Pages

Sabtu, 17 April 2010

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN


 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan layak sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, dan diatur melalui Peraturan Pemerintah, sedangkan pelaksanaan program pendidikan dilakukan dalam suatu sistem yang disebut Sistem Pendidikan Nasional. Program pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Lebih jauh dinyatakan bahwa pendidikan nasional dengan visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2003).

1

Oleh karena itu upaya meningkatkan kualitas manusia melalui pendidikan terus dilakukan oleh lembaga pemerintah dan masyarakat (stakeholder) yang peduli pendidikan dalam arti luas, seperti penelitian dan pengembangan, pelatihan dan pendidikan/kualifikasi guru serta pengadaan sarana dan prasarana pendidikan baik in formal, formal maupun pendidikan non formal.

Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, program-program sekolah diarahkan pada tujuan jangka panjang pembelajaran yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa, agar ketika mereka sudah meninggalkan bangku sekolah, mereka akan mampu mengembangkan diri sendiri dan mampu memecahkan masalah yang muncul (Depdiknas, 2004.b:1). Demikian pula dengan pelaksanaan program pembelajaran matematika di sekolah dilakukan dengan tujuan yaitu untuk membentuk pola pikir matematika, suatu pola pikir yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien, dan efektif (Depdiknas (2004.a:1). Lebih lanjut dalam proses pembelajaran matematika di kelas dengan tujuan yaitu terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif , jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas (2004.c:1).

Untuk menjalankan amanat pendidikan di sekolah seperti tersebut diatas, diperlukan guru yang profesional dalam bidangnya. Dan untuk menjadikan guru profesional, pemerintah mengupayakan program peningkatan mutu pendidikan dengan melakukan usaha-usaha perbaikan proses pembelajaran di kelas, seperti penugasan guru mata pelajaran untuk mengikuti pelatihan dan peningkatan mutu guru melalui jenjang pendidikan S1 dan S2, dan bahkan pada tingkat Doktoral sebagai bagian dari peran guru sebagai kunci utama menyiapkan manusia sejak dini dalam program peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia. Namun, karena besarnya jumlah peserta pendidikan profesional guru yang diperlukan dengan sumber ketersediaan dana perbaikan mutu pendidikan selama ini, maka yang hanya nampak dalam wajah dunia persekolahan, adalah banyak keluhan masyarakat dalam memahami krisis mutu pembelajaran dalam lembaga sekolah.

Kajian yang sama seperti laporan hasil studi dari lembaga pemerintah, Direktorat Dikmenum bahwa walaupun di sebagian sekolah (terutama di kota) menunjukkan adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan namun pembelajaran dan pemahaman siswa SLTP atau SMP pada pelajaran matematika menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Begitulah keadaan yang terjadi di berbagai jenjang tingkat sekolah di daerah (dalam Depdiknas, 2004.c: 1-2).

Dari fenomena seperti kenyataan di atas, pihak ahli pendidikan melakukan berbagai uji coba penerapan model pembelajaran. Beberapa percobaan dilakukan menunjukkan hasil yang memuaskan dalam peningkatan hasil belajar, sehingga percobaan berbagai model pembelajaran terus ditingkatkan. Misalnya model pembelajaran kooperatif, hasil belajar siswa lebih meningkat dibanding pendekatan sebelumnya seperti belajar secara individu maupun pendekatan belajar secara kompetitif. Temuan ini memperkuat teori sebelumnya bahwa pemahaman kandungan materi yang dipelajari siswa, akan melekat untuk periode waktu yang lebih lama. Penelitian eksperimen sebelumnya menunjukkan bahwa model pembelajaran tipe jigsaw ini cocok diterapkan di kelas. Hasil penelitian Efrist (2006) menunjukkan bahwa penerapan belajar kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri I Palolo. Penelitian oleh Fitriani (2007) dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII Jeruk di SMP Negeri 4 Palu. Lebih lanjut dijelaskan hasil-hasil penerapan pembelajaran kooperatif berdasarkan Linda Lundgren (dalam Raharja, 2002: 5) mengungkapkan dalam laporan penelitian menunjukan pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif bagi siswa yang rendah hasil belajarnya.

Slavin (dalam Raharja, 2002: 4) juga melaporkan 45 judul penelitian selama 14 tahun menyelidiki pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar siswa di sekolah. Dari keempat puluh lima laporan penelitian tersebut, 37 diantaranya menunjukan menunjukan hasil belajar dengan kelas kooperatif lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan pembelajaran secara individu sebagai kelompok kontrol, sedangkan delapan studi lainnya menunjukan tidak ada perbedaan. Pada akhir laporan tersebut di atas menyimpulkan bahwa tidak satupun dalam studi ini menunjukan bahwa kooperatif memberikan pengaruh yang buruk.

Berbagai hasil temuan penelitian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menerapkan tipe model pembelajaran kooperatif dari beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran siswa di kelas VII SMP Negeri 5 Dolo.

Dengan hasil observasi dilakukan, ditemukan bahwa rendahnya motivasi belajar matematika di kelas, selain kemampuan dasar-dasar pengetahuan siswa dalam belajar matematika, juga kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran yang sifatnya tradisional turut mewarnai fenomena pembelajaran matematika di kelas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian ini, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut ; “Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan model pembelajaran konvensional ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mempelajari bagaimana perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran konvensional pada materi pelajaran operasi hitung pecahan.

2. Tujuan khusus

· Mendeskripsikan tingkah laku belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas, dengan materi pelajaran operasi hitung pecahan

· Mengetahui proporsi ketuntasan belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran konvensional

· Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada:

1. Siswa SMP Negeri 5 Dolo

Dapat meningkatkan motivasi dalam proses belajar dengan hasil belajar siswa lebih baik. Demikian pula melatih dan membiasakan siswa bekerja sama dengan temannya untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.

2. Guru bidang studi

Guru dapat termotivasi melakukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran,

Sehingga akan tercipta suasana belajar yang lebih menyenangkan.

3. Lembaga sekolah

Dengan menerapkan berbagai model pembelajaran sesuai karakterristik materi pelajaran, manajemen pembelajaran melalui pimpinan sekolah akan menghasilkan guru – guru yang profesional dalam bidangnya.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah “Ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan model pembelajaran konvensional”.

F. Definisi Istilah

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam menafsirkan istilah dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan istilah yang digunakan:

· Hasil belajar menurut Dimyati dalam Ranti (2007: 12) merupakan hasil proses belajar dimana pelaku aktif dalam belajar adalah siswa dan pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dalam penelitian ini hasil belajar ditentukan oleh nilai yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan tes yang diberikan.

· Ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan standar ketuntasan belajar minimum (SKBM) di sekolah. Adapun SKBM di lokasi penelitian adalah 60. Jadi, siswa dikatakan tuntas dalam belajar apabila mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 60.

· Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan suatu pembelajaran yang dirancang oleh guru, dimana siswa belajar secara kelompok kecil, yang terbagi atas kelompok asal dan kelompok ahli (Counterpart Group), dengan tujuan setiap siswa mengetahui dengan benar materi yang dipelajari bersama, dengan langkah-langkah tertentu.

· Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran matematika yang dirancang oleh guru, dengan langkah-langkah tertentu yang memperlakukan siswa sebagai objek dalam belajar.

Perilaku dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap lingkungan. Dalam penelitian ini perilaku siswa adalah semua tingkah laku siswa sel


dapatkan file lengkapnya

klik disini

0 komentar:

Posting Komentar