Pages

Sabtu, 16 Juni 2012

Perubahan Ketangguhan Bahan St.40 Yang Telah Mengalami Proses Double Hardening Dengan Carburizing (TM-6)

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat kuat, liat, keras, dan mempunyai titik cair yang tinggi. Logam terbuat dari bijih logam yang ditemukan dalam keadaan murni atau bercampur. Bijih logam ini didapat dari proses penambangan mulai dari pendahuluan, pengeboran, sampai pengolahan logam.

Dari pengolahan logam inilah baru didapat logam yang kita inginkan. Logam yang telah jadipun masih disebut logam setengah jadi (raw material) sehingga masih diperlukan pengerjaan-pengerjaan dengan mesin, untuk mendapatkan bentuk dan kualitas yang lebih baik. Agar memperoleh hasil yang baik, komponen-komponen dari hasil mesin skrap, mesin bubut, mesin frais, yang selanjutnya diberi perlakuan panas seperti pengerasan, penempaan, penormalan, yang bertujuan memperbaiki sifat-sifat logam tersebut.
 
Dari bagian mesin, sering dijumpai suatu bahan yang diperlukan kekerasan dan keliatannya. Misalnya poros transmisi dan roda gigi. Saat mengalami perpindahan persneling, poros transmisi dan roda gigi mengalami beban puntir. Komponen tersebut juga harus mempunyai sifat lentur, karena dengan sifat lentur ketika terjadi perpindahan transmisi, diharapkan dapat
mengurangi hentakan keras pada saat roda gigi mengalami perkaitan.

Gabungan antara beban puntir dan lentur, juga diperlukan pada saat transmisi dan roda gigi mengalami beban berat dan putaran tinggi.
Dengan mempertimbangkan kondisi di atas, maka diinginkan suatu konstruksi bahan yang keras pada permukaan dan ulet pada intinya untuk mencegah kerusakan. Kemudian agar memperoleh hasil yang baik, komponen-komponen dari mesin-mesin tesebut selanjutnya diberi perlakuan panas seperti pengerasan, penempaan, penemperan yang bertujuan memperbaiki sifat-sifat logam tersebut.

Perlakuan panas (heat treatment) adalah proses memanaskan bahan sampai suhu tertentu dan kemudian didinginkan dengan metode tertentu (Amanto, 1999 : 63). Perlakuan panas terutama ditujukan untuk memperoleh sifat-sifat yang sesuai dengan penggunaannya, khususnya untuk mendapatkan kekerasan, kekuatan dan sifat liat yang diperlukan. Untuk mencegah keausan pada logam, maka logam perlu mendapatkan kekerasan pada bagian permukaan saja sedang inti tetap ulet. Untuk itu perlu dilakukan proses pengerasan permukaan (surface treatment). Jadi dalam hal ini pengerasan dapat dilakukan pada bagian-bagian tertentu saja sesuai kebutuhan dan fungsi alat tersebut.

Menurut Palallo (1995: 57) menuliskan proses carburizing adalah proses penambahan unsur karbon ke dalam logam pada bagian permukaan yang didapat dari bahan-bahan yang mengandung karbon sehingga kekerasan meningkat dengan adanya penambahan unsur karbon pada logam, menyebabkan ukuran butir membesar.

Pemanasan pada temperatur tinggi untuk jangka waktu yang relatif lama menyebabkan ukuran butir membesar, ini berarti butir-butir ferrit di bagian dalam dan butir-butir perlit pada bagian permukaan menjadi kasar (Suratman, 1994: 143). Kekurangan pada proses carburizing pada logam dapat diperbaiki dengan proses pengerasan lanjut (double hardening). Proses double hardening dilakukan untuk memperhalus ukuran butir struktur logam. Ukuran struktur yang halus dapat menghasilkan kekerasan yang lebih baik dari pada ukuran butir struktur logam yang besar (Endri Maulana, 2006: 2). Perlakuan panas tempering akan menghasilkan struktur yang homogen, tegangan sisa, mengembalikan kondisi bahan pada kondisi normal akibat pengaruh pengerjaan sebelumnya, memperhalus kristal yang akan berpengaruh terhadap keuletan bahan dan meningkatkan kekuatan serta memperbaiki struktur setelah bahan mengalami deformasi dalam keadaan panas dan dingin sehingga bahan mempunyai sifat bagian luar getas sedangkan bagian dalam ulet.

Untuk mengetahui sejauh mana perlakuan panas proses carburizing, double hardening – tempering terhadap perubahan sifat-sifat bahan dan ketangguhan bahan setelah mengalami perlakuan. Untuk pengkajian lebih lanjut maka perlu dilakukan pengujian bahan dengan menggunakan uji impact dan uji struktur mikro.

Dari pertimbangan-pertimbangn tersebut di atas maka perlu diadakan penelitian “Perubahan Ketangguhan Bahan ST.40 Yang Telah Mengalami Proses Double Hardening Dengan Media Pendingin Air Setelah Proses Carburizing”

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisa Pengaruh Waktu Tahan Terhadap Baja Karbon Rendah Dengan Metode Pack Carburising (TM-5)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Pendahuluan
Semakin meningkatnya perkembangan hidup manusia maka jamanpun ikut berkembang dengan pesat. Karena perkembangan manusia bertambah maju maka bidang teknologipun ikut berkembang sangat pesat dengan harapan segala kebutuhan manusia dapat terpenuhi dengan baik.


Jika diperhatikan, segala kebutuhan manusia tidak lepas dari unsur logam. Kerena hampir semua alat yang digunakan manusia terbuat dari unsur logam. Sehingga logam mempunyai peranan aktif dalam kehidupan manusia dan menunjang teknologi dijaman sekarang. Oleh karena itu timbul usaha – usaha manusia untuk memperbaiki sifat – sifat dari logam tersebut. Yaitu dengan merubah sifat mekanis dan sifat fisiknya.

Adapun sifat mekanis dari logam antara lain : kekerasan, kekuatan, keuletan, kelelahan dan lain – lain. Sedangkan dari sifat fisiknya yaitu dimensi, konduktivitas listrik, struktur mikro, densitas, dan lain – lain.

Karena banyaknya permintaan yang bermacam – macam maka diadakan pemilihan bahan. Pemilihan bahan tersebut dapat dipersempit sesuai dengan kegunaannya. Seperti misalnya pada baja karbon. Baja karbon mendapat prioritas yang utama untuk dipertimbangkan. Karena baja karbon mudah diperoleh, mudah dibentuk atau sifat permesinannya baik dan harganya relatif murah. Karena baja karbon mendapat prioritas utama maka dituntut untuk memodifikasi atau memperbaiki sifatnya seperti kekerasan, kekerasan pada permukaan, tahan aus akibat gesekan. Karena hal tesebut maka perlu diadakan proses perlakuan panas guna menambah kekerasan dari bahan tersebut.

Perlakuan panas adalah suatu perlakuan (treatment) yang diterapkan pada logam agar diperoleh sifat – sifat yang diiginkan. Dengan cara pemanasan dan pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam dalam keadaan fase padat sebagai upaya untuk memperoleh sifat – sifat tertentu dari logam.

Salah satu cara adalah dengan menggunakan proses karburasi yaitu dengan mengeraskan permukaannya saja. Karburasi adalah salah satu proses perlakuan panas untuk mendapatkan kulit yang lebih keras dari sebelumnya. 

Dan berdasarkan hal – hal tersebut diatas maka penulis mencoba untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul :
“ ANALISA PENGARUH WAKTU TAHAN TERHADAP BAJA KARBON RENDAH DENGAN METODE PACK CARBURIZING “ 

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File
atau klik disini

Contoh Skripsi Teknik Mesin

Teknik Mesin adalah adalah cabang ilmu teknik/ rekayasa yang mempelajari energi dan sumber energinya serta aplikasi dari prinsip fisika untuk analisa, desain, manufaktur dan pemeliharaan sebuah sistem mekanik. Teknik Mesin merupakan salah satu bidang ilmu keteknikan yang dapat memberikan peluang besar untuk mewujudkan industri mesin baik dalam hal maintance dan repair, perancangan/design, pembuatan/ produksi serta sistem lingkungan di masa depan. Profesi ini sangat ditunjang oleh intelektual yang tinggi, kreatif dan daya inovatif.


