Pages

Senin, 18 Februari 2013

Pengaruh Inflasi, Kurs, Dan Suku Bunga Bank Terhadap Ekspor Non Migas Di Indonesia Periode 1998- 2009 (KE-53)

Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Pembangunan yang terpusat dan tidak merata yang dilaksanakan selama ini ternyata hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi serta tidak diimbangi kehidupan sosial, politik, ekonomi yang demokratis dan berkeadilan. Fundamental pembangunan cenderung korup serta tidak demokratis, telah menyebabkan krisis yang mengancam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Karena itu reformasi disegala bidang dilakukan untuk bangkit kembali dan memperteguh kepercayaan diri atas paradigma baru Indonesia masa depan.
   Di bidang ekonomi, pembangunan yang terjadi yakni barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dengan negara lain semakin mudah melewati batas-batas negara. Adanya keterbatasan dan kelangkaan sumber daya juga menjadi pendorong dilakukannya aktivitas perdagangan melewati batas-batas wilayah tertentu yang dikenal dengan kegiatan ekspor dan impor. Pada saat negara tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan, maka negara tersebut akan mengimpor dari negara lain. Sedangkan negara yang memasok komoditas tertentu atas negara lain yang membutuhkan cenderung melakukan kegiatan ekspor.

Kegiatan ekspor menjadi hal penting pada negara ini.Pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari dorongan variabel-variabel makro seperti pertumbuhan Konsumsi, Investasi, Pengeluran pemerintah serta net Ekspor. Peningkatan ekspor dalam negeri tidak lepas dari pengaruh Inflasi ,Suku Bunga dan Nilai Tukar. Suku Bunga Mempengaruhi Kegiatan Ekspor dari sisi produksi. Produktivitas eksportir juga ditentukan oleh kemampuannya mengolah modal yang dapat berasal dari modal pribadi maupun bank.
Stabilitas modal memastikan stabilitas produktivitas perusahaan dalam memproduksi barang. Khusus pada pengambilan modal di bank, besar kecilnya tergantung pada tingkat bunga kredit. Tingkat bunga kredit yang semakin tinggi menyebabkan pengusaha atau eksportir akan mengurangi jumlah pinjamannya, sehingga berdampak pada jumlah penawaran yang mampu diciptakan eksportir. Disamping itu ,perlu dilihat perkembangan kurs mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing, khususnya Dollar Amerika, karena Dollar Amerika merupakan mata uang Internasional atau mata uang cadangan sejalan dengan menanjaknya posisi Amerika didalam perekonomian dunia, terutama setelah perang dunia I. Dollar Amerika diterima oleh siapapun sebagai pembayaran bagi transaksinya (Boediono, 1994:97). Kenaikan Nilai Dollar Mendorong Kenaikan nilai ekspor akibat para eksportir akan cendrung membidik pasar Internasional akibat  ekspektasi keuntungan lebih besar apabila menjual ke pasar internasional akibat kenaikan dollar. Begitupun pada kenaikan inflasi yang cendrung mendorong turunnya investasi sehingga mendorong turunnya produktivitas untuk menghasilkan output, yang selanjutnya dapat menurunkan kinerja ekspor.Penelitian ini menjadi menarik  dimana kenaikan pertumbuhan nilai ekspor Indonesia tidak terlalu di dukung oleh kebijakan suku bunga yang masih relatif tinggi serta nilai inflasi yang tinggi cendrung  kurang mendukung Industri dalam negeri.
Tabel 1.1
PERKEMBANGAN EKSPOR
Nilai FOB (Juta US$)

TAHUN
EKSPOR
TOTAL
MIGAS
NONMIGAS
EKSPOR
1996
11,721.80
38,093.00
49,814.80
1997
11,622.50
41,821.10
53,443.60
1998
7,872.10
40,975.50
48,847.60
1999
9,792.20
38,873.20
48,665.40
2000
14,366.60
47,757.40
62,124.00
2001
12,636.30
43,684.60
56,320.90
2002
12,112.70
45,046.10
57,158.80
2003
13,651.40
47,406.80
61,058.20
2004
15,645.30
55,939.30
71,584.60
2005
19,231.60
66,428.40
85,660.00
2006
21,209.50
79,589.10
100,798.60
2007
22,088.60
92,012.30
114,100.90
2008
28,958.30
107,803.40
136,761.70
     Sumber : BPS "Statistical Yearbook of Indonesia 2008

Total ekspor Indonesia pada Tahun 1998 mengalami penurunan menjadi
$ 48,847.60 juta  dan terus mengalami penurunan menjadi $ 48,665.40
juta  pada tahun 1999. Pada tahun 2000 total ekspor Indonesia mengalami kenaikan sebesar $ 62,124.00 juta. Namun pada tahun 2001 total ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar $ 56,320.90 juta. Pada tahun 2004 sampai pada tahun 2008 total ekspor Indonesia mengalami kenaikan sebesar $ 71,584.60 juta.
Beberapa penelitiaan sebelumnya mencoba melihat pengaruh inflasi dan suku bunga terhadap ekspor yang ternyata cendrung tidak signifikan malah terdapat paradoks seperti kenaikan suku bunga malah mendorong kenaikan Ekspor sehingga penelitian ini menjadi menarik untuk diangkat oleh penulis sehingga ,kami mengangkat judul yaitu ’’Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs) dan Suku Bunga Terhadap Ekspor non-migas di Indonesia (Periode 1998 - 2009 )”.

0 komentar:

Posting Komentar