash di atas net ke sasaran dengan cepat dan terarah yang dilakukan sebanyak lima kali kesempatan.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran atau salah arti terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang digunakan supaya lebih operasional sehingga tidak timbul kesalahan terhadap maksudnya. Istilah-istilah tersebut adalah :

1. Pengaruh, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 664) adalah “sama artinya dengan akibat atau hasil yang diperoleh.” Pengaruh dalam penelitian ini adalah efek atau akibat yang timbul dari latihan smash dengan modifikasi net yang direndahkan terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis.

2. Modifikasi net direndahkan, artinya perubahan dari ketinggian net sebenarnya menjadi rendah dalam permainan bulutangkis. Caranya dengan merendahkan ketinggian net yang sebenarnya (1,55 m), dan setelah siswa dapat melakukannya lalu net tersebut direndahkan 20 cm sampai mencapai ketinggian net 1,35 cm.

3. Smash, menurut Poole (1986 : 143) smash adalah “pukulan overhead yang keras, diarahkan ke bawah yang kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama dalam bulutangkis.”

G. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan titik tolak bagi penulis dari segala kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan dan anggapan dasar ini diperlukan sebagai pegangan pokok secara umum.

Menurut Arikunto (1998 : 97) anggapan dasar atau postulat adalah “sebuah titik awal pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh penyelidik”. Bertitik tolak dari pengertian di atas, maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :

a. Latihan yang dilakukan secara sistematis dan teratur serta mengikuti prinsip-prinsip latihan akan memberikan perubahan yang positif terhadap kemampuan penguasaan berbagai keterampilan gerak siswa sekolah dasar.

b. Kelebihan latihan menggunakan modifikasi net direndahkan pada permainan bulutangkis adalah dapat memotivasi siswa/atlet untuk belajar teknik dasar smash, memudahkan kesulitan belajar siswa melakukan teknik dasar smash, dan dapat memukul dan memasukan shuttlecock dengan mudah.

c. Kelemahannya yaitu waktu untuk latihan terbuang hanya untuk melakukan teknik dasar smash dan variasi latihan yang diberikan pelatih hanya sedikit.

2. Hipotesis

Sebagai penuntun ke arah penelitian untuk suatu penjelasan problematik yang harus dicapai pemecahannya diperlukan hipotesa. Hipotesis adalah perumusan sementara terhadap suatu masalah, yang dimaksud tuntutan sementara dalam penelitian yaitu mencari kebenaran yang sebenarnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Surakhmad (1998 : 68) bahwa hipotesis adalah “suatu jawaban yang sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.”

Berdasarkan anggapan dasar di atas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : “Latihan smash dengan memodifikasi net direndahkan berpengaruh secara berarti terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis pada siswa kelas V dan VI SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.”

Dinata, Marta dan Herman Tarigan. 2004. Bulutangkis 2. Jakarta : Cerdas Jaya.

Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia. 2006. Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis. Tersedia : http://pb-pbsi/bulutangkis.com.

Poole, James. 1986. Belajar Bulutangkis. Bandung : Pionir Jaya.


dapatkan file lengkapnya

klik disini

(022) PENGARUH LINGKUNGAN MASYARAKAT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan fisik, lingkungan biologis, maupun lingkungan sosial satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi.

Lingkungan sering dikatakan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar di luar diri manusia/individu. Lingkungan sebenarnya mencakup segala aspek, baik materiil dan stimuli di dalam dan luar diri individu manusia

Lingkungan pendidikan adalah sebagai segala sesuatu yang berada di luar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya (Ubaiyah, 1998:209). Lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi pembawaan yang baik, tetapi lingkungan yang baik belum tentu dapat menjadi pengganti suatu pembawaan yang baik. Bila lingkungan sekitar merupakan lingkungan yang baik dan kondusif untuk belajar, maka dengan sendirinya masyarakat penghuni lingkungan tersebut akan terpanggil atau terpengaruh untuk beljar dengan baik. Sebagai contoh : kondisi masyarakat di pedesaan yang kebanyakan bekerja sebagai petani, maka orang-orang di sekitar itu akan ikut terpengaruh untuk bertani. Demikian juga jika pada lingkungan tersebut belajar yang baik sudah menjadi budaya, maka para penghuni lingkungan tersebut bisa terbawa ke dalam lingkungan belajar