Mahasiswa Teknik Mesin selain harus dapat menguasai dasar dari ilmu pasti (matematika, fisika, kimia), mereka juga harus memahami berbagai konsep termasuk mekanika, kinematika, termodinamika dan energi. Bidang kajian dalam Teknik Mesin banyak berurusan dengan penggerak-penggerak awal, seperti turbin uap, motor bakar, mesin-mesin perkakas, pompa dan kompresor, pendingin dan pemanas, dan alat-alat kimia tertentu. Selain itu, dalam Teknik Mesin juga dipelajari sifat fisis dan fenomena yang terjadi pada suatu bahan. Hal ini termasuk sifat bahan dalam menyangga tarikan, tekanan, atau puntiran.


Terkadang sebagai mahasiswa, Anda bingung ketika akan mengerjakan tugas akhir atau skripsi, terutama ketika menentukan judul. Sehingga Anda perlu mencari inspirasi untuk judul sripsi yang akan Anda buat.

Buat teman-teman yang kebetulan lagi sibuk mikirin tentang pembuatan judul Skripsi Teknik Mesin, lagi mencari contoh Skripsi Teknik Mesin  gratis. mudah-mudahan contoh Skripsi Teknik Mesin ini dapat membantu anda dalam membuat Skripsi Teknik Mesin yang anda jalani.

Berikut Contoh Skripsi Teknik Mesin Lengkap. Klik Judulnya untuk melihat isinya.


Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File
atau klik disini

PENGARUH TEKANAN TERHADAP KECEPATAN MEMINDAH MATERIAL ACTUATOR MOTOR PNEUMATIK 90 (TM-03)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi khususnya dalam bidang industri dewasa ini semakin meningkat. Peningkatan teknologi mendorong manusia untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Fakta telah membuktikan bahwa dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, orang-orang mulai berlomba-lomba untuk bisa mengemudikan dunia supaya dapat menambah kesejahteraan pada taraf kehidupan manusia. Sekarang ini telah banyak peralatan-peralatan industri yang sudah dilengkapi dengan peralatan yang serba otomatis baik itu peralatan yang bekerja dengan sistem mekanis, elektronis, hidrolis maupun secara pneumatis.

Teknologi pneumatik perlu terus menerus dikuasai agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan industri. Pneumatik berperan penting dalam berbagai proses produksi, misalnya untuk melakukan gerakan mekanik yang selama ini dikerjakan dengan tenaga manusia seperti menggeser, mendorong, mengangkat, menekan, dan lain sebagainya. Gerakan mekanik yang dikerjakan dengan tenaga manusia dapat digantikan oleh komponen- komponen pneumatik, motor pneumatik, robot pneumatik dan lain-lain. Pneumatik juga banyak digunakan dalam bidang produksi terutama pada proses perakitan (manufacturing), elektronika, obat-obatan, makanan, dan lain-lain.

Sistem pneumatik mempunyai peralatan yang sangat sederhana. Hal ini disebabkan karena sistem pneumatik pemindahan energinya menggunakan fluida (udara) sehingga energi itu mudah didapatkan dan mudah pula membuangnya dimana saja tanpa merusak lingkungan sekitar. Sistem kontrol pneumatik mempunyai banyak keunggulan antara lain: mudah diperoleh, bersih dari kotoran dan zat kimia yang merusak, mudah didistribusikan melalui saluran (selang) yang kecil, aman dari bahaya, ledakan dan hubungan singkat, dapat dibebani lebih, tidak peka terhadap perubahan suhu dan lain sebagainya.


Keunggulan sistem pneumatik dimanfaatkan oleh manusia dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini diharapkan dapat membantu pekerjaan manusia dalam menjalankan berbagai proses produksi yang ada di industri.

Pada sistem pneumatik elemen-elemen yang ada seperti silinder pneumatik dapat diterapkan pada mesin pemindah barang dengan sistem kontrol elektropneumatik. Dari beberapa pertimbangan di atas maka penulis memilih judul“ Pengaruh Tekanan Terhadap Kecepatan Memindah Material Aktuator Motor Pneumatik 900”

B. Pembatasan Masalah

Penelitian tentang pneumatik pemindah material dengan sistem kontrol elektropneumatik dalam memindahkan material dari satu tempat ke tempat yang lain ini dilakukan dengan mengatur tekanan udara pada Filter Regulator Lubrication (FRL) yang selanjutnya masuk ke dalam rangkaian pneumatik dari tekanan 2,5 kgf/cm2 sampai 5,5 kgf/cm2 dengan selisih pengaturan tekanan 0,5 kgf/cm2. Putaran cekik yang digunakan adalah 1800 atau ½ putaran. Panjang lengan dari titik pusat rotary actuator atau aktuator motor
pneumatik sampai dengan titik pusat pada silinder kerja ganda sebesar 40 cm dengan mengabaikan faktor gesekan dan getaran yang dapat mempengaruhi gerakan masing-masing komponen. Material yang dipindahkan mempunyai beban 0,33 kg dalam bentuk minuman kaleng. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah faktor tekanan berpengaruh terhadap kecepatan aktuator motor pneumatik 900 dalam memindah material dengan beban
tertentu.

C. Permasalahan

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh tekanan terhadap kecepatan pada aktuator motor pneumatik 900 dalam memindah material ?
2. Seberapa besar pengaruh tekanan terhadap kecepatan memindah material aktuator motor pneumatik 900 ?

D. Penegasan Istilah

Ada beberapa istilah dalam judul di atas yang sekiranya perlu dijelaskan lebih lanjut, yaitu:

1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda dan sebagainya) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 849)
2. Tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja pada tiap satuan luas penampang (Sardjito, 2000: 36).
3. Kecepatan merupakan vektor yang berhubungan dengan waktu yang diperlukan untuk perpindahan sesuatu benda.
4. Memindah adalah perbuatan yang mengakibatkan sesuatu beralih atau bertukar tempat.
5. Aktuator motor pneumatik (Rotary Actuator) 900 adalah suatu alat

pneumatik yang cara kerjanya berdasarkan silinder penggerak ganda, yang batang toraknya mempunyai profil gigi sehingga gerakan linier diubah menjadi gerakan putar searah atau berlawanan arah jarum jam sebesar 900.

E. Tujuan

Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah ada pengaruh tekanan terhadap kecepatan memindah material akuator motor pneumatik 900.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh tekanan terhadap kecepatan memindah material aktuator motor pneumatik 900.


F. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Memberikan sumbangan pemikiran dan kreativitas dalam bidang teknologi khususnya dalam bidang pneumatik untuk kemajuan lembaga.
2. Sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenis atau penelitian pengembangan lebih maju lagi dimasa mendatang.
3. Menambah pengetahuan dan keahlian praktis bagi peneliti tentang pneumatik khususnya tentang pengaruh tekanan terhadap kecepatan memindah material aktuator motor pneumatik 90
 
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Perbedaan Konsumsi Bahan Bakar Dan Tegangan Output Cdi Pada Mesin Honda Gl Pro Antara Yang Menggunakan Cdi Standar Gl Pro Dengan Cdi Suzuki (TM-4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembakaran dalam ruang bakar motor adalah hal yang sangat menentukan besarnya tenaga yang dihasilkan motor tersebut. Campuran bahan bakar dan udara dalam ruang bakar akan dinyalakan oleh nyala api busi yang kemudian menghasilkan tenaga. Pembakaran ini menyebabkan naiknya tekanan di dalam silinder dan memungkinkan terjadinya gerakan torak. Pembakaran dalam ruang bakar motor merupakan reaksi kimia antara unsur yang terkandung di dalam bahan bakar dengan udara atau oksigen, yang diikuti oleh timbulnya panas. Panas yang dilepaskan selama proses pembakaran inilah yang digunakan oleh motor untuk menghasilkan tenaga.


Pembakaran di dalam silinder belum tentu terjadi sempurna, ada 2 macam pembakaran yang mungkin terjadi di dalam silinder, yaitu pembakaran normal (sempurna), pembakaran sendiri (tidak sempurna). Waktu pengapian dan besarnya api pada busi yang membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar motor harus sesuai dengan spesifikasi mesin. Apabila kurang tepat dapat menyebabkan campuran bahan bakar dan udara tidak dapat terbakar dengan sempurna sehingga bahan bakar menjadi lebih boros, berwarna kehitaman dan berbau bensin.

