PENGAJARAN BAHASA DAN SASTRA
Pada umumnya pembelajaran sastra di sekolah belum diterapkan secara keseluruhan, strategi pembelajarannya juga tidak ada perubahan-perubahan masih menggunakan pola lama, yaitu pembelajaran yang terpusat pada guru, sedangkan pembelajaran yang paling dominan digunakan adalah pembelajaran konvensional. Pembelajaran tersebut menjadikan siswa kurang berpartisipasi menggunakan imajinasi secara mandiri, karena cenderung mengikuti petunjuk dan kehendak guru. Akibatnya siswa tidak diberi kesempatan untuk mencoba mengungkapkan imajinasi dan mengapresiasikan pengalamannya secara aktif dan kreatif.
Tujuan untuk memperoleh imajinasi dan pengalaman bersastra agar siswa memperoleh pengalaman berapresiasi dan berekspresi sastra. Pengalaman tersebut dapat dilakukan siswa dengan membaca hasil karya sastra, mendengarkan pembaca karya sastra, menonton pementasan sastra, jadi dalam hal ini siswa mampu berekspresi sastra melalui pengekspresian karya sastra.
Pembelajaran sastra secara khusus dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan di sekolah. Pembelajaran sastra dalam kurikulum dikaitkan dengan kehidupan siswa terhadap aspek-aspek, cara berkomunikasi, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan membuat keputusan, dan memiliki rasa percaya diri.
Materi pembelajaran sastra yang akan digunakan dalam sastra tentulah materi yang dipilih guru dan sesuai dengan kriteria yang layak untuk siswa. Kriteria karya sastra yang layak digunakan guru adalah karya yang dipilih berdasarkan berbagai pertimbangan baik segi bahasa maupun segi kejiwaan, karya sastra yang akan diajarkan dapat dipahami siswa karena bahan tersebut memiliki tingkat yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka sehingga karya tersebut dapat dipahami.
Kebahasaan bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa harus diperhatikan. Kumpulan cerpen,puisi atau novel yang dibaca merupakan sumber informasi dari kebahasaan materi sastra yang akan diajarkan guru. Pengamatan terhadap sumber materi ini sangat perlu dilakukan guru sebelum proses mengajar dilakukan. Selain itu, dalam pembelajaran apresiasi sastra juga dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra misalnya: laboratorium bahasa, gambar, novel, teks (prosa,puisi,atau drama).
Karya sastra yang sesuai dengan latar belakang lebih mudah dipelajari dan dihayati. Karena itu,pertimbangan terhadap latar belakang kehidupan siswa selayaknya merupakan bagian dari proses pemilihan bahan ajar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengambil hasil karya sastra daerah atau yang menceritakan kehidupan masyarakat daerahnya, bila diperlukan biarkan siswa menulis sendiri pengalamannya.
Sastra merupakan karya seni yang menggunakan bahasa sebagai medianya dan gaya penyajiannya ”indah” atau tertata dengan baik. Ada pula yang memberikan ciri bahwa sastra bersifat imajinatif,yakni hasil renungan,khayalan,dan perasaan yang diwujudkan dalam kata –kata yang menimbulkan pesona tertentu bagi pembacanya.
Teeuw ( M. Atar Semi 2012: 65) bahasa sastra merupakan bahasa yang khas. Hal ini disebabkan bahasa dalam komunikasi sastra merupakan hasil kreasi estetis yang seringkali merombak konvensi bahasa yang berlaku. Babhasa sastra merupakan produk kreativitas penciptaan yang senantiasa berada dalam tegangan antara konvensi dan inovasi, antara kemampuan dan pemberontakan. Meskipun demikian, inovasi itu tidak pernah mengubah total konvensi yang ada sehingga orang masih mengenal bahasa tersebut.
Referensi:
Semi, Atar M. 2012. Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Penerbit Angkasa
0 komentar:
Posting Komentar