Uraian di atas mengisyaratkan bahwa watak atau kepribadian seseorang selain ditentukan oleh potensi dasar yang dimilikinya juga ditentukan oleh lingkungan. Faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial memberikan andil yang kuat dalam pembentukan, penempatan potensi-potensi dasar yang dimiliki oleh anak serta dalam memotivasi belajar anak. Sehingga seorang anak didik akan akan beruntung bila mendapatkan lingkungan yang baik, demikian pula sebaliknya anak didik akan sangat rugi bila kebetulan bergaul dengan lingkungan yang kurang baik.

Selanjutnya, Motivasi dalam kegiatan belajar siswa adalah merupakan suatu hal yang sangat penting, sebab dengan adanya motivasi ini, gairah dan semangat belajar siswa menjadi tinggi, serta akan membuat mereka tekun dan sungguh-sungguh. Dari observasi awal yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa MTs. Darul Hamidy Iwan Darmaji Kecamatan Kopang Lombok Tengah sangat tergantung pada lingkungan masyarakat dimana siswa tersebut tinggal. Siswa yang berada di lingkungan masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap belajar, anak biasanya memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Begitu juga sebaliknya, siswa yang berada di lingkungan masyarakat yang kurang peduli terhadap belajar anak memiliki motivasi yang rendah dalam hal belajar.

Bertolak dari kenyataan di atas, maka sangatlah penting untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Lingkungan Masyarakat terhadap Motivasi Belajar Siswa MTs. Darul Hamidy Iwan Darmaji Kecamatan Kopang Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2006-2007”.

1.2. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permaslahan sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana pengaruh lingkungan masyarakat terhadap motivasi belajar siswa MTs. Darul Hamidy Iwan Darmaji Kecamatan Kopang Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2006-2007?.

1.2.2. Apa permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa MTs. Darul Hamidy Iwan Darmaji Kecamatan Kopang Lombok Tengah Pelajaran 2006-2007?.

1.2.3. Apa-apa solusi yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa MTs. Darul Hamidy Iwan Darmaji Kecamatan Kopang Lombok Tengah Pelajaran 2006-2007?.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari uraian pada rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1.3.1.1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh lingkungan masyarakat terhadap motivasi belajar siswa MTs. Darul Hamidy Iwan Darmaji Kecamatan Kopang Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2006-2007.

1.3.1.2. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa MTs. Darul Hamidy Iwan Darmaji Kecamatan Kopang Lombok Tengah Pelajaran 2006-2007.

1.3.1.3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa MTs. Darul Hamidy Iwan Darmaji Kecamatan Kopang Lombok Tengah Pelajaran 2006-2007.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Dengan melaksanakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.3.2.1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman tentang tingkat pengaruh lingkungan terhadap motivasi belajar siswa bagi Madrasah yang bersangkutan.


1.3.2.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan kontribusi bagi pengajar atau yang terkait dengannya, terutama Kepala Sekolah, staf dan Orang tua siswa.


dapatkan file lengkapnya

klik disini

(022) KORELASI ANTARA PERILAKU MENYIMPANG DENGAN KESULITAN BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI IPS KELAS I SMP NEGERI 1 GERUNG


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan dikodratkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia dalam kehidupannya sehari-hari mengadakan interaksi dengan manusia yang lain, serta menjaga dan berusaha mengadakan hubungan dengan baik pula.

Dalam pergaulannya tersebut perlu adanya penyesuaian diri dengan baik terhadap lingkungan siswa yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya akan menimbulkan bermacam-macam masalah, baik bagi dirinya maupun terhadap orang lain. Kegagalan dalam penyesuaian diri tersebut merupakan faktor penyebab munculnya siswa yang berperilaku menyimpang yang pada akhirnya akan menimbulkan kesulitan belajar pada siswa yang bersangkutan.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, semua guru mengharapkan agar prestasi didik dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Pada kenyataannya banyak prestasi didik menunjukkan gejala yang tidak dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan, misalnya menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata, hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan, lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar dan menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar.