Komponen dari sistem pengapian (ignition system) terdiri dari busi, koil, magnet dan pemutus arus (platina dan CDI). Salah satu sistem pengapian pada sepeda motor adalah sistem pengapian magnet dengan CDI (capasitor ignition system).
Setiap sistem pengapian CDI diharapkan mampu menghasilkan api tepat pada saat diperlukan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara, sehingga campuran bahan bakar tersebut dapat terbakar dengan sempurna. Sistem pengapian CDI juga dapat menyesuaikan dengan perubahan beban dan perubahan kecepatan yang terjadi pada kendaraan pada saat mesin bekerja.

Sistem pengapian dari sepeda motor Honda GL PRO dan Suzuki Shogun mempunyai kesamaan. Dari survey yang dilakukan pada pengguna sepeda motor Honda GL PRO, khususnya anak-anak muda, kebanyakan dari mereka mengganti CDI Honda GL PRO dengan CDI milik Suzuki Shogun yang dianggap api dari sistem pengapian Suzuki Shogun lebih baik.

Berdasarkan survey awal dari pemakai sepeda motor Honda GL PRO yang menganti unit CDI-nya dengan unit CDI Suzuki Shogun di mana belum diketahui secara pasti gejala apa yang akan terjadi, maka peneliti mengambil penelitian dengan judul “Perbedaan Konsumsi Bahan Bakar dan Tegangan Output CDI Pada Mesin Honda GL PRO antara yang Menggunakan CDI Standar Gl PRO dengan CDI Suzuki Shogun”.

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

ANALISA PENGARUH WAKTU TAHAN TERHADAP BAJA KARBON RENDAH DENGAN METODE PACK CARBURISING (TM-02)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Pendahuluan
Semakin meningkatnya perkembangan hidup manusia maka jamanpun ikut berkembang dengan pesat. Karena perkembangan manusia bertambah maju maka bidang teknologipun ikut berkembang sangat pesat dengan harapan segala kebutuhan manusia dapat terpenuhi dengan baik.


Jika diperhatikan, segala kebutuhan manusia tidak lepas dari unsur logam. Kerena hampir semua alat yang digunakan manusia terbuat dari unsur logam. Sehingga logam mempunyai peranan aktif dalam kehidupan manusia dan menunjang teknologi dijaman sekarang. Oleh karena itu timbul usaha – usaha manusia untuk memperbaiki sifat – sifat dari logam tersebut. Yaitu dengan merubah sifat mekanis dan sifat fisiknya.

Adapun sifat mekanis dari logam antara lain : kekerasan, kekuatan, keuletan, kelelahan dan lain – lain. Sedangkan dari sifat fisiknya yaitu dimensi, konduktivitas listrik, struktur mikro, densitas, dan lain – lain.
Karena banyaknya permintaan yang bermacam – macam maka diadakan pemilihan bahan. Pemilihan bahan tersebut dapat dipersempit sesuai dengan kegunaannya. Seperti misalnya pada baja karbon. Baja karbon mendapat prioritas yang utama untuk dipertimbangkan. Karena baja karbon mudah diperoleh, mudah dibentuk atau sifat permesinannya baik dan harganya relatif murah. Karena baja karbon mendapat prioritas utama maka dituntut untuk memodifikasi atau memperbaiki sifatnya seperti kekerasan, kekerasan pada permukaan, tahan aus akibat gesekan. Karena hal tesebut maka perlu diadakan proses perlakuan panas guna menambah kekerasan dari bahan tersebut.

Perlakuan panas adalah suatu perlakuan (treatment) yang diterapkan pada logam agar diperoleh sifat – sifat yang diiginkan. Dengan cara pemanasan dan pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam dalam keadaan fase padat sebagai upaya untuk memperoleh sifat – sifat tertentu dari logam.

Salah satu cara adalah dengan menggunakan proses karburasi yaitu dengan mengeraskan permukaannya saja. Karburasi adalah salah satu proses perlakuan panas untuk mendapatkan kulit yang lebih keras dari sebelumnya.
Dan berdasarkan hal – hal tersebut diatas maka penulis mencoba untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul :

“ ANALISA PENGARUH WAKTU TAHAN TERHADAP BAJA KARBON RENDAH DENGAN METODE PACK CARBURIZING “

1.2. Rumusan Masalah
Adapun alasan bidang ini disesuaikan dengan kebutuhan pada bidang industri yang semakin modern, dalam hal ini adalah pengembangan sifat – sifat dari logam. Yang mana mempunyai kekerasan yang baik tapi juga ulet. Dimana aplikasinya digunakan pada alat – alat potong, alat – alat pahat, roda gigi atau kontruksi mesin yang sering mengalami kontak antara bahan satu dengan bahan lainnya.
Dengan proses perlakuan panas dengan metode karburasi diharapkan dapat memperpanjang umur pemakainanya tetapi masih memiliki sifat keuletan pada bagian dalamnya.

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini


PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT KAPASITAS 2 PK (TM-01)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Dewasa ini penggunaan AC semakin luas dari rumah tinggal, perkantoran, hotel, mobil, rumah sakit, dan industri. Pemakaian AC bervariasi dari kapasitas kecil, sedang dan besar.

Terkait dengan hukum termodinamika dua muncul istilah refrigerasi dan pengkondisian udara. Bidang refrigerasi dan pengkondisian udara adalah saling berkaitan, tetapi masing-masing mempunyai ruang lingkup yang berbeda. Pengkondisian udara berupa pengaturan suhu, pengaturan kelembaban dan kualitas udara. Sedangkan refrigerasi digunakan untuk kebutuhan proses tertentu seperti pendinginan untuk rumah tangga, keperluan umum, dan industri antara lain meliputi : cold storage, ice scating rinks, desalting, pemrosesan makan dan minuman, industri kimia, industri manufaktur. Pengkondisian udara dan refrigerasi juga mempunyai ruang lingkup yang sama yakni dalam hal pendinginan dan pengurangan kelembaban (Stoecker, 1996).

Aplikasi pengkondisian udara dimanfaatkan untuk kenyamanan manusia, misalnya : AC spilt, window tipe, AC sentral (water chiling plant), rooftop unit. Sedangkan untuk industrial proses, misalnya : spray washer, ruangan pabrik komponen presisi, indusri percetakan, produk fotografis.


Tujuan penggunaan AC bagi tempat tinggal adalah untuk kenyamanan sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan yang dipersyaratkan, sehingga orang yang berada dalam ruangan merasa nyaman. Kondisi rancangan dalam ruangan (DBT dan RH), AC kenyamanan memiliki 68 s/d 70 oF dan DBT 45 s/d 55 % RH. Dengan kecepatan semburan udara 0,25 m/dt maka distribusi udara dapat terpenuhi dan tercukupinya.
Mengingat perkembangan AC untuk kebutuhan rumah tinggal meningkat, perlu dilakukan perancangan mesin AC untuk rumah tinggal. Sifat perancangan pada tugas akhir ini adalah perancangan ulang dimana dari mesin yang ada dicoba dihitung ulang dengan kaidah-kaidah perancangan yang standar.

1.2 Batasan masalah
Spesifikasi mesin AC yang dirancang ulang :
 Merk AC : Uchida.
 Power source : 220 V ; 50 Hz.
 Cooling capacity : 16500 Btu/h = 4,835 kJ/s.
 Input : 1550 W.
 Running Ampere : 7,3 A.
 Refrigerant : R22 ; 1,15 Kg.


Perancangan ulang dibatasi pada :
Pemilihan kompresor, penentuan dimensi kondensor, pipa kapiler, evaporator, R-22 sebagai refrigeran dan beban pendinginan sebesar 19000 Btu/hr.

1.3 Tujuan perancangan ulang
Tujuan perancangan ulang :
1) Mendapatkan hasil perancangan ulang mesin AC Split 2 PK
2) Membandingkan spesifikasi mesin pendingin pada data eksisting dengan hasil perancangan ulang.

1.4 Manfaat perancangan ulang
Manfaat perancangan ulang pada sistem pendingin adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa mampu mengevaluasi spesifikasi komponen-komponen mesin AC yang ada pada instalasi sistem pendingin untuk keperluan rumah tinggal.
2) Menambah khasanah perancangan mesin AC khususnya untuk aplikasi rumah tinggal.

