Pages

Selasa, 29 Oktober 2013

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT TELKOM CABANG BOYOLALI (MS-07)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu perusahaan akan meningkat kinerjanya bila adanya kerjasama dan hubungan yang baik antara pimpinan dan karyawannya. Karena dengan meningkatkan kinerja karyawan otomatis akan meningkatkan kinerja pcrusahaan. Dan karyawanpun sebaiknya diperlakukan seperti partner usaha dan bukan sebagai buruh semata.

Persoalan karyawan yang terkadang dibuat seperti buruh-buruh yang fasilitas dan pelayanan kurang diperhatikan oleh para pimpinannya. Dan tidak adanya hubungan dan kerjasama yang baik antar mereka. Persoalan ini tidak hanya terjadi di negara-negara yang sedang berkembang tetapi dinegara majupun persoalan tersebut juga ada. tetapi dari penyebabnya saja yang berbeda. Salah satu penyebab ketidakpuasan karyawan adalah sistem upah, hal ini sering terjadi di Indonesia khususnya.

Ketidakpuasan para karyawan ini menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat merugikan perusahaan yang bersangkutan. Misalnya; adanya aksi mogok kerja, kemangkiran karyawan meningkat, turunnya kinerja karyawan, dan lain-lain. Yang pada akhirnya akan menurunkan kinerja perusahaan itu sendiri. Maka, para pimpinan sebaiknya mengerti apa yang dibutuhkan para karyawan dan mengetahui keinginan-keinginan apa yang membuat karyawan puas dan meningkatkan kinerjanya, berikut semua konsekuensinya, termasuk apa dan berapa bonus yang akan mereka terima jika target atau tujuan kerjanya tercapai. Sehingga para karyawan tidak melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya dikerjakan.

Seperti apa yang ditulis oleh Edwin B. Flippo dalam bukunya Manajemen Personalia jilid 2 (1989:116) merinci mengenai keinginan-keinginan karyawan antara lain; upah, keterjaminan pekerjaan, teman-teman kerja yang menyenangkan, penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan, pekerjaan yang berarti, kesempatan untuk maju, kondisi kerja yang nyaman, aman dan menarik, kepemimpinan yang mampu dan adil, perintah dan arahan yang masuk akal dan suatu organisasi yang relevan secara sosial.

Dan sedikit untuk mengetahui kepuasan kerja yang merupakan hal yang bersifat individu dan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda, salah satu definisi kepuasan kerja yang dikutip oleh Moh. As'ad dalam buku "Psikologi lndustri"(2000:104) Joseph Tiffin, kepuasan kerja adalah sikap karyawan terhadap pekerjaan, situasi kerja, kerjasama diantara pimpinan dan sesama karyawan.

Dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja antara lain; faktor kepuasan finansial, faktor kepuasan fisik, faktor kepuasan sosial, dan faktor kepuasan psikologi. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka penulis berniat untuk mengadakan penelitian dengan judul "Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT TELKOM Cabang Boyolali".

B Perumusan Masalah
1. Bagaimana kepuasan kerja karyawan PT TELKOM Cabang Boyolali ?
2. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan PT. TELKOM Cabang Boyolali ?
3. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, faktor
mana yang paling mempengaruhi kinerja karyawan PT TELKOM
Cabang Boyolali ?

C. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah yang ada maka penulis membatasi penulisan yang dikarenakan oleh adanya keterbatasan waktu, pikiran. dan sarana yang ada maka penulis hanya membatasi dan membahas mengenai faktor-faktor kepuasan kerja yang benar-benar berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT TELKOM Cabang Boyolali, yaitu faktor kepuasan finansial, faktor kepuasan fisik, faktor kepuasan sosial dan faktor kepuasan psikologi.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah tersebut, maka penulis bertujuan untuk :
1. Mengetahui kepuasan kerja karyawan PT TELKOM Cabang
Boyolali.
2. Mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan PT
TELKOM Cabang Boyolali.
3. Mengetahui faktor-faktor mana yang paling mempengaruhi kinerja
karyawan PT TELKOM Cabang Boyolali.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan.
Untuk membantu dalam memberikan informasi mengenai faktor faktor kepuasan kerja karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan yang dapat membantu para pimpinan mengambil kebijakan untuk berusaha memenuhi keinginan-keinginan dan faktor-faktor kepuasan kerja karyawan agar terjadi peningkatan kinerja karyawan dan sekaligus kinerja perusahaan itu sendiri.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Dapat menambah buku referensi dan masukan bagi pihak-pihak yang bersangkutan dan memerlukan informasi mengenai kepuasan kerja yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan, khususnya bagi jurusan manajemen.
3. Bagi Penulis
Agar dapat lebih memahami dan mencoba untuk menerapkan ilmu yang pernah penulis terima untuk mempraktekkannya langsung ke lapangan kerja, khususnya bagi mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia.

ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP kepuasan konsumen PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI TIRTA MULYA =(MS-06)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam keadaan perekonomian yang semakin sulit ini banyak terjadi persaingan di berbagai bidang kehidupan, termasuk didalamnya persaingan dalam dunia bisnis. Banyak perusahaan yang saling berlomba untuk mendapatkan pangsa pasar, sehingga hal ini memacu perusahaan untuk berusaha terus maju dalam memperbaiki bisnisnya. Di samping itu dengan adanya kemajuan teknologi, perusahaan dituntut pula untuk dapat mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal dengan yang lainnya.


Supaya perusahaan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka perusahaan tersebut harus dapat mengantisipasi perkembangan ekonomi yang semakin kompetitif dengan melakukan strategi yang tepat agar tidak tersisih dalam persaingan. Selain itu perusahaan juga harus dapat mengantisipasi kecenderungan ekonomi di masa mendatang dan harus dapat bersaing dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama. Hal itu dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan.

Perusahaan dalam memasarkan barang dan jasa selalu dihadapkan pada pertanyaan, “mengapa konsumen membeli barang atau jasa tertentu?” jawabannya tidak dapat diterangkan secara langsung dari pengamatannya saja, tetapi dibutuhkan analisa perilaku konsumen yang lebih mendalam. Hal ini akan banyak membantu bagi manajer pemasaran untuk memahami “mengapa” dan “bagaimana” perilaku konsumen tersebut, sehingga perusahaan dapat mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan, dan memdistribusikan barangnya secara baik (Swastha, 2000 : 13). Dengan analisa perilaku konsumen ini, perusahaan akan mempunyai pandangan yang lebih luas dan akan lebih mengetahui kesempatan baru yang berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan konsumen.
Dalam perkembangan ekonomi khususnya saat ini di Daerah kota Yogyakarta, sebagai kota pendidikan, kota budaya, dan pariwisata ternyata mengalami perkembangan yang cukup pesat. Serta dari tahun ketahun penduduk di kota ini semakin meningkat, peningkatan yang terjadi mengkibatkan meningkatnya pula kebutuhan manusia, baik kebutuhan pokok maupun kebutuhan sekunder. Dari mulai kebutuhan akan tempat tinggal, kebutuhan sehari-hari sampai pada kebutuhan tersier semakin hari semakin meningkat.
Maka pada situasi seperti ini menuntut kejelian pihak perusahaan melihat pergeseran dan perubahan keinginan serta kebutuhan para konsumen membuat perusahaan kewalahan dalam menyusun strategi untuk memenangkan persaingan dalam dunia bisnis yang diakibatkan kemajuan zaman. Dimana kepuasan konsumen sangat diutamakan sehingga dapat memperoleh keuntungan yang diharapkan untuk membiayai kelangsungan operasi perusahaan.

Peranan air minum isi ulang semakin besar, hal ini terlihat dengan semakin bertambahnya jumlah air minum isi ulang dimana-mana. Maka persaingan sesama perusahaan air minum isi ulang semakin tajam. Peningkatan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya kebutuhan hidup memberikan lapangan pekerjaan atau bisnis baru. Salah satu contoh bisnis yang mempunyai prospek yang baik adalah bisnis dalam bidang penjualan air minum isi ulang.