Menurut Willis, perilaku menyimpang dapat berbentuk seperti gejala-gelaja yang agresif, sering melakukan pelanggaran dalam seks, mudah marah, sering berbuat curang dan bolos, sering mencuri dengan penipuan, sering merusak barang, sering mengkritik yang berlebihan pada orang lain, sering bertengkar, kejam, gemar menyerang dan memerintah temannya, membalas dendam dengan serangan, suka merampas dan mencuri, suka meniru, lari dari rumah, dan menarik perhatian orang lain terlalu berlebihan (1989 : 17). Perilaku menyimpang yang sering nampak pada diri siswa adalah sering bersifat agresif, bandel, mengacau dalam kelas, mencari perhatian.

Dengan demikian adanya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa, di samping akan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dilingkungan sekitarnya, akan berakibat pula terhadap kesulitan belajar para siswa itu sendiri. Kenyataan ini penulis dapatkan dari survei pendahuluan di lokasi penelitian yaitu di SMPN 1 Gerung, di sekolah tersebut menunjukkan adanya kecenderungan bahwa kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa erat kaitannya dengan perilaku menyimpang. Kenyataan menunjukkan bahwa : Siswa yang perilakunya baik namun mengalami kesulitan dalam belajar, sebaliknya siswa yang menunjukkan indikasi perilaku menyimpang, namun prestasi belajarnya menunjukkan peningkatan.

Hal inilah yang menyebabkan penulis merasa tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang “Korelasi Antara Perilaku Menyimpang dengan Kesulitan Belajar Siswa Pada Bidang Studi IPS Kelas VII SMPN 1 Gerung Tahun Pelajaran 2005/2006”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah ada Korelasi Antara Perilaku Menyimpang dengan Kesulitan Belajar Siswa Pada Bidang Studi IPS Kelas VII SMPN 1 Gerung Tahun Pelajaran 2005/2006?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui Apakah ada Korelasi Antara Perilaku Menyimpang dengan Kesulitan Belajar Siswa Pada Bidang Studi IPS Kelas VII SMPN 1 Gerung Tahun Pelajaran 2005/2006.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yaitu manfaat atau pentingnya suatu penelitian yang dilakukan (Hadi, 1981 : 10). Sedangkan menurut Indun, Kegunaan berarti kegunaan atau kebermaknaan (1986 : 1).

Dari kedua pendapat tersebut di atas maka yang dimaksud dengan Kegunaan adalah kegunanaan atau manfaat yang diperoleh suatu penelitian. adapun Kegunaan yang diajukan dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut :


1. Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan pengetahuan yang luas bagi para ilmuwan tentang korelasi antara perilaku menyimpang dengan kesulitan belajar.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling.

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan Praktis yaitu penelitian ini berguna bagi peneliti sendiri, pemerintah, lembaga pendidikan dan pihak-pihak terkait adapun Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah :

a. Berguna sebagai masukan bagi personil sekolah, khususnya guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan perannya sebagai pembimbing sekolah dalam upaya menangani perilaku menyimpang dan kesulitan belajar siswa.

b. Memberikan bantuan dalam membina kerjasama antara guru dengan wali murid maupun dengan instansi terkait lainnya.

c. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya sekolah lanjutan tingkat pertama.

E. Hipotesis

Arikunto menjelaskan bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (1986 : 62).

Surachmad (1975 : 58), menyatakan bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar. Sedangkan Netra (1974: 26) menjelaskan bahwa: “Hipotesa adalah suatu pernyataan (declarative statement) yang belum sepenuhnya diakui kebenarannya”.

Dari pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari permasalahan atau fakta-fakta yang diamati, yang kebenarannya harus diuji berdasarkan data-data yang terkumpul.