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Rasio Pembayaran Deviden Pada Perusahaan Manufaktur Yang Membagikan Deviden Dan Terdaftar Di Bej Tahun 2003-2005 (AK-46)

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan bidang keuangan yang dijalankan perusahaan harus selaras dan serasi dengan tujuan maksimalisasi keuntungan yang merupakan tujuan utama dari perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan perusahaan adalah kegiatan investasi. Dalam kegiatan investasi manajer harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk investasi yang dapat menghasilkan keuntungan dimasa depan. Dalam kegiatan investasi tersebut perlu mempertimbangkan sumber pendanaan investasi tersebut apakah dari sumber internal atau dari sumber eksternal sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal.


Kebijakan investasi berhubungan dengan pendanaan apabila investasi sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi besarnya deviden yang dibagikan. Semakin besar investasi maka semakin berkurang deviden yang dibagikan. Dan apabila dana internal equity kurang mencukupi dari dana yang dibutuhkan untuk investasi maka bisa dipenuhi dari external khususnya dari utang.

Perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana eksternal untuk mendanai tambahan investasi akan membagikan deviden yang lebih besar. Untuk itulah manajer harus dapat menentukan kebijakan deviden yang memberikan keuntungan kepada investor, disisi lain harus menjalankan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan. Pembagian deviden bertujuan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan nilai saham. Untuk mencapai tujuan tersebut melibatkan dua pihak yang berkepentingan dalam pembagian deviden yaitu investor dan emiten.

Dari sisi investor, deviden merupakan salah satu penyebab timbulnya motivasi investor menanamkan dananya di pasar modal. Investor lebih menyukai deviden daripada capital gain, alasanya adalah deviden merupakan penerimaan yang lebih pasti dibanding dengan capital gain. Mereka menganggap bahwa deviden sekarang lebih berharga dari pada capital gain yang diterima dikemudian hari. Kerena informasi yang dimiliki investor di pasar modal sangat terbatas, maka perubahan devidenlah yang akan dijadikan sebagai sinyal untuk mengetahui performance perusahaan. Sehingga perusahaan sering menggunakan pengumuman deviden untuk menaikkan harga saham.

Dari sisi emiten, sangat penting untuk menentukan apakah sebagian keuntungan yang dimiliki oleh perusahaan akan lebih banyak digunakan untuk membayar deviden dibandingkan dengan retained earning atau justru sebaliknya. Apabila proporsi keuntungan yang dibagikan sebagai deviden lebih besar dari laba ditahan, akibatnya adalah dana internal yang dimiliki perusahaan turun, dan perusahaan perlu mencari dana dari luar perusaahaaan bila perusahaan ingin melakukan ekspansi. Penentuan pembagian pendapatan antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai deviden atau untuk digunakan di dalam perusahaan disebut dengan politik deviden atau kebijakan deviden.

Kebijakan deviden merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran deviden menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran deviden. Aspek utama dalam kebijakan deviden adalah alokasi penentuan laba sebagai deviden dan laba ditahan.

Laba sebaiknya tidak dibagikan sebagai deviden seluruhnya dan sebagian harus disisihkan untuk diinvestasikan kembali. Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana yang berasal dari modal sendiri dan merupakan modal yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan.

Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan deviden kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat deviden yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap didalam perusahaan, berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran deviden adalah semakin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai “cash deviden” disebut devidend payout ratio. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin tingginya devidend payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan (Riyanto 2001:266). Kebijakan deviden yang optimal (optimal dividend policy) ialah kebijakan deviden yang menciptakan keseimbangan diantara deviden saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham perusahaan (Bringham 2001:198).

Bringham (2001:198) menyebutkan terdapat dua teori mengenai kebijakan deviden yaitu:

1. Devidend irrelevance theory.
Devidend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan deviden perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller (M-M) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya devidend payout ratio, tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis. Dengan demikian kebijakan deviden tidak relevan untuk dipersoalkan.
2. Bird in the hand-Theory
Bird in the hand-Theory di ungkapkan oleh Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika devidend payout ratio rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima deviden daripada capital gains.

Dari kedua teori diatas dapat diketahui bahwa kebijakan deviden merupakan kebijakan yang masih mengundang kontroversi untuk itulah sangat bervariasi kebijakan deviden yang dijalankan dalam perusahaan. Dewasa ini diperoleh fenomena perusahaan yang terdaftar di BEJ hanya sedikit yang membagikan deviden. Seperti data yang didapat dari perusahaan manufaktur di peroleh hasil bahwa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ di tahun 2001 dari 155 perusahaan hanya 53 perusahaan yang membagikan deviden. Pada tahun 2002, dari 155 perusahaan hanya 50 perusahaan yang membagikan deviden. Rasio deviden yang dibagikan pada tahun tersebut sangat bervariatif sekali, banyak perusahaan yang membagikan deviden dengan proporsi yang sangat kecil dan sebaliknya ada pula yang membagikan dengan proporsi yang sangat besar. 

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran deviden, antara lain yang dikemukakan oleh Riyanto (2001:267), bahwa kebijakan deviden itu dipengaruhi oleh likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan, dan pengawasan terhadap perusahaan. Sedangkan yang dikemukakan oleh Hanafi (2004:378), bahwa rasio pembayaran deviden itu dipengaruhi oleh kesempatan investasi, profitabilitas, likuiditas, akses ke pasar uang, stabilitas pendapatan dan pembatasan-pembatasan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sri Sudarsi (2002), tentang “analisis faktor-faktor yang mempengaruhi devidend payout ratio pada industri perbankan yang listed di BEJ” di peroleh hasil bahwa cash position, profitabilitas, potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, dan debt to eqity ratio tidak mempunyai pengaruh terhadap devidend payout ratio. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Riyanto dan Hanafi.

Dari fenomena dan teori yang diungkapkan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang deviden. Penelitian ini menggunakan variabel penelitian devidend payout ratio sebagai variabel dependen dan cash position, profitability, firm size dan debt to equity ratio sebagai variabel independent, dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Rasio Pembayaran Deviden pada Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Deviden dan Terdaftar di BEJ Tahun 2003-2005”. Dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kontribusi baru tentang kebijakan deviden sehingga dapat memberikan tambahan referensi dalam menentukan kebijakan deviden yang optimal.

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER), Price To Book Value (PBV), Dan Devidend Payout Ratio (DPR) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur (Studi Pada Saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta) (IS-11)

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah

Motif pemodal atau investor menanamkan dananya pada sekuritas adalah mendapatkan return (tingkat pengembalian) yang maksimal dengan resiko tertentu atau memperoleh return tertentu pada resiko yang minimal. Return atas pemilikan sekuritas khususnya saham dapat diperoleh dalam dua bentuk yaitu dividen dan capital gain (kenaikan harga jual saham di atas harga belinya). Dalam melakukan investasi sekuritas saham, investor akan memilih saham perusahaan mana yang akan memberikan return tinggi. 

Oleh karena itu return saham merupakan harapan investor. Variasi nilai return saham akan dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan, disamping dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Kinerja perusahaan akan menentukan tinggi rendahnya return saham yang akan dibagikan kepada devidend. Meskipun demikian dalam kenyataannya, beberapa investor belum memahami hubungan antara kinerja keuangan dengan return saham. Investor yang rasional pada saat akan melakukan investasi sekuritas, hendaknya menganalisa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan kata lain investor hendaknya melihat kinerja perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan terutama untuk perusahaan yang telah go public dapat dilihat dari laporan keuangan yang diterbitkan secara periodik.


Menurut Jogiyanto (dalam Resmi, 2002:276) terdapat dua macam analisis untuk menentukan nilai saham, yaitu terdiri dari informasi yang bersifat fundamental dan informasi teknikal. Informasi yang bersifat fundamental diperoleh dari intern perusahaan yang melipuiti deviden dan tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan, sedangkan informasi yang bersifat teknikal diperoleh dari luar perusahaan seperti ekonomi, politik, finansial dan lainnya. Info yang diperoleh dari kondisi intern perusahaan yang lazim digunakan adalah informasi keuangan. Informasi keuangan ini berupa informasi akuntansi yang terangkum dalam laporan keuangan. Laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan dari kegiatan transaksi keuangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Info fundamental dan teknikal dapat digunakan sebagai dasar bagi investor untuk memprediksi return saham, risiko atau ketidak pastian, jumlah, waktu, dan faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas pasar modal. 