Keadaan pasar yang berlaku kini bukan lagi pasar penjual, tetapi menjadi pasar pembeli dimana penjual yang mencari pembeli. Konsumen dalam hal ini adalah raja yang harus dilayani dengan baik. Secara umum perusahaan menerapkan strategi bisnis kombinasi antara strategi ofensif dan defensif. Dimana strategi ofensif perlu ditujukan untuk meraih atau memperoleh konsumen baru, sedangkan untuk meningkatkan pangsa pasar dan strategi defensif berusaha untuk mengurangi kemungkinan customer exit dan beralihnya konsumen dari perusahaan.

Strategi kepuasan konsumen menyebabkan para pesaing harus berusaha keras dan melakukan biaya yang tinggi dalam usaha merebut konsumen suatu perusahaan. Dampak kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen dan pembelian ulang berbeda-beda setiap perusahaan. Karena konsumen puas belum berarti mereka puas, akan tetapi konsumen yang puas akan cenderung menjadi konsumen yang loyal. Kepuasan konsumen dipengaruhi dua variabel utama, yaitu Expectations dan Perceived Performance, bila Perceived Performance melebihi Expectations, maka konsumen mendapatkan kepuasan, akhirnya akan menciptakan loyalitas konsumen (Tjiptono, 2000 : 41).

Ada beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan oleh konsumen dalam menilai suatu pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Menurut Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1985) dikutip dalam Tjiptono (2000 : 27-28) berhasil mengidentifikasi lima dimensi kualitas jasa, yaitu :
1. Bukti langsung (tangibles)
Adalah fasilitas fisik, perlengkapan dan peralatan, penampilan pegawai, dan sarana komunikasi.
2. Kehandalan (reliability)
Adalah suatu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
3. Daya tanggap (responsiveness)
Adalah respon atau kesigapan dalam membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap.
4. Jaminan (assurance)
Adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan tugas secara spontan yang dapat menjamin kinerja yang baik sehingga menambahkan kepercayaan konsumen.
5. Perhatian (emphaty)
Adalah perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada konsumen.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan adalah mendengar suara konsumen, hal ini berarti perusahaan harus melakukan interaksi dengan konsumen dengan maksud untuk memperoleh umpan balik (feed back) berapa tanggapan konsumen tentang sarana dan prasarana yang berhubungan dengan pelayanan yan diberikan sebagai kontrol dan ukuran keberhasilan.

Adapun cara untuk mendapatkan umpan balik disini diantaranya dapat dilakukan dengan penerapan sistem keluhan dan saran atau dengan survei loyalitas pembelian maka keluhan atau ketidakpuasan konsumen tersebut dapat segera diambil dan ditentukan solusi yang terbaik oleh perusahaan.

Dengan semakin meningkatnya akan kebutuhan air minum, memberikan peluang bagi usaha penjualan air minum isi ulang. Lahirnya usaha atau bisnis baru ini juga menimbulkan pro dan kontra. Baik dari sisi pengusaha air mineral maupun dari sisi konsumen akan tetapi usaha ini walaupun dikatakan bisnis baru tetapi telah mempunyai pangsa pasar yang tersendiri. Dengan semakin meningkatnya usaha tersebut, maka peneliti sangat tertarik untuk mempelajari atau menganalisis tentang “ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI TIRTA MULYA”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh variabel kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen pada depot air minum isi ulang di Tirta Mulya ?
2. Variabel kualitas layanan manakah yang dominan mempengaruhi kepuasan konsumen ?

C. Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian ini adalah ditujukan kepada konsumen yang menggunakan produk atau jasa depot air minum pada Tirta Mulya yang berlokasi di daerah Glagah Sari.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh masing-masing variabel kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen pada depot air minum isi ulang di Tirta Mulya.
2. Untuk mengidentifikasi variabel kualitas layanan manakah yang dominan mempengaruhi kepuasan konsumen pada Tirta Mulya.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat membantu perusahaan untuk digunakan sebagai bahan perbandingan, pertimbangan dan menentukan langkah-langkah selanjutnya, sehingga dapat diharapkan dapat lebih meningkatkan penjualan dimasa yang akan datang.
2. Bagi Peneliti
Merupakan tambahan pengetahuan dari dunia praktisi dan sebagai pembelajaran sebelum masuk kedunia bisnis.
3. Bagi Konsumen dan Pembaca
Sebagai sumbangan pustaka dan bahan tambahan pengetahuan mengenai kegiatan pemasaran khususnya dalam melakukan keputusan pembelian.

Jumat, 04 Oktober 2013

ANALISA STRATEGI PENGEMBANGAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANG (MS-05)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah: keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (UU Kesehatan, 1995).

Peningkatan derajat kesehatan dilakukan melalui peningkatan kualitas dan kelayakan kesehatan yang merata dan terjangkau pada seluruh masyarakat baik secara geografis maupun ekonomi membutuhkan penyediaan sarana pelayanan kesehatan sebagai fasilitasnya. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang kompleks dan mempunyai fungsi yang lebih luas menyangkut fungsi peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat.

Jasa pelayanan kesehatan salah satu kebutuhan yang penting, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya arti kesehatan. Salah satu lembaga yang menangani masalah pelayanan kesehatan adalah lembaga berbentuk rumah sakit. Rumah sakit sebagai salah satu lembaga yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan yang selama ini, merupakan lembaga yang tidak mencari keuntungan yang optimal dalam tujuan pendiriannya. Rumah sakit secara khusus merupakan suatu lembaga yang menangani masalah kesehatan yang bersifat non profit oriented. Selain itu rumah sakit tidak membatasi jumlah pasien yang dilayani, sesuai dengan tujuannya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Masyarakat masih memandang bahwa pelayanan kesehatan dari rumah sakit sebagai suatu pelayanan jasa yang bersifat sosial, sehingga dianggap tidak etis untuk menerapkan prinsip profit maximation dalam industri pelayanan kesehatan. Rumah sakit sesuai dengan sifatnya, tidak bertujuan mencari laba atau non profit, tapi bukan berarti rumah sakit tidak mencari laba dalam operasinya. Semenjak otonomi daerah fungsi rumah sakit mengalami pergeseran yakni dari fungsi sosisl menuju fungsi ekonomi. Laksosono (2005) mengatakan bahwa keberadaan rumah sakit sebagai fungsi sosial yang nonprofit, pada akhir abad sekarang telah berubah menjadi fungsi ke arah ekonomi.

Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disebut RSUD Kota Padang merupakan salah satu rumah sakit umum kelas C yang merupakan instansi Pemerintah Kota Padang dan terletak di wilayah kerja Puskesmas Belimbing Kecamatan Kuranji, ditujukan bagi masyarakat golongan berpenghasilan rendah. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat maka diperlukan pelayanan jasa yang bernilai lebih baik secara kualitas maupun kuantitas (Azwar, 1996:89).