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis alterhatif (Ha) yaitu: Ada Korelasi Antara Perilaku Menyimpang dengan Kesulitan Belajar Siswa Pada Bidang Studi IPS Kelas VII SMPN 1 Gerung Tahun Pelajaran 2005/2006.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan maksud yang terkandung dalam penelitian yang berjudul: Korelasi Antara Perilaku Menyimpang Dengan Kesulitan Belajar Siswa Pada Bidang Studi IPS Kelas VII SMPN 1 Gerung Tahun Pelajaran 2005/2006, maka perlu dijelaskan beberapa istilah pokok sebagai berikut: 1).Korelasi, 2). Perilaku menyimpang, 3). Kesulitan belajar.

1.Korelasi

Korelasi adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam angka atau garis grafis (Hload, 1978 : 192). Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa korelasi adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat (Balai Pustaka, 1995 : 526).

Dalam hal yang sama, Netra (1974 : 157) menjelaskan bahwa “dua buah gejala dikatakan mempunyai korelasi (correlation) adalah apabila setiap perubahan pada gejala yang satu selalu diikuti dengan perubahan pada gejala yang lain, dimana masing-masing perubahan tersebut terjadi secara proporsional.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan korelasi adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam angka.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan korelasi adalah mencari hubungan antara variabel perilaku menyimpang dengan variabel kesulitan belajar siswa pada Bidang Studi IPS Kelas VII SMPN 1 Gerung tahun pelajaran 2005/2006.

2.Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang adalah perbuatan seseorang yang melanggar atau bertentangan dari aturan yang ada, apakah itu perbuatan yang merugikan diri sendiri atau orang lain (Kartono, 1990 : 12). Sedangkan Sadli menjelaskan bahwa perilaku menyimpang adalah perbuatan seseorang yang menyimpang dari aturan-aturan normatif misalnya bersifat acuh tak acuh, sering membolos, menentang, tidak mengerjakan tugas (1990 : 40).

Dalam hal yang sama, Kartono (1980 : 12) menjelaskan bahwa prilaku menyimpang adalah perbuatan seseorang yang melanggar atau bertentang dari aturan yang ada, apakah itu perbuatan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Dari pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan perilaku menyimpang yaitu perbuatan seseorang yang bertentangan atau melanggar aturan-aturan normatif yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan perilaku menyimpang adalah perbuatan siswa yang melanggar aturan-aturan (tata tertib) di sekolah.

3.Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah kesulitan yang dialami oleh siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat pada prestasi belajar rendah atau perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuai dengan prestasi yang dicari oleh sebagain besar dari teman-temannya sekelas (Sumartana, 1986 : 7). Sedangkan Partowisasto menjelaskan bahwa kesulitan belajar adalah merupakan suatu kesukaran atau kesulitan dalam usaha memperoleh ilmu pengetahun, keterampilan dan sikap-sikap tertentu (1986 : 48).

Pendapat lain menyatakan bahwa: sebagai patokan untuk mengetahui kasulitan belajar, dapat ditetapkan berdasarkan tingkat pencapaian tujuan pendidikan, kedudukan dalam kelompok, perbandingan antara potensi dan prestasi, dan tingkah laku yang nampak (Dikdasmen, 1994 : 5).

Dari pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah kesukaran yang dialami oleh para siswa dalam kegiatan belajar yang berakibat pada prestasi belajarnya rendah, bila dibandingkan sebagain besar teman-temannya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah merupakan suatu kesulitan atau kesulitan yang dialami oleh siswa dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi


dapatkan file lengkapnya

klik disini

(022) KOLERASI ANTARA PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II POKOK BAHASAN PASAR PADA BIDANG STUDI


 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam UU. NO. 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar atau terencana yang dilakukan oleh manusia untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri serta keterampilan yang diperlukan bagi diri dan masyarakat, bangsa, dan negara. Sedangkan menurut undang-undang Pendidikan Nasional pasal I ayat I dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk menyiapkan peserta didik yang dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Dalam mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang tertulis dalam undang-undang di atas, berbagai upaya pendekatan yang dilakukan oleh guru salah satunya adalah pemberian penguatan. Pemberian penguatan merupakan suatu respon guru terhadap jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau hal-hal lain yang dapat menambah motivasi siswa dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu dalam proses belajar mengajar guru harus memiliki berbagai keterampilan agar kegiatan belajar mengajar berlangsung secara efektif dan efisien, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Kenyataan menunjukan bahwa tingkat prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh metode yang digunakan oleh guru di sekolah. Semakin tepat metode yang digunakan, maka semakin baik hasil yang diperoleh. Seorang guru dapat menyampaikan materi dengan metode yang bervariasi untuk menghilangkan kebosanan dan kejenuhan siswa, sehingga dapat menambah minat dan perhatian belajar siswa serta menjadi motivasi bagi mereka dalam belajar mengajar. Salah satu metode yang dimaksud adalah pemberian penguatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk memilih penelitian yang terkait dengan tersebut dengan judul “Korelasi antara Pemberian Penguatan terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas II Pokok Bahasan Pasar pada Bidang Studi Ekonomi di MTs. Yusuf Abdussatar Kediri Tahun Ajaran 2006/2007”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah ada korelasi antara Pemberian Penguatan terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas II Pokok Bahasan Pasar pada Bidang Studi Ekonomi di MTs. Yusuf Abdussatar Kediri Tahun Ajaran 2006/2007?.


C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk Mengetahui Korelasi antara Pemberian Penguatan terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas II Pokok Bahasan Pasar pada Bidang Studi Ekonomi di MTs. Yusuf Abdussatar Kediri Tahun Ajaran 2006/2007.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

a. Diharapkan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan penelitian, terutama yang terkait dengan pemberian penguatan yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran.

b. Membangkitkan semangat belajar dan perhatian siswa dengan harapan untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik.

2. Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi personil sekolah, khususnya bagi guru bidang studi ekonomi dalam menyusun dan mengembangkan metode pengajaran yang berorientasi pada pemberian penguatan.

b. Menilai sejak dini permasalahan pembelajaran dengan memanfaatkan metode pemberian penguatan.

E. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang dapat bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002 : 64). Sedangkan Netra (1974 : 26), berpendapat bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan (declarative statement) yang belum sepenuhnya diakui kebenarannya.

Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Hipotesis alternatif (Ha) “Ada korelasi korelasi antara Pemberian Penguatan terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas II Pokok Bahasan Pasar pada Bidang Studi Ekonomi di MTs. Yusuf Abdussatar Kediri Tahun Ajaran 2006/2007”.

F. Penegasan Istilah

Untuk memahami istilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan batasan istilah, hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman arti dan makna yang terkandung dalam judul penelitian ini.

1. Korelasi

Korelasi berarti hubungan timbal balik atau sebab akibat (Poerwadarminta, 1985 : 56). Sedangkan Arikunto (2002 : 239), menyatkaan bahwa korelasi adalah suatu alat statistik yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dari variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan anatara variabel-variabel yang lain.

Dari kedua pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan korelasi dalam penelitian ini adalah suatu alat atau cara yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu variabel pemberian penguatan dan variabel prestasi belajar.

2. Pemberian Penguatan

Pemberian penguatan adalah suatu cara atau metode yang dilakukan oleh guru dalam merespon secra positif tingkah laku tertentu dari siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali (Suhartien dan Suhartian, 1992 : 102).

Yang dimaksud dengan pemberian penguatan dalam penelitian ini adalah pemberian penguatan dengan menggunakan verbal dan non verbal.

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu (Tirtonegoro, 1984 : 43).

Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah suatu hasil yang diperoleh setiap siswa dalam kegiatan belajar mengajar setelah diberikan soal (tes).


dapatkan file lengkapnya

klik disini

(022) KAJIAN TENTANG PROFESIONALISME GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI MADRASAH ALIYAH “DARUL KAMILIN” JATI BAKAN JANAPRIA LOMBOK TENGAH

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Upaya untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya manusia (SDM) merupakan tugas besar dan membutuhkan jangka waktu yang panjang, karena mengangkat pendidikan bangsa, dan masa depan suatu bangsa banyak ditentukan oleh kualitas pendidikannya.