Jika prospek perusahaan tersebut sangat kuat dan baik maka return saham perusahaan tersebut diperkirakan dapat meningkat pula. Pentingnya informasi keuangan dalam membantu pengambilan keputusan investasi telah banyak diteliti, analisis fundamental adalah pendekatan utama yang digunakan oleh para analisis sekuritas. Bentuk informasi laporan keuangan tersebut berupa rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur prestasi keuangan perusahaan yang dipublikasikan untuk kepentingan infestor. Sebuah laporan keuangan dapat diukur dan diinterprestasikan dengan memberikan lima macam rasio yang didalamnya terdapat beberapa sub-sub rasio pula, dimana kelima rasio tersebut diantaranya: rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas, rasio solvabilitas (leverage ratio), serta rasio pasar.

Menurut Purnomo (dalam Resmi, 2002:276), kinerja operasional perusahaan yang mempengaruhi harga saham adalah rasio leverage dan rasio pasar. Rasio ini dipilih karena dalam perhitungan matematisnya berhubungan langsung dengan sekuritas saham. Rasio tersebut meliputi: Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Dividend Per Share (DPS), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR). Hal ini juga telah ditegaskan pada penelitian empiris sebelumnya mengenai perubahan harga saham dan beberapa variabel akuntansi layak menjadi pertimbangan bagi investor sebelum memutuskan untuk melakukan investasi di pasar modal. Bowman (dalam Setyaningsih, 2000:3) melakukan penelitian tentang hubungan teoritis antara variabel akuntansi dengan resiko sistematik. Ia menggunakan rasio- rasio akuntansi : devidend payout ratio, current ratio, assets size, assets growth, leverege ratio, variability in earnings dan covariabilityin earning sebagai variabel bebas dalam mempengaruhi persepsi resiko dan resiko pasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel akuntansi layak digunakan untuk mengukur resiko sistematis. Penelitian terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEJ juga telah dilakukan oleh Robertus Tri Brata Jauhari (2003), ia menemukan bahwa DER, PBV, ROE, PER, dan DPR berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.

Selain penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas, masih banyak penelitian-penelitian lain yang telah membahas hubungan antara variabel akuntansi terhadap persepsi resiko dan resiko pasar. Namun dari beberapa penelitian yang ada, masih terdapat ketidak konsistenan hasil dari penelitian- penelitian tersebut. Diantaranya berdasarkan penelitian yang dilakukan Beaver (1970), Bhattacharya (1979), Farrely (1982), Capstaft (1992) yang mendukung Mardiyah dan Indriantoro (2002) dalam Yeni (2004:5), maka jika DPR pada earning per lembar saham tinggi, berarti devidend per lembar sahamnya semakin rendah. Dengan demikian semakin tinggi DPR semakin kecil resiko sahamnya. Dari teori tersebut diatas disimpulkan bahwa DPR berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Sedangkan pada penelitian Erlina Indriasari (2003) menemukan bahwa DPR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.

Rasio yang lain yang juga sering dikaitkan dengan return saham dan yang masih mengalami ketidak konsistenan hasil adalah Price to Book Value (PBV) yang termasuk dalam rasio pasar. Menurut Slamet (2003:39) rasio pasar digunakan untuk mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku, biasanya dilihat dari sudut investor. Semakin tinggi nilai PBV maka semakin tinggi pula perusahaan itu dinilai oleh investor dibanding dengan dana yang ditanamkan dalam perusahaan itu. Dengan demikian kenaikan nilai PBV akan berpengaruh positif terhadap harga saham. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pancawati Hardiningsih (2001) dalam Suntari (2004:3) menyatakan bahwa PBV mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.

Tetapi pada penelitian yang terdahulu menunjukkan hasil yang kontradiktif. Utama dan Santosa (dalam Suntari, 2004:3) menemukan bahwa PBV berpengaruh negatif terhadap timbal balik saham di Bursa Efek Jakarta.

Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan kelompok rasio solvabilitas juga menjadi salah satu variabel dalam penelitian ini. Hal ini juga dikarenakan adanya ketidak konsistenan dari hasil penelitian-penelitian terdahulu. Menurut Natarsyah (2000), ia mengemukakan bahwa DER signifikan positif terhadap return saham, sedangkan pada penelitian Dedy Suherman (2001) yang dituangkan dalam Suntari (2004:4) menemukan bahwa DER tidak berpengaruh terhadap return saham.

Penelitian ini akan melakukan kajian mengenai pengaruh beberapa rasio keuangan yang masih mengalami ketidak konsistenan dengan penelitian- penelitian terdahulu seperti DPR, PBV, DER dan pengaruhnya terhadap return saham. Mengacu pada penelitian terdahulu, maka penelitian kali ini masih menggunakan sumber-sumber informasi laporan keuangan. Obyek penelitian ini juga dilakukan pada saham-saham yang aktif sebagai sampel penelitian, yaitu saham-saham yang secara konsisten masuk kedalam perhitungan indeks LQ 45 guna menghindari pengambilan sample yang berpotensi mengikutsertakan adanya saham tidur dalam analisis. Saham perusahaan yang masuk LQ 45 merupakan saham-saham dengan kapitalisasi besar yang mencangkup tujuh puluh lima persen kapitalisasi pasar sehingga dapat mewakili saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV), dan Devidend Payout Ratio (DPR) Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur “.

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Hubungan Tingkat Kedisiplinan Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Bagi Siswa Kelas Xi Ips Madrasah Aliyah Negeri Babakan Lebaksiu Tegal Tahun Pelajaran 2005/2006 (SO-5)

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini budaya disiplin belum sepenuhnya terwujud, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di lingkungan sekolah. Di lingkungan keluarga masih sering dijumpai anak-anak tidak belajar ketika tiba waktunya mereka belajar. Di lingkungan masyarakat juga dijumpai adanya pelanggaran terhadap peraturan yang ada, misalnya pelanggaran lalu lintas. Sementara itu, di lingkungan sekolah banyak dijumpai adanya pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Sebagai contoh, masih banyak siswa yang meninggalkan sekolah pada jam-jam sekolah atau membolos.
 
Di dalam dunia pendidikan, disadari bahwa sekolah-sekolah masih perlu meningkatkan kedisiplinannya. Karena, sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sangat strategis untuk menanamkan dan mengajarkan kedisiplinan. Sekolah merupakan tempat kelanjutan pendidikan disiplin yang sudah dilakukan oleh keluarganya. Karena itu, kepala sekolah dan guru-guru perlu menempatkan disiplin ke dalam prioritas program pendidikan di sekolahnya. Dengan demikian, para siswa akan terbawa arus disiplin sekolah yang baik yang akan melahirkan siswa-siswa yang berperilaku positif serta berprestasi baik.

Disiplin juga menjadi sarana pendidikan. Dalam mendidik disiplin berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan diteladankan. Karena itu, perubahan perilaku seseoarang termasuk prestasinya merupakan hasil dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran yang terencana, dan informal.

Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis dan utama demi terjaminnya perkembangan dan keberlangsungan kehidupan bangsa. Oleh sebab itu dibutuhkan peningkatan pendidikan nasional sebagai upaya peningkatan kualitas manusia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka pemerintah memandang perlu adanya Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989, dalam pasal 4 disebutkan tujuan pendidikan nasional berbunyi:
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani rokhani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal. Di tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung; ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik. Proses pendidikan pada umumnya dilangsungkan disekolah melalui kegiatan pembelajaran yang merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku. Perubahan itu meliputi aspek meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Seharusnya, hasil pembelajaran tersebut berdampak baik bagi mutu pendidikan dan kehidupan bangsa Indonesia. Akan tetapi hasil penelitian UNDP (United Nation Development Progaram) tahun 1999, menunjukkan bahwa HDI (Human DevelopmentIndex) kita berada pada urutan 105 dari 117 negara yang diteliti.

Budaya disiplin yang belum terbina berdampak negatif terhadap pendidikan. Berkaitan dengan hal itu dalam GBHN tahun 1999-2004 juga dinyatakan bahwa masalah utama yang dihadapi kita di bidang pendidikan adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pengembangan watak peserta didik berakibat hilangnya kepribadian dan kesadaran akan makna hakiki kehidupan (MPR RI 1999:65). Dalam kaitannya dengan pengembangan pribadi dan watak peserta didik, budaya disiplin atau sikap disiplin merupakan salah satu aspek pribadi dan watak yang perlu diperhatikan dan tidak boleh diabaikan.