RSUD Kota Padang diharapkan selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanannya, terutama dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang kurang mampu. Sebagai rumah sakit unit swadana juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi Kota Padang yang dapat dicapai melalui pembenahan dan peningkatan sarana dan prasarana, peralatan dan bahan operasional serta sumber daya manusia. Hal ini jelas memerlukan biaya yang besar dan strategi yang tepat (Perda No. 02 ,2006).
RSUD Kota Padang berupaya untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu dan efisien sesuai dengan tujuan, tentunya masih ditemukan kekurangan, kelemahan, hambatan dan masalah, salah satunya adalah persaingan dengan rumah sakit lainnya. Setiap perusahaan yang bersaing dalam suatu industri mempunyai strategis bersaing eksplisit atau implisit, pokok perumusan strategi bersaing adalah menghubungkan perusahaan dengan lingkungannya, walaupun lingkungan yang relevan sangat luas, meliputi kekuatan-kekuatan sosial sebagaimana juga kekuatan-kekuatan ekonomi (Porter, 1992:3).
Untuk meningkatkan dan merebut pangsa pasar dalam industri kesehatan, maka RSUD Kota Padang yang menyelenggarakan jasa kesehatan selayaknya memiliki strategi yang tepat dan akurat. Strategi ini amat penting diterapkan agar pencapaian posisi tersebut dapat tercapai apalagi para pesaing semakin gencar untuk merebut pasar jasa kesehatan. RSUD Kota Padang adalah rumah sakit milik Pemerintah Kota Padang tetapi biaya operasional dicari sendiri RSUD, oleh karena itu RSUD harus mempunyai suatu strategi pengembangan agar selalu eksis berada di dalam industri kesehatan. Menurut Laksosno (2005), lembaga tanpa strategi mempunyai resiko memberikan pelayanan seadanya, lembaga menjadi tidak memiliki daya yang menarik masyarakat menjatuhkan pilihan menggunakan jasa lembaga tersebut.

Berdasarkan dari uraian diatas, penulis tertarik untuk membahasnya lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul: Analisa Strategi Pengembangan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini bagaimanakah strategi pengembangan yang dilakukan oleh RSUD Kota Padang untuk merebut pangsa pasar.

1.3 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan masalah tersebut diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal RSUD Kota Padang
2. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal RSUD Kota Padang
3. Mengetahui strategi pengembangan RSUD Kota Padang ke depan

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan merupakan salah satu kesempatan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dalam perkuliahan, serta dapat membandingkan teori dengan praktek yang ada pada RSUD Kota Padang.
2. Bagi RSUD Kota Padang
Sebagai masukan bagi pimpinan RSUD Kota Padang dan Pemda Kota Padang dalam upaya melakukan strategi pengembangan yang sempurna
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat memberikan tambahan referensi terutama penelitian yang berkaitan dengan analisa strategi pengembangan pada RSUD.

Rabu, 03 Juli 2013

Skripsi Pendidikan Bahasa Indonesia tentang Hubungan antara Kemampuan Menyimak dengan Keterampilan Berbicara pada Siswa


Rekan-rekan Rujukanskripsi yang berbahagia, pada postingan kali ini saya mempostingkan skripsi pendidikan bahasa Indonesia tentang “Hubungan antara kemampuan menyimak dengan keterampilan berbicara pada siswa". Silahkan baca dan download file lengkapnya, semoga bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN 

