Pages

Senin, 23 November 2015

Cara Menyusun Instrumen


Cara Menyusun Instrumen
 
 Sebelum menyusun sebuah instrumen, perlu diperhatikan cara menyusun instrumen dengan benar. Hal ini merupakan prasyarat agar instrumen yang nantinya digunakan sebagai instrumen penelitian benar-benar dapat mengukur variabel-variabel penelitian. Cara menyusun instrumen tersebut dimulai dengan mengidentifikasi, menjabarkan, mencari, mendeskripsikan, dan merumuskan item-item yang berkaitan dengan variabel yang diteliti.

Secara terperinci, Iskandar (2008: 79) mengemukakan bahwa terdapat enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu:
1.      Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2.      Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3.      Mencari indikator dari setiap dimensi.
4.      Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
5.      Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
6.      Petunjuk pengisian instrumen.
Sedangkan menurut Mardapi (dalam Rasyid dan Mansur, 2008: 195-203) menjelaskan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan/ menyusun instrument, yaitu sebagai berikut.
1.       Menyusun Spesifikasi Tes
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengembangan instrument/tes adalah menetafkan spesifikasi tes, yaitu berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan sebuah tes yang memiliki tingkat kesulitan yang relatif sama. Spesifikasi tes disusun dengan lagnkah-langkah berikut.
a.        Menentukan tujuan tes
Instrument/tes yang akan digunakan harus memiliki tujuan yang jelas, sehingga benar-benar dapat mengukur variabel-variabel yang akan diukur. Misal, di lembaga pendidikan tes digunakan sebagai instrumen untuk mengukur perkembangan peserta didik baik dalam segi kognitif, psikomotor maupun apektif.
Tes kognitif bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik yang berorientasi pada kemampuan berfikir yang meliputi kemampuan intelektual yang lebih sederhana, seperti mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Dengan demikian, tes kognitif harus berupa tes yang dapat mengukur kemampuan-kemampuan tersebut.
Tes psikomotor merupakan tes yang bertujuan untuk mengukur ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor berhubungan dengan aktivitas-aktivitas yang melibatkan fisik secara langsung, misalnya olahraga, melukis, menyanyi, menari, memukul, dan sebagainya.Dengan demikian, tes psikomotor harus mampu mengukur aktivitas-aktivitas peserta didik yang berkaitan langsung dengan fisik mereka.
Tes apektif merupakan tes yang bertujuan untuk mengukur ranah yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku peserta didik dalam menerapkan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam lingkungannya. Sikap dan tingkah laku tersebut berupa penerimaan atau perhatian, menanggapi, menghargai atau menilai, mengatur atau mengorganisasikan, dan karakterisasi terhadap nilai atau komplek nilai. Dengan demikian, tes apektif harus mampu mengukur sikap dan tingkah laku peserta didik dengan baik.
b.        Menyusun kisi-kisi
Setelah menentukan spesifikasi tes, maka selanjutnya adalah menuangkan spesifikasi tes tersebut dalam sebuah kisi-kisi. Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Selanjutnya kisi-kisi inia akan dijadikan acuan dalam penulisan soal. Matrik kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris. Kolom digunakan untuk menyatakan indokator, bentuk instrumen, dan skor penilaian. Sedangkan baris menyatakan tujuan variabel-variabel yang akan diukur atau diujikan.

0 komentar:

Posting Komentar