Pengabaian sikap disiplin akan melahirkan sikap mengabaikan peraturan, hukum atau norma yang berlaku. Hal itu dituding sebagai tanda- tanda kegagalan dunia pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai budi pekerti. Karena itu, Departemen Pendidikan Nasional merespon usulan yang muncul dari masyarakat agar pelajaran budi pekerti kembali diajarkan kepada para siswa. Respon itu muncul dalam pedoman Kurikilum Berbasis Kompetensi. Dalam pedoman itu, budi pekerti ridak diajarkan sebagai satu mata pelajaran, tetapi nilai-nilai budi pekerti diterapkan dalam pedoman itu, tetapi nilai-nilai budi pekerti diterapkan dalam setiap kegiatan di kelas, di lingkungan sekolah, selama kurun waktu berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

Salah satu tujuan pendidikan yang mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut adalah tujuan kurikuler. Tujuan kurikuler yaitu tujuan pendidikan yang pencapaiannya dibebankan kepada mata pelajaran tertentu (dalam kurikulum mata pelajaran tertentu), seperti yang dimaksud dalam pasal 37 UU No.2 Tahun 1989.

Menurut pasal 37 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, dinyatakan bahwa kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesesuaian dengan jenis dan jenjang masing- masing pendidikan.

Melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 pasal 37 tersebut selaras dengan amanat di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yang salah satu misinya berbunyi sebagai berikut:
“Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kuratif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketrampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia”.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka disusun kurikulum pendidikan dasar, Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Mata Pelajaran Ilmu Sosial. Salah satu mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran Sosiologi, berkaitan dengan tulisan ini, tujuan pengajaran sosiologi adalah, “Untuk mengembangkan sikap dan perilaku siswa yang rasional dan kritis dalam menghadapi kemajemukan masyarakat, kebudayaan dan situasi sosial, serta berbagai masalah sosial yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari” (Depdikbud 1993:1).

Peraturan, hukum, atau norma yang berlaku di sekolah yang biasa disebut tata tertib sekolah juga sering diabaikan oleh para siswa. Hal itu dapat berpengaruh terhadap menurunnya prestasi belajar siswa. Upaya peningkatan kualitas siswa dilakukan guru dengan berbagai strategi pembelajaran agar siswa dapat mencapai prestasi belajar dengan baik. Namun tidak hanya guru saja yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, karena masih ada faktor- faktor yang lainnya., seperti faktor keadaan keluarga, faktor lingkungan, begitu juga kedisiplinan siswa itu sendiri.

Pengajaran sosiologi mempunyai peranan yang sangat besar dalam pendidikan nasional, juga pengembangan identitas diri atau karakter bangsa. Karena dengan belajar sosiologi manusia akan menemukan kesadaran identitas dirinya, terutama dalam kehidupan berkelompok sebagai suatu wadah yang disebut masyarakat; karena sebagai mahluk sosial, seseorang dituntut untukbelajar mengikuti aturan yang berlaku dalam lingkungan. Pranata social, norma masyarakat, aturan dan hukum yang berlaku dalam masyarakat, salah satu tujuan dan fungsinya untuk mengatur dan menata kehidupan bermasyarakat. Ketika orang berbuat sesuatu, dibatasi oleh aturan yang ada sehingga perbuatan itu tidak merugikan orang lain dan dirinya. Demikian juga dengan peraturan sekolah, membatasi siswa berbuat sesuatu yang dapat merugikan pihak orang lain.

Agar tujuan pendidikan sosiologi dapat tercapai sebagaimana disebutkan diatas, perlu didukung oleh berbagai komponen-komponen dalam pengajarannya, yang meliputi materi, metode, guru, media, siswa dan lingkungannya. Adapun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mengimplementasikan komponen-komponen tersebut dalam bentuk suatu pengajaran yang efektif sehingga apa yang dimaksud dapat dicapai.

Berdasarkan uraian di atas, maka skripsi ini dipilih judul “Hubungan Tingkat Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar Sosiologi Bagi Siswa Madrasah Aliyah Negeri Babakan Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal”.

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Novela Kusamnya Langit Dini Hari Karya Mayon Soetrisno Dan Realitas Sosial Dalam Tinjauan Gender (SO-4)

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari fenomena-fenomena sosial. Fenomena-fenomena sosial itu banyak macamnya, mulai dari masalah politik, kriminalitas, gender, hukum, kemiskinan, dan lain sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia, fenomena sosial yang terkait dengan masalah gender sangat kompleks dan banyak macamnya. Terutama bagi kaum perempuan yang lebih sering menjadi objek dalam permasalahan gender.

 
Sosok perempuan sering kali dianggap sebagai the other sex atau the second sex yang mana keberadaannya sering kali tidak diperhitungkan. Posisi kaum perempuan dalam keluarga dan masyarakat tidak lebih hanya sebagai konco wingking-nya laki-laki, artinya, tugas sosialnya hanyalah sekadar pelayan bagi seorang suami, seorang istri hanya bertugas menghidangkan makanan bagi sang suami, mengandung dan melahirkan anaknya, dan bahkan tidak jarang istri tidak mengetahui banyak hal tentang suaminya. Perempuan juga hanya ibu bagi anak-anaknya, tugasnya melahirkan, menyusui dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan materi anak, tanpa ada bekal pengetahuan sedikitpun tentang pengasuhan dan pendidikan anak.

Perempuan sering kali berada dalam kondisi yang terpuruk dan mengenaskan. Banyak kaum perempuan yang tidak pernah merasakan pendidikan formal. Pendidikan nonformal dari pihak keluarga dan lingkungan hanya sekadar pembekalan untuk mengatur urusan dapur dan rumah tangga saja.

Interaksi sosial bagi kaum perempuan dengan masyarakat luas hampir menjadi suatu hal yang mustahil, karena perempuan terpenjara di antara dinding-dinding rumah. Keadaan yang ironis tersebut memasung kebebasan kaum perempuan, baik kebebasan berkehendak, berpikir dan berbuat yang semestinya menjadi hak asasi setiap insan. Perempuan terkekang dan tunduk di bawah kekuasaan kaum laki-laki.

Melalui konstruksi sosial dan budaya dalam masyarakat, kaum perempuan menjadi semakin tertindas. Adanya konstruksi sosial dan budaya tersebut, muncul adanya pembagian peran dalam masyarakat antara laki-laki dan perempuan. Adanya perbedaan peranan tersebut sering kali membawa masalah terutama bagi kaum perempuan.. Perbedaan peran itu tampak pada tugas-tugas harian antara laki-laki dan perempuan yang tampak pada pemilahan akan tugas kerumahtanggaan (mencuci, memasak dan melayani suami) untuk perempuan, dan pencarian nafkah untuk laki-laki. Sehingga gender menjadi bias. Masalah gender telah mengalami bias yang sulit untuk dipecahkan.

Sebenarnya perbedaan gender tidak menjadi masalah selama tidak memunculkan ketidakadilan gender. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu perbedaan gender telah membawa pada bentuk ketidakadilan gender.

Karena itulah gender dipermasalahkan sehingga membawa akibat pada diskriminasi dan ketidakadilan.
Banyak kasus-kasus yang muncul dalam masyarakat terkait dengan permasalahan gender. Pelecehan seksual, beban kerja ganda, pemerkosaan, kekerasaan fisik maupun sikologis atau kejiwaan dan lain sebagainya. Dalam hal pendidikan misalnya, perempuan pernah mengalami pendiskriminasian, terutama pada masa pemerintah kolonial Belanda. Perempuan dianggap sebagai sosok yang tidak pantas untuk mendapat pendidikan untuk itu pendidikan perempuan diabaikan. Dalam masalah hukum perempuan seringkali mendapat pendiskriminasian pula. Banyak sekali kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang korbannya kebanyakan adalah perempuan, tidak mendapat penanganan dari hukum. Dalam bidang ekonomi, perempuan juga sering mendapat pendiskriminasian seperti tidak diperhitungkannya kerja domestik perempuan dalam statistik perekonomian negara. Dan masih banyak lagi.