A.    Latar Belakang Masalah
Sebagai mahluk sosial, manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu hidup dalam lingkungan manusia. Mereka selalu hidup berkelompok mulai dari kelompok kecil, misalnya keluarga,sampai kelompok besar seperti organisasi social. Dalam setiap kelompok itu mereka selalu berinteraksi. Interaksi antar warga kelompok ditopang dan didukung oleh alat komunikasi vital yang mereka miliki bersama, yakni bahasa, dimana ada kelompok manusia disitu pasti ada bahasa. Kenyataan ini berlaku baik pada masarakat teradisional maupun pada masarakat modern. Jelas dalam masyarakat itu diperlukan keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan.
Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, maka manusia dituntut untuk terampil berbicara. Dengan kemampuan berbicara diharapkan terampil mengungkapkan pikiran, gagasan, ide,dan perasaan secara lisan. Dalam ke hidupan sehari-hari ternyata manusia dihadapkan dengan berbagai kegiatan yang menuntut kemampuan berbahasa lisan (berbicara) Misalnya dialog dalam lingkungan keluarga atau percakapan antara anak, ibu dan ayah, percakapan anggota rukun tetangga, percakapan antara pembeli dan penjual di  pasar, perdebatan antara anggota yang pro dengan yang kontra dalam debat wanita karir, berdialog dengan teman, berwawancara, seminar, symposium, dan sebagainya yang semuanya itu menuntut keterampilan berbicara.
Kemampuan berbahasa sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan berbahasa yang dimiliki, dalam kehidupan ini akan terasa indah, persahabatan akan menjadi erat, kehidupan bertetangga akan menjadi rukun, hidup berkeluarga akan menjadi harmonis,lingkungan kerja menjadi semakin akrab. Seorang pakar mengatakan bahwa “keberhasilan seseorang berkomunikasi dalam masyarakat menunjukan kematangan dan kedewasaan peribadinya’’ (Tarigan, 1981:19).
Siswa sebagai bagian dari anggota masyarakat, dalam pendidikannya di sekolah dituntut pula untuk terampil berbahasa, karena itu bahasa merupakan sarana atau alat bagi siswa untuk mengekspresikan diri. Artinya, untuk mengungkapkan ide, gagasan, perasaan, atau pernyataan kepada orang lain (pendengar) dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Agar dapat menjalin komunikasi yang baik mereka harus memiliki pengetahuan sikap yang cukup. “Pengetahuan mengenai teori berbicara akan sangat bermanfaat dalam menunjang kemahiran serta keberhasilan seni dan praktek berbicara. Itulah sebabnya diperlukan pendidikan berbicara’’ (Tarigan, 198:21).
Pada kenyataannya tidak sedikit siswa yang belum terampil dalam berbicara. Diantara mereka masih banyak yang belum mampu mengutarakan gagasannya, ide atau perasaan dengan baik. Hal semacam itu salah satu penyebabnya adalah kurangnya pembendaharaan kata bagi siswa.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka guru bahasa Indonesia merupakan pihak yang berkomponen untuk meningkatkan penguasaan pembendaharaan kata bagi siswanya melalui proses belajar mengajar (PBM).
Kemampuan berbicara seseorang akan mencerminkan jalan pikirannya, sebab semakin seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan.Oleh karena itu setelah berpraktek perlu pula diadakan tes untuk mengetahui sampai sejauh mana hasil yang telah dicapai’’ (Tarigan, 1986:12).
Aspek berbicara merupakan salah satu aspek dari catur tunggal berbahasa yang perlu dikaji, diketahui kelemahan dan keunggulan dari tiap-tiap komponen, agar guru bahasa Indonesia memenuhi sasaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa dapat ditempuh dengan wawancara, berpidato, diskusi, bercerita, bermain peran,dan percakapan.
Peningkatan kemampuan berbahasa bagi siswa merupakan tujuan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah lanjutan tingkat pertama. Dalam kegiatan sehari-hari kemampuan berbahasa itu kita peroleh melalui suatu urutan yang teratur. Kemampuan yang pertama diperoleh seorang anak adalah menyimak, kemudian berbicara, dilanjutkan dengan membaca dan menulis. Kemampuan menyimak dan berbicara diperoleh pada waktu seorang anak masuk sekolah. Agar mampu berbahasa dengan baik, ada empat kemampuan yang harus dipelajari oleh siswa, yaitu: kemampuan menyimak, berbicara, membaca ,dan menulis. Keempat kemampuan berbahasa tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Dalam pengajaran dan pengembangannya tidak dapat dipisah-pisahkan.
