Perkembangan kota yang semakin pesat tidak diikuti dengan pertambahan lapangan kerja yang memadai, menjadikan masyarakat yang tidak mendapatkan tempat pada sektor formal akan beralih ke sektor informal yang tidak menuntut banyak keahlian dan pendidikan yang memadai. Sektor informal yang paling banyak diminati oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan kota Makassar pada khususnya adalah pedagang.
Beberapa jenis pekerjaan yang termasuk di dalam sektor informal, salah satunya adalah pedagang kaki lima, seperti warung nasi, penjual rokok, penjual kran dan majalah, penjual makanan kecil dan minuman, dan lain-lainnya. Keberadaan pedagang asongan dianggap penting di beberapa tempat. Keberadaannya sering dinilai mengganggu ketertiban umum, seringkali ada upaya untuk menggeser keberadaan pelaku sektor informal seperti operasi penertiban dan penetapan aturan yang melarang eksistensi pedagang asongan.
Pedagang asongan menjadi stimulan muncul dan berkembangnya usaha-usaha mikro dengan menjadi penyedia barang-barang dagangan yang dijajakan pedagang asongan. Peluang ini dimanfaatkan oleh kalangan industri menengah. Produsen minuman, koran atau rokok, misalnya, mulai banyak yang memanfaatkan pedagang asongan sebagai tenaga pemasar yang dapat secara langsung menyentuh konsumen.
Saat ini sektor informal berkembang pesat di Indonesia, khususnya di kota-kota besar termasuk Makassar. Hal itu disebabkan sektor informal memberi ruang kepada masyarakat yang tidak memiliki skill dalam sektor ekonomi formal. Pedagang asongan tidak hanya ditemukan di pinggir-pinggir jalan, jembatan, terminal bis, angkutan umum, bis kota, kereta, kampus, instasi pemerintah dan swasta dengan beragam bentuk. Di satu sisi kegiatan ekonomi dan sosial penduduk yang dibarengi dengan kebutuhan yang tinggi semakin memerlukan ruang untuk meningkatkan kegiatan penduduk sehingga menyebabkan semakin bertambahnya ruang untuk mendukung kegiatan sektor informal.
Karakteristik sektor informal yaitu bentuknya tidak terorganisir, kebanyakan usaha sendiri, cara kerja tidak teratur, biaya dari diri sendiri atau sumber tidak resmi, dapatlah diketahui betapa banyaknya jumlah anggota masyarakat memilih tipe usaha ini, karena mudah dijadikan sebagai lapangan kerja bagi masyarakat strata ekonomi rendah yang banyak terdapat di negara kita terutama pada kota besar maupun kecil.
Universitas Hasanuddin (Unhas) sebagai salah satu universitas terbesar di Indonesia bagian Timur dan menjadi tempat yang sangat potensial bagi sektor informal untuk mencari rezeki terutama bagi pedagang asongan. Selain faktor wilayah yang luas dan memungkinkan para pekerja di sektor informal untuk beroperasi, jumlah mahasiswa dan tokoh akademisi lainnya yang tergolong besar, menjadi faktor penarik bagi pedagang asongan.
Banyak cara dan usaha ditempuh pedagang asongan dalam menunjang kondisi sosial ekonominya di tengah derasnya arus perkembangan kota yang setiap hari selalu menuntut persaingan dan kerja keras dari seluruh elemen masyarakat. Komunikasi dengan sesama pedagang asongan belum tentu baik. Hal ini disebabkan adanya persaingan dan ambisi untuk mendapatkan keuntungan.
Berbagai usaha dalam sektor informal hadir di dunia kampus dengan menawarkan berbagai macam profesi diantaranya pedagang kaki lima, pedagang asongan, maupun pedagang di warung/kantin kampus. Pedagang asongan umumnya bisa ditemui hampir di setiap fakultas yang ada di Universitas Hasanuddin khususnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).
Sekarang ini fenomena yang terjadi di lingkungan kampus semakin lama-semakin banyak. Pedagang asongan menjamur di kampus Unhas. Hal ini tentu berimplikasi pada ketertiban dan kenyamanan sebab biasanya pedagang asongan tidak tertib, baik dalam hal kebersihan maupun dalam hal berjualan. Dilihat dari persptif sosiologisnya kehadiran dari pedagang asongan di kampus Unhas member kesan bahwa interaksi sosial kampus dan sekitarnya semakin terbuka sebabb kampus tidak lagi dilihat sebagai lembaga pendidikan atau tempat belajar. Kampus juga dijadikan sebagai tempat usaha yang dapat memberikan keuntungan ekonomis, salah satunya dengan menjual (pedagang asongan).
Selama ini belum banyak studi yang mengkaji pedagang asongan di Kampus Unhas, padahal fenomena pedagang asongan semakin marak dengan bertambahnya pedagang asongan. Berdasarkan pemikiran tersebut maka penulis ingin mengetahui tentang keberadaan pedagang asongan, khususnya di FISIP Unhas. Untuk itu penulis mengangkat judul Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Asongan Di Fisip Unhas
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
0 komentar:
Posting Komentar