Pembinaan tersebut perlu mendapatkan perhatian yang sangat serius baik dari pemerintah, maupun lembaga-lembaga swasta. Hal tersebut disebabkan karena pribadi dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu menjadi syarat mutlak bagi keberhasilan pembangunan. Pembinaan potensi dan kekuatan ini memerlukan pendekatan metode dan prosedur yang tepat, agar memberikan hasil yang optimal.

Dalam era globalisasi dan pasar bebas, serta persaingan ketat antar bangsa dalam mempertahankan pasar, manusia diharapkan pada perubahan-perubahan yang cepat dan sinergis. Ibarat nelayan di lautan lepas yang dapat menyesatkan, jika tidak memiliki kompas sebagai pedoman untuk bertindak dan mengarunginya. Hal tersebut telah mengakibatkan hubungan yang tidak sinergis antara pendidikan dengan lapangan kerja, karena perkembangan yang terjadi dalam lapangan kerja sulit diikuti oleh dunia pendidikan, sehingga terjadi kesenjangan dan ketidak cocokan serta kesesuaian antara pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Mulyasa (2004:vi) menyatakan bahwa pendidikan harus diletakkan pada 4 (empat) pilar, yaitu: belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar hidup dalam kebersamaan, dan belajar menjadi diri sendiri.

Peran guru sebelum melaksanakan tugasnya secara formal selayaknya telah memiliki bekal pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang diperoleh selama masa pendidikan untuk melakukan tugas yang seharusnya diemban di atas. Meskipun sudah memiliki bekal pengetahuan, sesorang belum bisa dikatakan telah menguasai dan memiliki kemampuan mengelola proses belajar mengajar yang profesional. Hal ini disebabkan karena hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan. Belajar juga berupa kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja.

Sukmadinata (2004:179), menyatakan bahwa aktivitas dan produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar mendapatkan penilaian tidak hanya dilakukan secara tertulis, tetapi juga secara lisan dan perbuatan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka sangatlah penting untuk melakukan penelitian “Kajian Tentang Profesionalisme Guru dalam Proses Belajar Mengajar di Madrasah Aliyah “Darul Kamilin” Jati Bakan Janapria Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2006-2007 “.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah keadaan guru-guru yang mengajar di Madrasah Aliyah “Darul Kamilin” Jati Bakan Janapria Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2006-2007 ditinjau dari aspek profesionalisme keguruan sebagaimana tertuang pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005?”.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang keadaan guru yang profesional di Madrasah Aliyah “Darul Kamilin” Jati Bakan Janapria Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2006-2007 ditinjau dari aspek profesionalisme keguruan sebagaimana tertuang pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diajukan dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut :

1.3.2.1.Kegunaan Teoritis

1.3.2.1.1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan pengetahuan yang luas tentang peran guru profesional di Madrasah Aliyah “Darul Kamilin” Jati Bakan Janapria Lombok Tengah

1.3.2.1.2.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang profesi keguruan.

1.3.2.2.Kegunaan Praktis

Kegunaan Praktis yaitu penelitian ini berguna bagi peneliti sendiri, pemerintah, lembaga pendidikan dan pihak-pihak terkait adapun Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah:

1.3.2.2.1.Berguna sebagai masukan bagi personil sekolah, khususnya guru dalam melaksanakan perannya sebagai pengajar dan pembimbing di sekolah dalam meningkatkan minat belajar siswa.

1.3.2.2.2.Memberikan bantuan dalam membina kerjasama antara guru dengan orang tua maupun dengan instansi terkait lainnya.

1.3.2.2.3.Hasil penelitian ini diharapkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan bimbingan guna peningkatan minat belajar siswa.


dapatkan file lengkapnya

klik disini