Di antara keempat kemampuan berbahasa di atas masih banyak guru bahasa Indonesia yang mengabaikan kemampuan menyimak siswa, padahal kegiatan menyimaklah yang paling banyak dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Tarigan (1985:28) menjelaskan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembaca melalui ujaran atau bahasa lisan.
Di kalangan guru bahasa Indonesia sendiri masih ditemukan anggapan bahwa kemampuan menyimak merupakan kemampuan yang pasif  yaitu menerima begitu saja bunyi-bunyi yang bermakna yang didengarnya. Selain itu, mereka juga beranggapan bahwa kemampuan menyimak tidak perlu diajarkan kepada siswa. Angggapan yang demikian tidak benar. Kenyataan menunjukkan bahwa menyimak mempunyai fungsi yang mendasar dalaam berbahasa. Tampa mampu menyimak dengan baik komunikasi akan mengalami kegagalan.
Menyimak pada prinsipnya bukan merekam seluruh kata atau kalimat, melainkan jembatan demi tertangkapnya pokok pembicaraan. Sirait (1992:87) mengatakan bahwa “kemampuan menyimak merupakan kemampuan menangkap bahasa lisan, meliputi penangkapan unsur-unsur bahasa dan kosakata serta memahami ide serta gagasan yang terkandung dalam ujaran yang didengarkan”. Seorang penyimak yang baik akan memahami makna kata itu, serta mengetahui apakah kalimat yang disimaknya itu benar atau salah. Kemampuan menyimak ini pada umumnya telah dimiliki setiap manusia yang normal sejak ia dilahirkan namun tidak semua orang memiliki kemampuan menyimak yang memadai sehingga guru perlu meningkatkan kemampuan menyimak siswa.
Di sekolah menyimak diajarkan sebagai suatu keterampilan berbahasa yang bertujuan agar siswa mampu untuk menangkap pelajaran dan menangkap informasi-informasi. Dewasa ini para guru kecewa karena pada siswanya tidak mampu mengungkapkan atau mengkomunikasikan kembali garis besar isi simakan yang telah disimaknya dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga tidak dapat dimengerti apa yang diungkapkannya. Salah satu cara untuk dapat mengkomunikasikan kembali isi simakan ialah dengan cara bernalar.
Di Sekolah Menengah Pertama (MTs) biasanya dalam menyimak siswa disuruh menyimak wacana, baik wacana dalam bentuk narasi, deskripsi, ekpososi, argumentasi, maupun persuasi. Kemudian siswa disuruh menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan wacana dan akhirnya dapat menyimpulkan garis besar yang berkaitan dengan wacana yang telah disimaknya. Jadi, siswa dituntut untuk dapat melakukan penalaran verbal. Untuk dapat menalar dengan baik dan logis, salah satu cara yang dapat ditempuh oleh siswa adalah dengan belajar dan melatih diri untuk menalar wacana yang telah disimak. Oleh karena itu, guru harus memotivasi siswa agar siswa dapat meningkatkan kemampuan bernalarnya.
Berdasarkan pengalaman penulis, siswa yang telah menguasai beberapa kemampuan yang dituntut dari menyimak tidak akan mengalami kesulitan dalam melakukan pembicaraan. Sedangkan siswa yang tidak mampu menguasai  kemampuan yang dituntut dari menyimak akan mengalami kesulitan dalam melakukan pembicaraan. Namun demikian teori ini tidak sesederhana yang dibayangkan. Hasil pengamatan pendahuluan di SMP tempat penulis melakukan penelitian, ada sebagian siswa yang memiliki kemampuan menyimaknya bagus tetapi kemampuan berpidatonya kurang baik. Tetapi dilain pihak, juga terdapat siswa yang memiliki kemampuan menyimaknya kurang, justru kemampuan berpidatonya sangat bagus. Kenyataan inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini penulis kemas dalam bentuk skripsi dengan judul: “Hubungan antara kemampuan menyimak dengan keterampilan berbicara pada siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari Tahun Pelajaran 2009/2010”.
 B.     Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang mungkin timbul sehubungan variabel yang diletiti dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1)      Bagaimana peranan menyimak dalam proses pembelajaran disekolah ?
2)      Jenis menyimak apakah yang harus dikuasai oleh siswa MTs ?
3)      Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kemampuan menyimak siswa MTs?
4)      Mengapa siswa MTS tidak menaruh perhatian pada pelajaran menyimak?
5)      Bagaimana pelaksanaan pelajaran menyimak di MTs ?
6)      Apakah siswa telah memilliki kemampuan menyimak dengan baik?
7)      Bagaimana usaha-usaha untuk meningkatkan keterampilan berbicara  siswa?
8)      Apakah siswa telah memiliki keterampilan berbicara dengan baik?
9)      Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi keterampilan berbicara siswa MTs?
10)  Adakah hubungan antara kemampuan menyimak dengan keterampilan berbicara siswa MTs?