Fenomena-fenomena yang ada di dalam masyarakat tidak semata-mata muncul dalam kehidupan nyata manusia. Namun dalam hal lainpun ternyata fenomena-fenomena sosial itu juga nampak, seperti dalam sastra.

Fenomena sosial dalam masyarakat yang terkait dengan masalah gender, banyak sekali muncul dalam dunia sastra. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan banyaknya karya sastra yang tokohnya adalah perempuan yang ditindas oleh laki-laki. Misalnya tampak antara lain pada novel Gadis Pantai karya Pramudya Ananta Toer, Pengakuan Pariyem karya Linus Suriadi A.G., dan dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.

Dalam novel-novel tersebut tergambar posisi perempuan yang subordinat. Perempuan selalu bergantung pada apa kata laki-laki sekalipun banyak hal dari perkataan dan tindakan laki-laki tidak sesuai dengan kata hatinya. Kata-kata laki-laki seolah tak terbantahkan. Perempuan harus bersikap pasrah dan nrimo.

Dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk misalnya, digambarkan seorang ronggeng yang secara terang-terangan menjadi korban kekuasaan laki-laki dan budaya masyarakat. Di dalamnya menceritakan mengenai kehidupan seorang ronggeng bernama Srintil. Sebagai ronggeng, Srintil kerap kali mengalami tindak asusila dari para laki-laki yang menginginkan menari bersamanya. Untuk menjadi seorang ronggeng, Srintil dipaksa menjual keperawanannya. Tatkala Srintil menginginkan berhenti dari melayani lak-laki yang menghendaki dirinya, Srintil harus terlebih dahulu menerima cemooh dari pengasuhnya.

Budaya masyarakat di mana Srintil tinggal, telah menetapkan bahwa sarat sah seorang ronggeng adalah harus menyerahkan keperawanan meskipun tanpa kerelaan dari pemilik. Seorang ronggeng harus bersedia melayani laki- laki yang menginginkan dirinya. Sebagai perempuan, Srintil seolah-olah pantas menjadi objek nafsu laki-laki. Konstruksi sosial budaya masyarakat telah menjadikan Srintil sebagai perempuan teraniaya dan terpinggirkan. Bahkan dirinya tidak pernah merasakan kehidupan manis seperti yang diinginkannya, yaitu hidup sebagai istri dengan memiliki suami yang menyayangi dan seorang anak yang dicintai.

Banyak sekali sastra Indonesia, khususnya dalam novel atau yang sejenisnya (baca: novela) yang menceritakan mengenai permasalahan gender. Diungkapkan oleh Lilis, bahwa tema-tema seputar rumah tangga dan persoalan-persoalan yang mengiringinya seperti cinta, perselingkuhan, penganiayaan, pemerkosaan dan sejenisnya, banyak dialami oleh kaum perempuan (Lilis, 2005).

Tema-tema seputar kehidupan rumah tangga, cinta, kekerasan, penganiayaan, dan pemerkosaan memang bukan hal yang aneh. Di dalam dunia telenovela dan sinetron, tema-tema seperti itu kerap ditemukan. Biasanya tema-tema tersebut disajikan dengan konflik-konflik keras, penuh pertengkaran, dan air mata (Lilis, 2005).

Novela Kusamnya Langit Dini Hari memerlukan sebuah kajian yang lebih mendalam. Secara lebih mendalam, diperlukan suatu kajian yang dapat mengungkap dan menganalisis teka-teksnya. Apakah di dalamnya mengandung permasalahan bias gender atau idak. Apakah novela ini menggambarkan sebuah realitas sosial yang terkait dengan permasalahan gender?

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Contoh Skripsi Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh seluk beluk yang berhubungan dengan sosial. Banyak aspek yang dipelajari dalam ilmu sosiologi dimana berkait dengan kehidupan sosial, hubungan antar sesama, kekeluargaan, kasta, rumpun, bangsa, agama dan asosiasi kebudayaan, ekonomi dan organisasi politik, dari keseluruhan yang tersebut adalah pernyataan naluri dari khalayak sosial. Dapat diambil pernyataan bahwa masyarakat adalah lebih dahulu dari pada Negara.  

Terkadang sebagai mahasiswa, Anda bingung ketika akan mengerjakan tugas akhir atau skripsi, terutama ketika menentukan judul. Sehingga Anda perlu mencari inspirasi untuk judul sripsi yang akan Anda buat.

Buat teman-teman yang kebetulan lagi sibuk mikirin tentang pembuatan judul skripsi sosiologi, lagi mencari contoh skripsi sosiologi gratis. mudah-mudahan contoh skripsi sosiologi ini dapat membantu anda dalam membuat skripsi sosiologi yang anda jalani.

Berikut Contoh skripsi sosiologi Lengkap. Klik Judulnya untuk melihat isinya.


    Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

    TINGKAT KEDISIPLINAN MASYARAKAT DALAM MENJAGA BUDAYA HIDUP BERSIH TERHADAP LINGKUNGANNYA Studi Kasus Pada Masyarakat Banaran (SO-2)

    BAB I
    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pada kenyataannya dewasa ini kondisi masyarakat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Hal ini dapat ditemukan pada peristiwa-peristiwa yang masih sering terjadi di lingkungan masyarakat. Baik berupa penyimpangan- penyimpangan terhadap kaidah dan nilai yang berlaku dimasyarakat dengan berbagai macam perilaku. Salah satu diantaranya yaitu mengenai kepedulian masyarakat terhadap kondisi kebersihan lingkungan. Sehingga tak mengherankan apabila masyarakat Indonesia seringkali dirisaukan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah kondisi lingkungan.
    Priodarminto (1994:15) mengatakan bahwa untuk mencapai pembangunan nasional diperlukan usaha untuk mengembangkan dan membina kehidupan masyarakat yang tertib, dan berdisiplin murni yang tinggi mulai dari tingkat pribadi individu yang paling dini yaitu lingkungan keluarga, bahkan tingkat kehidupan individu sebagai mahluk sosial yaitu masyarakat, karena keluarga batih merupakan unsur paling pokok dari setiap masyarakat. Oleh karena itu keluarga merupakan tempat penanaman nilai kedisiplinan demi tercapainya pembentukan fisik, mental sepiritual manusia Indonesia yang tangguh

    Berdasarkan kenyataan kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia maka tingkat kedisiplinan dapat dilihat dari kepedulian masyarakat terhadap
    lingkungan yang ada disekitar mereka. Kondisi suatu masyarakat dalam


    kesehariannya tidak boleh terabaikan. Karena di tengah publik inilah penerapan disiplin bangsa Indonesia itu dilakukan, diuji dan dinilai ketangguhannya (Hidayah, 1996:3-5).

    Menurut Suratman dalam Hidayah (1996:12) sikap disiplin selalu ada kaitannya dengan tiga unsur kepribadian manusia, yaitu jiwa, watak dan perilaku. Berkenaan dengan jiwa maka disiplin itu ditentukan oleh tingkat daya cipta, rasa dan karsa. Dalam tingkat ini disiplin mengandung aspek manusia memenuhi sesuatu melalui pengendalian ketiga unsur kejiwaan tersebut. Sehingga disiplin diartikan sebagai perbuatan kepatuhan yang dilakukan dengan sadar untuk melaksanankan suatu sistem dengan sikap menghormati, dan taat menjalankan keputusan, perintah atau aturan yang berlaku.

    Dalam hal ini Koentjaraningrat (1983: 15) menyebutkan pada hakikatnya membangun suatu bangsa atau masyarakat tidak hanya menyangkut pembangunan yang berupa fisik melainkan juga yang bersifat non fisik. Hal inilah yang harus mendapatkan perhatian agar tercipta adanya keselarasan dan keseimbangan yang saling mendukung. Menciptakan lingkungan yang nyaman, tertib, bersih dan juga sesuai dengan kaidah-kaidah dan aturan yang berlaku di masyarakat perlu adanya kesadaran dan kepedulian setiap anggota masyarakat terhadap situasi dan kondisi lingkungan yang ada disekitar mereka karena lingkungan merupakan tempat manusia untuk menjalankan berbagai aktifitas dan interaksi dengan yang lain, dengan demikian lingkungan yang nyaman, tertib, serta budaya hidup sehat dan bersih dapat terwujud.

    Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat adalah tangung jawab bersama. Khususnya masyarakat yang ada disekitar lingkungannya. Mereka memiliki peran yang penting dalam menjaga lingkungan serta menciptakan budaya lingkungan yang bersih dan sehat.
    Satu fenomena yang menarik bahwa tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat Banaran terhadap kebersihan lingkungan masih kurang. Meskipun pemerintah (Lembaga Kelurahan maupun RT dan RW) sudah berupaya memberikan pembinaan, pembimbingan serta pengarahan tentang kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan yang ada disekitar mereka. Rendahnya tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat Banaran terhadap kondisi lingkungan dapat dilihat dari cara hidup masyarakat yang sebagian besar belum mencerminkan budaya hidup bersih dan sehat.

    Hal ini dapat dicermati masih banyak sampah yang berserakan dan menumpuk dilingkungan tempat tinggal disekitar mereka, sisa-sisa plastik dan makanan, tempat seperti sumur ( tempat MCK) yang jarang dibersihkan serta selokan-selokan yang memang sengaja dibendung oleh salah satu warga. Sehingga hal tersebut menyebabkan penyumbatan saluran air dan menjadi sarang bibit nyamuk, serta menyebabkan ganguan kesehatan dan kebersihan lingkungan. Satu hal lain yang dapat diamati yaitu kebanyakan masyarakat Banaran cenderung menganggap enteng mengenai masalah kondisi kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka dan terhadap pola perilaku terhadap kesehatan.

    Dalam lingkungan masyarakat masalah tersebut di atas, merupakan hal yang biasa dan tidak cukup menarik untuk dipermasalahkan. Akan tetapi kalau dibiarkan begitu saja, justru dapat menimbulkan pengaruh yang kurang baik, terutama terhadap kebersihan lingkungan dan kesehatan. Pada prinsipnya peningkatan kesehatan masyarakat memerlukan adanya keikutsertaan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan terutama penanaman budaya hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga.

    Berdasarkan fenomena-fenomena yang dikemukaan di atas maka masyarakat Banaran menjadi tempat pilihan penulisan skipsi ini. Selain itu menurut hasil pengamatan PKM (Penelitian Kesehatan Mayarakat) yang dilakukan oleh mahasiswa IKM Universitas Negeri Semarang (2005) terhadap kesehatan masyarakat di Banaran dengan didukung oleh kantor Kelurahan dan Puskesmas setempat ditemukan adanya permasalahan kesehatan masyarakat yaitu diataranya angka kejadian pernyakit gondongan (Parotitis) yang disebabkan oleh adanya faktor perilaku yang kurang sehat dan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang ada disekitar mereka.

    Dari uraian di atas inilah ketertarikan untuk mendiskripsikan mengenai masalah kedisiplinan masyarakat dalam menjaga kebersihan dilingkungannya. Untuk itu mengambil judul skripsi tentang “Tingkat Kedisiplinan Masyarakat Dalam Menjaga Budaya Hidup Bersih Terhadap Lingkungannya” Studi Kasus Pada Masyarakat Banaran, Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Semarang.

    B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

    Istilah disiplin kerap sekali kita dengar disekitar kita, bahkan banyak sekali slogan-slogan yang ditunjukan untuk meningkatkan dan menerapkan sikap disiplin. Istilah disiplin sering ditunjukan pada seorang manakala ia memetuhi peraturan yang ada dan selalu tepat waktu. Hal ini tentunya tidak semua orang memiliki pandangan atau persepsi yang sama. Begitu pula dalam penerapan kedisiplinan oleh setiap individu dilingkungannya. Semua tergantung pemahaman dan kesediaan individu untuk membiasakan hidup disiplin.

    Menerapkan sikap disiplin dalam masyarakat tidak mudah. Perlu adanya dorongan baik dari dalam maupun dari luar individu untuk dapat menerapkannya. Sikap disiplin memiliki pengaruh terhadap kehidupan masyarakat misalnya yang sering terjadi dilingkungan yaitu terjangkitnya wabah pernyakit, banjir, sampah yang menumpuk dan masih banyak lainnya yang disebabkan oleh salah satunya yaitu perilaku, serta kedisiplinan masyarakat menjaga kebersihan lingkungan.

    Dari hal-hal tersebut di atas muncul beberapa masalah yaitu: (1) bagaimana persepsi masyarakat terhadap budaya hidup bersih, (2) tingkat kedisiplinan masyarakat dalam menjaga dan mewujudkan budaya hidup bersih, (3) bagaimana kepedulian dan peranan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih. Berdasarkan masalah yang ada dan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas, maka untuk memfokuskan masalah dalam penelitian, dilakukan pembatasan sebagai berikut yaitu:

    1. Bagaimana persepsi masyarakat Banaran mengenai budaya hidup bersih lingkungannya.

    2. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Banaran dalam rangka menjaga budaya hidup bersih di lingkungannya.
    3. Bagaimana masyarakat Banaran menerapkan kedisiplinan dalam menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.

    C. Tujuan Penelitian

    Berkenaan dengan masalah di atas penelitian bertujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan tentang “Tingkat Kedisiplinan Masyarakat Dalam Menjaga Budaya Hidup Bersih terhadap Lingkungannya” dengan Studi kasus pada masyarakat Banaran Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang yaitu untuk mengetahui:
    1. mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Banaran tentang budaya hidup bersih lingkungannya.
    2. Mengetahui upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Banaran dalam rangka menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.
    3. Mengetahui bagaimana masyarakat Banaran dalam penerapan kedisiplinan dalam menjaga budaya hidup bersih lingkungannya.

    D. Kegunaan Penelitian
    Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:
    1. Kegunaan Secara Teoretis
    Secara teoretis penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: a) sebagai masukan kepada masyarakat untuk meningkatkan kedisiplinan dalam menjaga kebersihan lingkungan, b) sebagai masukan kepada masyarakat mengenai pentingnya sikap disiplin dan kepedulian terhadap kondisi kebersihan lingkungan, c) memberikan pengetahuan tentang manfaat menjaga budaya hidup bersih bagi anggota masyarakat khususnya terhadap kesehatan mereka.
    .

    2. Kegunaan Secara Praktis

    Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a) menjadi pertimbangan kepada pihak-pihak yang berwewenang, untuk meningkatkan pembinaan tentang kedisiplinan dilingkungan masyarakat. b) sebagai masukan sekaligus informasi para instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang kesehatan untuk memperhatikan dan meningkatkan kedisiplinan masyarakat menjaga budaya hidup bersih lingkungannya, c) memberikan pengetahuan bagi para masyarakat dalam menciptakan kedisiplinan dalam menjaga budaya hidup bersih dilingkungan, d) sebagai tumpuan bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

    E. Sistematika Skripsi

    Penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir skripsi. Bagian awal skripsi yaitu berisi tentang: halaman judul, persetujuan pembimbing, pernyataan, moto dan persembahan, prakarta, sari, daftar isi dan daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran. Pada bagian inti skripsi bagian ini terdiri dari lima Bab yang meliputi:


    Bab I: Pendahuluan, merupakan gambaran menyeluruh dari isi skripsi yang meliputi: latar belakang penelitian, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

    Bab II: Telaah pustaka dan kerangka berpikir; pada bab ini berisi mengenai telaah pustaka dari sejumlah teori yang dapat dijadikan landasan dalam penulisan, meliputi tinjauan konseptual yang membahas: kedisiplinan, masalah lingkungan, budaya hidup bersih, hubungan masyarakat dan lingkungan, masyarakat dan kebersihan lingkungan, dan kerangka berpikir.

    Bab III: Metode penelitian, bab ini menguraikan tentang penelitian meliputi: pendekatan penelitian, lokasi dan fokus penelitian, sumber data penelitian, pengumpulan data, validitas data, analisis data, tahap pelaksanaan penelitian.

    Bab IV: Hasil penelitian dan pembahasan, bagian ini menguraikan tentang hasil penelitian yang meliputi: gambaran umum penelitian yaitu: lokasi penelitian, situasi dan kondisi lingkungan. Bagian pembahasan meliputi: a) persepsi masyarakat terhadap budaya hidup bersih, b) upaya masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih, c) kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih lingkungannya.
     

    Bab V: Penutup, bagian ini terdiri dari simpulan dan saran.

    Adapun untuk bagiaan akhir skripsi berisi tentang daftar pustaka dan lampiran- lampiran.
    Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File
    atau klik disini