C.    Pembatasan Masalah
Mengingat adanya berbagai keterbatasan kemampuan maka penelitian ini tidak menjawab semua masalah yang muncul. Penelitian ini hanya dibatasi pada :
1)            Kemampuan menyimak siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari  tahun pelajaran 2009/2010.
2)            Keterampilan berbicara siswa kelas  VIII MTs Negeri Banjarsari  tahun pelajaran 2009/2010.
3)            Hubungan antara kemampuan menyimak dengan keterampilan  berbicara siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010

D.    Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dalam penelitian ini, masalah dirumuskan sebagai berikut :
1)            Bagaimanakah kemampuan menyimak siswa kelas VIII MTs Negeri BVanjarsari  tahun pelajaran 2009/2010?
2)            Bagaimanakah keterampilan berbicara siswa kelas  VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010?
3)            Apakah teerdapat hubungan antara kemampuan menyimak dengan keterampilan berbicara siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010?
E.     Tujuan Penelitian
Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan. Adapun  tujuan dalam penelitian ini adalah :
1)            Ingin mengetahui kemampuan menyimak siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari  tahun pelajaran 2009/2010.
2)            Ingin mengetahui keterampilan berbicara siswa kelas  VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010.
3)            Ingin mengetahui hubungan antara kemampuan menyimak dengan keterampilan berbicara siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010.

F.     Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi guru
Para guru Bahasa Indonesia dapat menjadikan pembelajaran menyimak sebagai alternatif lain dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
2.                              Manfaat bagi siswa
Agar siswa kelas VIII MTs Negeri Banjarsari tahun pelajaran 2009/2010 memiliki dapat meningkatkan kemampuan menyimak dan diharapkan dapat  menginterpretasikannya untuk meningkatkan keterampilan berbicara.
       3.  Manfaat bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan penulis tentang menyimak dan berbicara sehingga dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar .



DAFTAR PUSTAKA

Nama Buku
Cover Buku
Link Buku
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Ali, Muhammad. 1993, Strategi Penelitian. Bandung: Angkasa
Burhan, Yazir. 1979. Hubungan Antara Guru dan Tujuan Membaca Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: P3B
 Belum Ada Cover
Depdikbud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua.jakarta : Balai Pustaka
Ginting, St. Aisah. 1996. Kontribusi Penggunaan Struktur dan Penguasaan Kosakata yang Sesuai Dengan Konteks dan Situasi Terhadap Kemampuan Menyimak. Jakarta Pascasarjana IKIP
  Belum Ada Cover
Tidak Diterbitkan
Keraf, Gorys, 1984. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende Flores: Nusa Indah
  Belum Ada Cover
Keraf, Gorys, 1985. Argumerntasi dan Narasi. Jakarta.: Gramedia
 
Parera, J.D. 1992. Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta:Erlangga
  Belum Ada Cover
Parera, J.D. 1991. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta. Erlangga
  Belum Ada Cover
Paul S Anderson dalam Marfuki 1987, Perbedaan kemampuan Menyimak Antara Siswa A 1 dengan A 3 SMA. IKIP Jakarta
  Belum Ada Cover
Tidak Diterbitkan
Sabarti, Akhidah, 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
  Belum Ada Cover
Sirait, Bistok, 1992. Evaluasi Hasil Belajar Bahasa Indonesia. Jakarta : P2LPTK Ditjen Dikti
  Belum Ada Cover
Sudjana, Nana. 1996. Cara Belajar siswa Aktif. Bandung : Sinar Baru Algensindo
  Belum Ada Cover
Suria sumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Senior Harapan.
Tarigan, H.G. 1985. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan. Djago dan H.G. Tarigan. 1993. Teknik Pengajaran Keterampilan bernahasa. Bandung : Angkasa
  Belum Ada Cover


 Untuk mendapatkan file skripsi pendidikan bahasa Indonesia tentang “Hubungan antara kemampuan menyimak dengan keterampilan berbicara pada siswa" selengkapnya silahkan download disini

Baca juga: